ZONASULTRA.COM, KENDARI – Amukan ratusan warga Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), terhadap kapal takboat pengangkut tanah ore nikel milik perusahaan pertambangan PT Baula Putra Buana tidak dapat terhindarkan. Dengan menggunakan sebilah parang dan batang kayu, massa mayoritas suku Bajo ini mencoba menyerang awak kapal takboat milik perusahaan.
Aparat kepolisian setempat yang hanya berjumlah tiga orang, tidak dapat berbuat banyak melihat amukan warga yang mencoba mengusir kapal dari dermaga secara paksa. Tak hanya aksi lempar batu ke kapal, satu unit eksapator milik perusahaan juga tak luput dari amukan warga.
Salah seorang warga setempat, Idra mengatakan, jika aksi ini merupakan bentut dari kekesalan warga terhadap pihak perusahaan yang dinilai telah melakukan proses penambangan dengan merusak (mencemari) lingkungan pesisir pantai yang menjadi mata pencaharian warga setempat.
“Sesungguhnya 100 persen warga disini itu pencahariannya di laut, makanya kalau terjadi pencemaran disini kehidupan di desa kami tidak ada pak. Jelas rusak pak, contoh di sana pak ada pertama tambang namanya Ifisdheco, pencaharian kami pertama itu di sana,” tuturnya, Minggu (20/11/2016).
Namun karena adanya tambang tersebut, lanjutnya, warga Desa Bungin pun akhirnya beralih lokasi ke wilayah itu yang kemudian rupanya juga telah digunakan untuk pengoprasian pertambanga.
“Nah kita mau kemana pak mencari hidup, makanya kami unjuk rasa untuk mengantisipasi kerusakan untuk anak cucu kita. Kemarin sempat kita ingatkan jangan beroperasi, kita sudah ingatkan berulang kali. Tapi mereka tidak indahkan, makanya kita demo,” tegasnya.
Warga pun mendesak kepada pemerintah Konsel untuk segera menuntaskan permasalahan yang terjadi di desa tersebut. Terlebih soal pengoprasian pelabuhan, yang dinilai telah mengganggu aktifitas pencaharian warga.
“Untuk pihak perusahaan dan pemerintah turun di desa kami melakukan sosialisasi, jangan melalui perantara. Karena pengalaman waktu di Ifhisdeco kita melalui perantara, dipanggil mereka di hotel selesai tidak ada dia dapat masyarakat. Yang mengurus enak dapat uang, tapi kita masyarakat apa kita mau dapat,” ujar Indra salah satu warga.
Saat ini, tambahnya, warga terpaksa mencari ikan di daerah perairan Kabupaten Bombana, guna mendapatkan tangkapan ikan yang lebih banyak.
Setelah beraksi dua jam lamanya, kapal takboat milik perusahaan pun akhirnya dipaksa meninggalkan dermaga perusahaan untuk menghindari amukan massa yang lebih besar lagi. (A)
Reporter: Randi Ardiansyah
Editor : Rustam