PASKIBRAKA – Pasukan pengibar bendera pusaka Provinsi Sultra saat kembali usai melaksanakan tugas, Komandan Paskibraka Kapten Cpm Erland Pariatman (kiri hijau), Kamis (17/8/2017). (ILHAM SURAHMIN/ZONASULTRA.COM)
ZONASULTRA.COM,KENDARI – Menjadi bagian dari tim pengibar bendera merah putih di Hari Kemerdekaan RI merupakan sebuah kebanggaan tersendiri dalam diri seseorang.
Hal itu dirasakan komandan pasukan Paskibraka Provinsi Sultra Tahun 2017 Kapten CPM Erland Pariatman, kemudian pembawa baki, Hanne Alaesyia Rufaidah serta pengerek bendera masing-masing pembentang bendera Dwi Wahyu, penarik tali bendera Aditya Dwi Bagida dan La Ode Alwahid.
Kempat orang yang memiliki tugas penting dalam pelaksanaan pengibaran bendera ini mengaku bangga dapat bertugas dengan posisi tersebut, dan hal itu merupakan sebuah kehormatan.
Kapten CPM Erland Pariatman mengatakan, rasa bangganya itu karena dirinya dapat mengenang kembali masa SMA. Maklum saat itu, ia merupakan tim paskibaraka sehingga rasa tersebut seperti lahir kembali. Ia pun merasa cukup terbantu dengan rasa kebersamaan dan kekompakan 50 putra dan putri terbaik 17 kabupaten/kota di Sultra.
Dalam menjalani proses latihan Erland mengaku tidak menemui kendala dan pelaksanaa pengibaran bendera hari ini berjalan sukses. Itu pun tak lepas dukungan dari pasukan 45 dari Matra Darat, Laut, Udara dan Polri.
“Saya merasa bangga, dan pengibaran bendera hari ini saya katakan sukses,” ungkap Erland dengan nada lantang sembari menunjukkan ekspersi semangatnya saat ditemui awak zonasultra.id usai melaksanakan tugas, Kamis (17/8/2017).
Dalam kesempatan ini pun, Erland berharap agar pasukan paskibraka provinsi Sultra dapat mentrasfer rasa nasionalisme yang telah diajarkan selama mengikuti latihan semi militer sejak tanggal 1 Agustus hingga 15 Agustus 2017 kepada teman, sahabat dan keluarga agar selalu menjaga rasa nasionalisme dan patriotisme.
Apalagi saat ini seiring perkembangan zaman dan teknologi rasa nasionalisme di kalangan generasi muda sudah mulai luntur bahkan hilang. Karenanya, untuk menumbuhkan ulang rasa nasionalisme dan patriotisme putra putri daerah tersebut dapat meningkatkan kebersamaan dengan melakukan kegiatan yang tidak lupa dengan ideologi bangsa pancasila dan sejarah negara kita.
“Saya percaya adik-adik akan mampu, apalagi disini dilatih dari bangun sampai tidur kembali, dan tidak ada waktu yang terbuang semua bermanfaat,” pungkasnya.
Menurut Erland, kebanyakan masyarakat pada umumnya mengetahui kalau paskibraka hanya berlatih baris berbaris padahal tidak, mereka dilatih dari fisik, psikotes, ideologi, kecerdasan intelektual dan tentunya kemahiran baris berbaris.
Sementara itu, Hanne Alaesyia Rufaidah si pembawa baki mengutarakan rasa bangga, takut dan tegangnya saat detik-detik pengibaran bendera merah putih. Akan tetapi dengan latihan mental yang cukup keras membuatnya lebih rileks dan santai saat menjalankan tugasnya. Ditambah lagi cita-cita untuk membahagiakan kedua orang tuanya rasanya sudah dia wujudkan dengan didaulat sebagai pembawa baki.
“Perasaan saya mengibarkan bendera pastinya senang bangga alhamduilah, pengibaran berjalan dengan suskses,” ungkap ditempat yang sama.
Yang membuat dirinya percaya diri melaksanakan tugas tersebut adalah untuk membahagiakan orang tua serta ingin membanggakan daerahnya Kota Kendari dan sekolahnya SMA Negeri 4 Kendari kelas XI. Tak hanya itu, ia mengaku mengemban amanah dan beban moril saat ditunjuk pembawa baki, ia pun tak menyangka atas penunjukkan.
“Pastinya ada suka duka, tapi saya selalu ingat pelatih saya katanya jangan tegang, kerjakan santai tapi serius,” ujarnya.
Hal yang sama juga dituturkan tiga orang yang bertindak sebagai pengerek bendera. Mereka menyampaikan perasaan yang sama bangga dan terharu dapat sukses menjalankan tugas, apalagi hal yang paling ditakutkan bendera tidak sampai pada puncak saat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkahir dinyanyikan.
Namun, karena kerjasama yang baik antara ketiganya semua dapat dilalui dengan baik sehingga pelaksanaan pengibaran bendera merah putih berjalan sukses.
Dwi Wahyu Nurcahyo siswa SMA Negeri 1 Kendari kelas XII selaku pembentang bendera menuturkan sempat muncul rasa takut bila salah saat menarik bendera, misalnya terlipat atau salah ikatan, namun karena keyakinan dan percaya diri semua itu dapat dilakukannya dengan baik.
“Intinya saya selalu ingat kata pelatih, kalian tidak akan ada di sini kalau kalian tidak dapat melakukannya, jadi modalnya PD saja,” pungkasnya.
Sementara Aditya Dwi Bagida siswa SMA Kartika Kendari lebih mengutamakan kehati-hatian dalam menarik talik bendera dan selalu melakukan kode mata kepada kedua rekanya, jika ia cepat maka akan diingatkan begitu pula sebaliknya. sementara La Ode Alwahid siswa SMA Negeri 2 Kendari kelas XI merasa lebih biasa saja karena sudah sering melakukan itu saat latihan.
Keempat siswa dan siswi terbaik Kota Kendari ini pun mengatakan, semua proses dari latihan semi militer hingga melaksanakan tugas di hari ini adalah pengalaman terbaik dalam hidup mereka yang kedepannya akan dijadikan modal untuk generasi penerus bangsa yang selalu menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme.
Untuk diketahui tahun ini, ada 50 pasukan paskibraka provinsi Sultra terdiri dari 27 putra dan 23 putri yang berasal dari 17 kabupaten/kota terkecuali Kabupaten Bombana dan Kolaka Timur (Koltim) tidak mengirim utusan perwakilan untuk mengikuti seleksi tingkat provinsi. (B)
Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Kiki