ZONASULTRA.COM, KENDARI – Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala Waluya (UMW) Kendari Ratna Umi Nurlila berbicara mengenai keberadaan tenaga kesehatan teknisi bidang elektromedis di beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit dan Puskesmas. Ia membeberkan hasil pengamatan lapangan yang menunjukan pemberdayaan terhadap tenaga elektromedis masih sangat terbatas.
Bahkan saat melaksanakan kegiatan rutinitas kampus berupa pengabdian masyarakat yang diikuti dosen dan mahasiswa, menemukan hampir semua gedung kesehatan di Sulawesi Tenggara (Sultra) belum memiliki tenaga elektromedis. Padahal, upaya pemanfaatan tenaga elektromedis dinilai sangat penting bagi pengelolaan sejumlah peralatan kesehatan medis.
Ratna menyebutkan keterampilan tenaga elektromedik utamanya memiliki kemampuan melakukan pengkajian secara teknis terhadap penggunaan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Para tenaga elektromedik bekerja memantau dan melaporkan secara periodik pemakaian alat kesehatan sebagai upaya memberikan jaminan keamanan, keselamatan maupun laik pakai dari alat yang digunakan.
Peran tenaga teknisi elektromedik juga menjadi salah satu syarat dalam pemenuhan standar penilaian sistem akreditasi bagi fasilitas kesehatan. Hal itu mengacu pada ketentuan Pasal 24 ayat (3) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 13 ayat (3) UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, serta Pasal 66 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
Selain itu, kemampuan lain dari tenaga elektromedis yakni bukan hanya sebatas mengetahui penggunaan berbagai jenis alat kesehatan, tetapi juga dapat menangani masalah kerusakan pada alat yang digunakan. Dengan begitu mereka dapat membantu setiap fasilitas kesehatan dalam merencanakan anggaran keuangan terutama berkaitan dengan efisiensi belanja pengadaan alat kesehatan.
Menurut Ratna, selama ini pengelola fasilitas kesehatan cenderung terlihat mengalami kesulitan mengatur penggunaan alat kesehatan. “Karena kurangnya tenaga elektromedis sehingga alat yang mestinya masih bisa terpakai menjadi tidak digunakan. Sementara tingkat kerusakan alat tersebut termasuk kecil yang jika dilakukan perbaikan masih dapat digunakan kembali. Di sinilah dibutuhkan peran tenaga elektromedis,” katanya.
Dia pun menyesalkan perihal masih kurangnya tingkat pemberdayaan tenaga elektromedis di tengah semakin meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan. Sementara kata Ratna, Sumber daya manusia di bidang tenaga elektromedis yang dihasilkan kampusnya terbilang relatif cukup banyak. Namun hingga kini tingkat penerimaan UMW menjadi tenaga elektromedik untuk alumni Teknologi Elektro Medis itu masih tergolong rendah.
Sekedar informasi, di Fakultas Sains dan Teknologi, UMW terdapat Program Studi (Prodi) Diploma III (D3) yang merupakan satu-satunya program studi yang menyiapkan tenaga elektromedis di Sultra. Prodi ini telah berdiri sejak 2014 silam bersamaan dengan dua jurusan lain yakni Farmasi dan Analis Kesehatan. Di usia yang belum mencapai sepuluh tahun tersebut Prodi D3 Teknologi Elektro Medis sudah meluluskan sebanyak tiga kali dengan jumlah alumni kurang lebih sekitar 80 orang.
Namun kini sebagian banyak alumni jebolan Prodi Teknologi Elektro Medis tersebut harus menyebar di luar daerah seperti wilayah pulau Jawa. Selain alasan kurangnya tingkat penerimaan bagi tenaga elektromedik, tawaran nilai finansial yang didapatkan menjadi penyebab mereka memilih untuk bekerja di luar daerah ketimbang di daerah sendiri.
“Sehingga kita sangat mengharapkan adanya peran Pemerintah daerah untuk memperhatikan kondisi yang ada saat ini. Di samping itu, dibutuhkan kesadaran mengenai pentingnya tenaga elektromedik dalam manajemen peralatan medis pada fasilitas kesehatan. Karena kalau berkaitan dengan penggunaan alat sebetulnya lebih efisien memperbaiki dibanding memilih menganggarkan kembali,” pungkasnya. (a)
Penulis : M9
Editor: Ilham Surahmin