Diberi Waktu 1 Bulan Pindah, Pasutri Ini Bingung Tinggal Dimana

Diberi Waktu 1 Bulan Pindah, Pasutri Ini Bingung Tinggal Dimana
PASUTRI- Kondisi dan keadaan rumah dari pasangan suami istri Mawi (66) dan Sitti (70) di Jalan Chairil Anwar Kelurahan Mataiwoi Kecamatan Wua-wua, Rabu (3/2/2016). Rumah ini dibangun dengan biaya dari Mawi sendiri dibantu dengan tetangga yang rumahnya kena sengketa lahan tahun 2012. (Ilham/ZONASULTRA.COM)
Diberi Waktu 1 Bulan Pindah, Pasutri Ini Bingung Tinggal Dimana
PASUTRI– Kondisi dan keadaan rumah dari pasangan suami istri Mawi (66) dan Sitti (70) di Jalan Chairil Anwar Kelurahan Mataiwoi Kecamatan Wua-wua, Rabu (3/2/2016). Rumah ini dibangun dengan biaya dari Mawi sendiri dibantu dengan tetangga yang rumahnya kena sengketa lahan tahun 2012. (Ilham/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM,KENDARI – Siti (70) hanya bisa terbaring lemas akibat penyakit lumpuh yang dideritanya sejak 10 tahun silam. Semua aktivitas mulai dari makan hingga buang air dilakukannya di tempat tidur yang terbuat dari papan beralaskan tikar.

Siti hidup dengan suaminya Mawi (66), tinggal di gubuk yang tak layak huni berukuran 4X3 meter, beratapkan seng berdinding papan beralasakan tanah. Ditambah dengan sejumlah perabotan memasak dengan sebuah tungku kecil.

Namun, ada salah satu barang berharga yang dimiliki oleh mereka yakni sebuah televisi berukuran 14 inci. Barang itu dibelikan suaminya, karena istri butuh hiburan. Televisi itu dibelikannya dari hasil tabungan bekerja sebagai pemulung selama 15 tahun.

Gubuk yang mereka tempati sejak tahun 2004 itu merupakan lahan pinjaman salah seorang warga di jalan Chairil Anwar Kelurahan Mataiowoi Kecamatan Wua-Wua, Kendari.

Pasangan suami istri ini hanya diberi waktu 1 bulan untuk tinggal di lahan tersebut. Sebelumnya, tanah yang mereka tempati adalah lahan sengketa dan terkena gusur.

Sampai saat ini, pasutri ini belum tahu akan berdomisili di mana.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Mawi hanya bisa memulung. Itupun hanya memungut sampah yang ringan dan tidak membutuhkan tenaga lebih. Selain itu, mereka hanya mengharapkan uluran tangan para tetangga dan masyarakat sekitar.

Mawi mengaku sudah tak bisa bekerja keras karena harus menjaga sang istri yang sedang sakit.

“ya, dulu seminggu bisa ngumpulin uang Rp.80.000,- kata Mawi saat ditemui di kediamannya, Rabu (3/2/2016).

Untuk makan sehari-hari, mereka mengkonsumsi nasi dengan lauk ala kadarnya, terkadang mereka sandingkan dengan lauk indomie ataupun ikan kalau ada uang, sedangkan untuk mengkonsumsi sayuran mereka sama sekali tidak mampu.

“Kalau pindah saya mau bongkar rumah saya, mau pindah di Abeli sawah saja,” Jelas Mawi.

Pasangan suami istri ini menikah di tahun 1980 dan tidak diberkahi seorang anak. Sebelumnya, mereka berdomisili selama 15 tahun di kelurahan Sodoha. Saat itu, Mawi bekerja sebagai tukang becak dan buruh bangunan.

Karena fisik yang mulai lemah, dirinya tidak lagi bekerja sebagi tukang becak melainkan hanya bisa bekerja sebagai pemulung dengan berjalan kaki menelusuri kota Kendari sambil mengumpulkan barang-barang bekas yang masih bisa terjual.

Tahun 1984 Mawi bekerja menjaga kebun di Abeli Sawah dan hanya bertahan bekerja selama 3 bulan dan kembali menjalani hidup di kota Kendari.

Sebelumnya, sang istri Sitti telah menikah sebanyak tiga kali. Suami pertamanya, Rusaini menceraikannya kemudain suami yang kedua Daeng dameng juga menceraikannya dan suami ketiga salah satu pejabat kehutanan Sujatmo yang telah meninggal.

Tahun 2004 mereka pindah di Kelurahan Mataiwoi Kecamatan Wua-Wua, Jalan Chairil Anwar. Posisi rumahnya berada di pinggir jalan yang saat ini telah rata dengan tanah, sebelum akhirnya pindah di tempat saat ini.

Bekerja sebagi pemulung dijalani Mawi selama 15 tahun, Namun naasnya, tahun 2006 sang istri mengalami musibah lumpuh setelah ditabrak oleh mahluk halus di Masjid Agung selepas shalat idul fitri.

Berbagai cara pengobatan telah dilakukan mulai dari rumah sakit hingga mendatangi dukun, tapi penyakitnya tak kunjung sembuh bahkan semakin parah.

Saat ini, sang istri kondisi sangat memperihatinkan. Dia lumpuh dan matanya sudah rabun, sehingga ia tidak dapat lagi beraktivitas seperti dulu dan hanya bisa terbaring lemah.

Diberi Waktu 1 Bulan Pindah, Pasutri Ini Bingung Tinggal Dimana
Tampak depan rumah Mawi dan Sitti

Di balik kepasrahan Sitti, dia mengharapkan pemerintah dapat membuat mereka satu rumah yang layak huni, agar pikiran sang suami bisa lebih tenang, sehingga sang suami dapat bekerja kembali tanpa perlu mengharapkan iba dari orang lain.

“iya, betul…betul…betul…..rumah layak mas,” kata Sitti dengan suara sedikit serak.

Mawi meminta tolong kepada wartawan zonasultra.id agar permintaan dibuatkan rumah disampaikan kepada Walikota Kendari Asrun.

Dibalik itu ada sebuah perjuangan yang tak bisa kita sepelekan yaitu ketika Mawi bekerja selama 3 bulan menjaga kebun milik warga di Abeli Sawa. Bersama istrinya, ia juga menjaga 2 anak dari pemilik kebun yang bernama Ali. Tapi seteleh berencana kembali ke kota Kendari, Mawi membawa salah satu anak  yang umur 8 bulan sedangkan yang berumur 1 tahun diserahkan kembali kepada kedua orang tuanya karena sering menangis.

Namun, sebelum itu ia dan kedua orang tua kandung si bayi menandatangi sebuah perjanjian di balai desa. Isi perjanjian itu adalah bila si bayi masih kecil maka statusnya anakmu, anakku tapi ketika ia sudah besar itu sudah menjadi hak Mawi dan sitti.

Mereka merawat dengan penuh kasih sayang seperti anak sendiri dan semua kebutuhan hidupnya dipenuhi kedua lansia ini, mulai dari biaya makan dan susu si bayi hingga ia menginjakkan kakinya di sekolah dasar.

Anak angkatnya, Jemi saat itu masuk ke rumah sakit karena kecelakaan motor saat kelas 6 SD pada ulangan semester awal. Namun, saat ia sembuh orang tua kandungnya mengambil kembali anak ini untuk dirawat dan disekolahkan di Puuwatu hingga tamat SMA.

Setelah itu, mereka sudah tidak pernah mendapat kabar dari Jemi, sampai kemudian ia menikah pun tidak diberi kabar oleh kedua orang tua kandung Jemi.

Sitti mengungkapkan bahwa dirinya merawat si jemi seperti anak kandunganya sendiri.

“mama kandungnya itu kurang ajar,” kata Sitti dengan nada sedikit marah.

Namun, beberapa hari yang lalu setelah eksekusi rumah di lahan sengketa dekat rumah mereka tempati saat ini, Jemi datang menjenguk dengan membawakan mereka makanan.

Saat ini, Jemi (25) telah bekerja sebagai satpam di Kampus pasca sarjana UHO Kemaraya dan telah memiliki dua orang anak.

“saya senang sekarang sudah punya dua cucu,” tutup Mawi.

 

Penulis : Ilham Surahmin
Editor : Kiki

2 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini