Darurat Milenial Pertanian

Ikhsan Gunawan P, SST
Ikhsan Gunawan P, SST

Kebijakan pembangunan pertanian tampaknya ditekankan pada upaya peningkatan produksi hingga pada level swasembada. Data-data produksi pertanian tengah diperbaiki. Memang, produksi yang melimpah dapat meningkatkan kemakmuran perut rakyat namun hal ini tidak selalu dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan petani.

Pada tahun 2014, nilai ekonomi sektor pertanian adalah 1,4 juta miliar rupiah . Pada tahun 2017, nilai ekonomi meningkat menjadi 1,7 juta miliar rupiah. Peningkatan sektor pertanian juga dibarengi dengan peningkatan produksi nya. Misalnya saja, produksi beras pada tahun 1993 adalah sebesar 48 juta ton pada pada tahun 2015 meningkatkan hingga 75,3 juta ton (BPS).

Peningkatan ini tidak dibarengi dengan peningkatan kontrribusi terhadap perekonomian, pada tahun 1981, sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 24,14 persen namun hingga 2017, kontribusinya hanya sebesar 13 persen terhadap pereknomian nasional. Sebaliknya, peranan sektor-sektor non semakin meningkat. Perubahan struktur ekonomi ini menunjukkan terjadinya pergeseran kesempatan kerja antar sektor. Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja makin menurun sejalan dengan
penurunan kontribusinya.

BACA JUGA :  Indonesia Timur: Sentrum Nikel Nasional

Dilihat dari kelompok umur, pemuda pertanian dapat dikatakan sebagai penduduk usia 15 hingga 30 tahun yang bekerja pada sektor pertanian. Pergeseran struktur tenaga kerja juga terjadi pada pemuda pertanian. Hal ini terjadi karena menurunnya minat kamu muda terhadap pekerjaan sebagai petani. Diperkirakan setiap tahunnya, sekitar 2 persen orang beralih pada profesi sektor lainnya.

Pergeseran ini khususnya pada milenial dapat terjadi karena beberapa hal. Milenial memandang bahwa industri pertanian tidaklah prestisius dan tidak terjamin masa depannya. Tidak hanya itu, tingginya arus urbanisasi membuat milenial didesa semakin termotivasi untuk meninggalkan sektor pertanian di desa dan beradu nasib di kota dengan standar pendidikan yang rendah. Dan tingggallah petani tua didesa dengan produktivitas kerja yang rendah dibanding milenial.

BACA JUGA :  Kemitraan Konservasi Bagai Pisau Bermata Dua (Bagian I)

Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, sebab tanpa adanya petani, tak akan ada produksi
pertanian, taka da produksi pertanian, sektor lainnya akan mengalami kekacauan sebab produksi pertanian menjadi bahan baku pada sektor lainnya.

Perlu adanya upaya untuk meregenerasi petani dan menarik minat kaum milenial untuk menjadi petani. Apalagi dengan teknologi, milenial bisa menjadi agen perubahan pada sektor pertanian kita. Milenial akan menjadi pengusaha pertanian apabila dibekali dengan kemampuan dan modal. Bukan tidak mungkin, suatu saat nanti digital farming akan dapat diterapkan di negara ini.

 

Oleh : Ikhsan Gunawan P, SST
Penulis Merupakan Fungsional Statistisi BPS Kabupaten Konawe

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini