ZONASULTRA.COM, MAKASSAR – Penutupan Pendidikan Pertama Tamtama (Dikmata) di Lapangan Prayuda Rindam, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (7/4/2018) menyisakan kisah pilu bagi Wayan Guna S, siswa Tamtama asal Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dihari kelulusannya sebagai prajurit TNI Angkatan Darat (AD), Wayan justru hanya bisa terpaku dengan seragam hijau TNI AD. Airmata jatuh di pipinya sembari menatap nanar ratusan temannya yang bertemu orang tua bersama keluarga, saling melepas rindu karena tak pernah bertemu selama menjalani pendidikan 5 bulan.
Tiba-tiba terdengar suara dari mikrofon, “(Siswa) yang belum bertemu orang tuanya silakan merapat ke dekat tiang bendera.”
Wayan berjalan ke tiang bendera yang dimaksud. Di situ ada dua siswa lainnya, yakni Nyoman P dan Dipan, yang ternyata ketiganya sama-sama berasal dari Sulawesi Tenggara. Dipan dari Wawonii, Nyoman dan Wayan sama-sama dari Konawe. Ketiga siswa yang dinyatakan lulus menjadi prajurit TNI AD tersebut berasal dari keluarga petani.
Dilansir dari RAKYATKU.COM, Minggu (8/4/2018), usai dipanggil menuju tiang bendera, Kepala Staf (Kasdam) XIV Hasanuddin, Brigjen TNI Budi Sulistijono lalu menghampiri ketiganya dan bertanya, mengapa keluarga mereka tidak datang.
Setelah menjelaskan, ketiganya lalu diarahkan untuk duduk di kursi yang tak jauh dari tiang bendera.
Air mata Wayan pun terlihat masih menetes saat duduk di kursi. Sejumlah keluarga prajurit yang baru lulus datang menghampiri.
“Kenapa tidak ada keluarga ta datang? Ada ji keluargata di sini? Kerumah maki dulu,” ungkap seorang ibu, orang tua siswa lain.
Wayan adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Dia terlahir dari pasangan Kethu Ridet-Yomangari. Keduanya telah meninggal dunia.
“Ayah meninggal tahun 2002 lalu. Sementara ibu meninggal saat saya baru 10 hari mengikuti pendidikan,” ungkap Wayan sambil mengelap air matanya.
Meski begitu, Wayan mengaku telah membanggakan orang tuanya. Ia mengaku bangga telah dinyatakan lulus dan menjadi bagian dari prajurit TNI.
“Saya yakin ini membanggakan kedua almarhum orang tuaku, walaupun mereka sudah tiada,” tutur Wayan.
Sebagai bentuk dedikasi kepada kedua orang tuanya, Wayah bertekad menjadi prajurit yang membanggakan keluarga dan bangsa.
Meski demikian, Wayan mengungkapkan jika sebenarnya ia masih punya tiga saudara. Akan tetapi ketiganya tidak sempat menghadiri acara tersebut karena kesibukan masing-masing.
“Satu saudaraku di Bali, yang kedua di Kendari tapi baru-baru melahirkan. Dan yang satunya lagi sementara hamil besar,” ungkap Wayan.
Meski sedih, Wayan mengaku bisa memaklumi saudara-saudaranya tak datang memberi ucapan selamat secara langsung. Ia pun akan memanfaatkan cuti selama lima hari untuk bertemu keluarga di Kendari.
Pada penutupan pendidikan pertama tamtama TNI Angkatan Darat gelombang kedua 2017 itu, Kasdam XIV Hasanuddin, Brigjen TNI Budi Sulistijono mengatakan para siswa telah menjadi bagian dari TNI setelah dinyatakan lolos menjadi prajurit.
“Ini tanda berakhirnya pendidikan. Simbol keberhasilan siswa sebagai Tamtama TNI AD. Kalian telah berhasil melalui tahapan pendidikan namun harus dibuktikan secara nyata di lapangan. Buktikan pendidikan yang dilalui selama ini. Jaga sikap dan tindakan. Jangan lakukan hal-hal yang mencederai TNI,” ungkap Budi di depan para prajurit.
Budi memperingatkan agar para prajurit mampu menjalankan tugas dengan profesional. Ia juga mengingatkan agar tekad dan bekal selama pendidikan menjadi motivasi dalam menjalankan tugas sebagai tamtama yang profesional.
“Selama jalani pendidikan telah mendapat nilai dasar perjuangan, peraturan dasar kemiliteran, dan mental. Semula, dari warga sipil menjadi prajurit TNI. Kebanggaan tidak hanya pada pangkat dan pakaian, tetapi kebanggaan harus disertai kemampuan melaksanakan tugas,” tambahnya. (B)