Daerah Wisata, Masyarakat Wakatobi Dituntut Ramah dan Menjaga Kebersihan

DURIANI
Duriani

OPINI – Semestinya areal pelabuhan bisa berfungsi ganda. Selain menjadi parkiran kenderaan pengangkut barang dari kapal, juga bisa menjadi publik space jika tertata dengan rapi dan bersih. Dimana masyarakat biasa memanfaatkan waktu luangnya untuk menikmati udara segar dan tempat untuk bersantai khususnya kalangan muda.

Pelabuhan, baik itu pelabuhan laut maupun udara (Bandara) juga sebagai salah satu ikon suatu daerah, jika tertata dengan rapi dan bersih. Wisatawan maupun masyarakat local begitu menginjakkan kaki di daerah yang dituju, areal pelabuhanlah pemandangan pertama dilihatnya. Pelabuhan bisa jadi sebagai barometer kebersihan suatu daerah.

DURIANI
Duriani

Terkait pelabuhan laut (dermaga), dimana setiap hari pasti saja ada kapal yang bersandar untuk melakukan aktivitas bongkar muat sehingga bisa menyebabkan penumpukan sampah. Untuk itu, fasilitas umum seperti tong sampah adalah salah satu hal yang paling utama untuk meminimalisir kapal-kapal yang melakukan aktivitas bongkar muat sehingga tidak membuang sampahnya ke laut.

Di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) penyediaan tong sampah disekitar pelabuhan baik itu pelabuhan rakyat maupun pelabuhan nasional sudah lama dilakukan instansi terkait. Namun ada saja aksi jahil masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya menjaga kebersihan dengan menyiapkan tong sampah di sekitar pelabuhan. Bagaimana tidak, tong-tong sampah yang telah disiapkan disekitar pelabuhan bukannya dimanfaatkan untuk tempat membuang sampah akan tetapi tong sampah justru menjadi korban (hilang).

Gerakan menjaga kebersihan yang dicanangkan Pemkab Wakatobi seharusnya mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sebab, jika aktivitas membuang sampah ke laut dibiarkan tanpa ada pengawasan semua elemen, disamping membahayakan lingkungan ekosistem bawah laut yang disebabkan oleh akumulasi dari berbagai jenis sampah (bahan pencemar) juga membawa suasana yang tidak menyehatkan.

Sangat controversial tentunya dengan slogan salah satu daerah khususnya di Kabupaten Wakatobi yang telah ditetapkan menjadi kawasan Cagar Biosfer Bumi oleh lembaga dunia UNESCO. Seluruh pemangku kepentingan harus turut serta melakukan penyadaran terhadap bahaya membuang sampah disembarang tempat. Seperti apa pemandangan jika wisatawan masuk di areal pelabuhan dan melihat begitu banyak sampah mengapung dilaut, sontak akan merasa tidak nyaman dengan pemandangan tersebut.

Sejak rezim Hugua menjadi Bupati Wakatobi selama 10 tahun dengan slogan Surga Nyata Bawah Laut Di Pusat Segi Tiga Karang Dunia, hingga rezim saat ini yang mengusung visi misi Kabupaten Maritim Yang Sejahtera dan Berdaya Saing. Semestinya isu sampah dan pencemaran diseputar pelabuhan sudah harus ada kesadaran masing-masing individu.

Belum lagi Kabupaten Wakatobi masuk dalam deretan 10 daerah di Indonesia sebagai kawasan prioritas pengembangan destinasi pariwisata. Selain membuthkan keramahan bertutur kata dalam menyapa wisatawan, sebagai daerah pengembangan destinasi pariwisata, perilaku menjaga kebersihan dan menjaga fasilitas umum harus dikedepankan.

Isu sampah dan pencemaran, bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah , akan tetapi seluruh masyarakat yang bermukim di dalam suatu wilayah. Pemerintah melalui instansi-instansi terkait sesuai tupoksinya telah melakukan berbagai langkah atau inisiatif awal untuk mengantisipasi persoalan sampah khususnya di seputar pelabuhan.

Pengadaan fasilitas tong sampah di areal pelabuhan adalah merupakan sarana pendidikan bagi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Untuk itu, sangat urgent bagi instansi terkait untuk berpikir lebih serius dan lebih produktif untuk segera memberikan respon terhadap persoalan sampah. ***

 

Oleh Duriani
Penulis Merupakan Wartawan Daerah di Wakatobi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini