Cerita Sukses La Ode Surahman yang Dua Putranya Jadi Lulusan Akpol

Cerita Sukses La Ode Surahman yang Dua Putranya Jadi Lulusan Akpol

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pada Kamis (14/7/2022) kemarin jadi hari yang istimewa bagi La Ode Surahman. Putra keduanya, Afdhal Ananda Tomakati bersama taruna Akademi Kepolisian (Akpol) lainnya dilantik langsung oleh Presiden Joko Widodo di halaman depan Istana Merdeka. Sebelumnya, anak sulungnya bernama Larwanda Agung Maulana juga jadi lulusan Akpol pada Juli 2021 lalu.

Akpol adalah unsur pelaksana pendidikan di bawah Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri (Lemdikpol), yang mana lulusannya dipersiapkan untuk menjadi perwira pemimpin dalam garis Komando Polri. Di lembaga pendidikan ini, para taruna Akpol dididik selama 4 tahun untuk meraih gelar Sarjana Terapan Kepolisian (S.Tr.K).

La Ode Surahman yang kini berpangkat Komisaris Polisi (Kompol) mengaku tak memaksakan kedua putranya itu bahwa harus mengikuti jejak dirinya sebagai polisi. Putra pertamanya berkeinginan jadi polisi ketika duduk di kelas 2 SMA, sementara putra keduanya dari sejak kecil sudah bercita-cita jadi polisi.

“Mereka punya semangat dan kemauan yang begitu tinggi serta gigih dalam berlatih, belajar, termasuk berdoa. Jadi murni dari kemauan mereka. Justru itu salah satu faktor yang mungkin membuat mereka sampai ke titik ini,” ujar Surahman melalui telepon.

Cerita Sukses La Ode Surahman yang Dua Putranya Jadi Lulusan Akpol
Kompol La Ode Surahman bersama dua putranya, Larwanda Agung Maulana (kanan) dan Afdhal Ananda Tomakati (tengah)

Perjalan menembus Akpol tidaklah mulus. Anak sulungnya, Larwanda Agung Maulana saat pertama kali tes pada 2016 gagal di tingkat pusat. Sesuai dengan petunjuk Mabes Polri, Larwanda tetap diberi kesempatan untuk masuk bintara. Namun karena punya tekad untuk lewat jalur Akpol maka Larwanda tidak menerima tawaran itu.

Larwanda kemudian belajar dan berlatih lagi selama kurang lebih 6 bulan untuk tes Akpol kembali. Kegigihannya berupaya akhirnya berbuah manis dengan lulus seleksi Akpol pada 2017 dan pada 2021 dilantik jadi perwira. Saat ini Larwanda bertugas di Polda Kalimantan Utara, tepatnya sebagai Kanit Turjawali Satlantas Polres Nunukan.

Satu tahun setelah kelulusan kakanya itu, sang adik Afdhal Ananda Tomakati juga ikut seleksi Akpol melalui Panitia Daerah (Panda) Polda Sultra. Saat itu, dua peserta dari Polda Sultra diloloskan ke tingkat pusat. Di pusat dilakukan seleksi dengan sistem peringkat nasional, hingga akhirnya hanya Afdhal yang lulus untuk mengikuti pendidikan Akpol selama 4 tahun.

Kemarin, Afdhal jadi satu-satunya perwira yang dilantik di Akpol tahun ini mewakili Polda Sultra. Dia juga menduduki peringkat 38 dari 246 taruna-taruni Akpol angkatan ke-53, dan hari ini (Jumat, 15/7/2022) diumumkan mendapat penempatan di Polda Kalimantan Timur, bersebelahan provinsi dengan sang kakak.

Bagaimana Persiapan Dilakukan?

Keluarga Kompol La Ode Surahman dan sang istri bukanlah dari golongan petinggi, sehingga untuk sampai ke tingkat Akpol tidak bisa hanya berbekal kemauan yang biasa-biasa. Apalagi, Akpol merupakan jalur untuk menjadi pemimpin-pemimpin Polri ke depan, yang mana rata-rata para jenderal berasal dari sini.

Bagi Surahman, buah keberhasilan itu didapat juga salah satunya dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga, dan guru-guru si anak. Selain itu, persiapan yang matang dan maksimal juga dilakukan sehingga tidak ada celah untuk menjadi catatan dalam seleksi.

Persiapan secara akademis misalnya harus menguasai materi yang akan menjadi bahan ujian, di antaranya Bahasa Inggris, matematika, dan lainnya. Makanya Surahman mengikutkan anaknya bimbingan belajar (bimbel), tidak bisa hanya mengandalkan belajar di sekolah.

Bahkan Surahman sampai mengikutkan anaknya karantina bimbel di Jakarta selama 3 bulan dengan target mencapai standar kualifikasi nasional. Hal ini dianggapnya penting sehingga ketika tes tidak terlalu mendapatkan kendala yang berat.

Cerita Sukses La Ode Surahman yang Dua Putranya Jadi Lulusan Akpol
Larwanda Agung Maulana bersama Afdhal Ananda Tomakati

Selain itu, untuk persiapan fisik si anak harus mempunyai jiwa yang samapta dan kuat secara jasmani. Namanya juga calon pempimpin maka kualifikasi secara fisik ini harus berada di atas rata-rata prajurit biasa. Dalam kesiapan fisik ini yang perlu diperhatikan adalah tentang kesehatan, maka si anak tidak boleh ikut larut dalam penggunaan rokok, minuman keras, apalagi penggunaan obat-obatan terlarang.

“Yang tidak kalah pentingnya adalah disipilin dalam pengaturan waktu. Mereka juga sudah ditanamkan semenjak kecil nilai-nilai, yang berhubungan dengan etika-etika dan norma bagaimana menghormati orang tua, menghormati kakak, menyayangi yang adik, untuk kemudian saling mendukung untuk keberhasilan mereka,” ujar Surahman.

Bagaimana Soal Biaya?

La Ode Surahman tak memungkiri bahwa biaya yang harus dikeluarkannya tidaklah sedikit. Baginya, niatan yang besar bekonsekuensi pada pengeluaran biaya yang besar pula. Sebagai orang tua ia siap berkorban, apalagi melihat kemauan si anak yang besar.

Terkait biaya ini, lebih pada tahap persiapan sebelum melakukan seleksi. Agar semua jenis tes dapat lolos maka segala kekurangan si anak diperhatikan. Misal, untuk kesehatan, si anak mesti dibawa check up ke dokter ahli.

Kemudian apabila si anak kurang dalam bidang matematika, maka harus menyewa guru privat yang tentu butuh biaya. Belum lagi bidang-bidang lain seperti Bahasa Inggris dan tes potensi akademik (TPA).

Surahman mencontohkan, anak pertamanya mengambil jurusan IPS atau ilmu pengetahuan sosial saat SMA maka tentu lemah di bidang eksakta. Jadi ketika itu, si anak menjalani privat khusus dengan menyewa guru-guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Lalu, anak keduanya saat SMA berada di jurusan IPA tapi kemampuan Bahasa Inggrisnya pas-pasan sehingga harus ikut kursus.

“Semua kita harapkan maksimal, jadi biaya banyak pasti, apalagi bimbel bolak balik Jakarta. Selaku orang tua kita men-support untuk memaksimalkan si anak,” ujar Surahman.

Tentang seleksi, Surahman menilai semuanya berjalan dengan bagus. Selama dua anaknya ikut dari tingkat panitia daerah (panda) di Polda Sultra hingga ke pusat, seleksi dilakukan dengan cukup transparan dan melibatkan pengawas eksternal.

Siapa La Ode Surahman?

La Ode Surahman sendiri merupakan pria kelahiran Wanci (Wakatobi) 29 Oktober 1973 dari pasangan seorang ayah juragan perahu layar dan ibu petani. Setelah tamat SMA, anak ke-4 dari 8 orang bersaudara ini langsung merantau ke Kendari pada 1992.

Ketika sampai di Kendari, dia ikut bantu kerabatnya berdagang pakaian bekas atau yang disebut dengan istilah “RB”. Dalam prosesnya, Surahman banyak berinteraksi dengan petugas kepolisian yang kala itu RB masuk kategori ilegal.

Surahman lalu tertarik ikut seleksi polisi dengan melakukan segala persiapan yang dibutuhkan mulai dari latihan fisik hingga mengasah kemampuan akademik. Hidup di daerah rantau bukanlah hal mudah baginya, bahkan dia turut melakoni pekerjaan sebagai kernet mobil mikrolet untuk mencukupi kebutuhan hidup.

Hanya sekitar setahun bergelut dengan kerasnya kehidupan Kendari sebagai perantau, ia kemudian memulai karir dari bawah dengan lulus seleksi Bintara pada tahun 1993. Dia pertama kali, bertugas di Polres Bulukumba sebagai polisi tugas umum. Setelah berdinas 1,5 tahun, dia ikut sekolah kesehatan selama 3 tahun di Makassar untuk menjadi mantri kesehatan.

Seiring ditetapkannya Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Polda Sultra) pada 1996 dari sebelumnya berstatus kepolisian wilayah (Polwil), Surahman ikut bergabung. Hal itu menandai perjalanan karirnya yang banyak menjalankan tugas-tugas paramedis di Bidang Dokter Kesehatan (Biddokes) Polda Sultra, termasuk di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari.

Setelah jadi perwira, dia pernah menjabat Kapolsek Tomia di Wakatobi dari 2005 hingga 2007. Saat berpangkat Kompol (sejak 2016), dia pernah menjadi Wakapolres Muna pada 2021. Kini, ia menjabat Kabag Fasilitas dan Konstruksi (Faskon) Biro Logistik Polda Sultra.

Cerita Sukses La Ode Surahman yang Dua Putranya Jadi Lulusan Akpol
Keluarga Kompol La Ode Surahman

Dalam perjalanan karirnya itu, Surahman tergolong yang paling cepat di bintara angkatannya. Catatan-catatan prestasi kedinasannya itu diyakininya juga turut memotivasi anak-anaknya untuk turut bertugas di kepolisian.

Surahman sendiri memiliki seorang istri, Siti Amaliah Kurniati yang berasal dari Makassar. Selain memiliki dua orang putra, pasangan ini juga memiliki dua putri yaitu Aprilia Khamisa (mahasiswi Psikologi Universitas Negeri Semarang) dan Asyfa Kiandra Shinta.

Profil keluarga ini tergolong biasa saja, dengan sang istri hanya ibu rumah tangga. Selain Surahman sendiri, garis polisi kedua putranya juga datang dari mertuanya (ayah Siti Amaliah) yang juga seorang polisi meski tak sampai jadi perwira.

Surahman berharap kedua putranya tetap rendah diri, tidak sombong, dan tidak cepat berpuas diri. Harapan terbesarnya, kedua putranya bisa melewati pencapaiannya yang hanya dari Bintara, sebagaimana jebolan-jebolan Akpol lainnya yang menjadi penerima tongkat estafet kepempinan Polri. (*)

 


Reporter: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini