ZONASULTRA.COM, WANGI-WANGI-Pertarungan cabang olahraga (Cabor) Muay Thai antara Kabupaten Wakatobi melawan tuan rumah Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara (Sultra) berakhir ricuh, hingga terjadi aksi saling dorong antara pihak official Wakatobi dengan pengamanan panitia, Jumat (7/12/2018).
Hal itu terjadi akibat panitia penyelenggara Cabor Muay Thai pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) XIII di Kolaka, diduga kembali melakukan kecurangan pada pertandingan antara atlet Wakatobi Andryawan Darmita (Sudut Biru) yang juga adalah petarung jebolan Mixed Martial Art (MMA) melawan atlet tuan rumah Kolaka, A. Zulfikar (Sudut Merah).
Setelah di pertandingan sebelumnya juga panitia sempat mencurangi atlet Wakatobi dari ukuran berat badan yang tidak seimbang 78 kg melawan 57kg, 7 ons.
Dimintai klarifikasinya soal dugaan pengaturan skor, serta kecurangan, Ketua Pengprov Muay Thai Sultra, Bachri Bachtiar memperlihatkan hasil tertulis pertandingan pada manager cabor Muay Thai Kabupaten Wakatobi dan media dengan skor telak 5-0 untuk kemenangan Kolaka.
Diduga skor untuk hasil pertandingan sudah diatur sebelumnya. Sebab dari tulisan skor nampak ditulis oleh satu orang karena model penulisan setiap juri terlihat sama.
“Tidak ada kecurangan, lihat ini, lihat dan buka sendiri tidak ada intervensi. Dan lihat siapa yang menang, Merah kan (Sudut Merah) 5-0 pak. Rugi dan malu saya kalau mau akal-akali ini. Sekarang saya tanya, itu pelatihnya bersertifikat tidak, pernah pelatihan tidak,”ucapnya dengan nada keras.
Di tempat yang sama pelatih Muay Thai Kabupaten Wakatobi, Ferdin mengatakan, pihaknya sangat jelas dirugikan oleh pihak panitia. Sebab dari berjalan hingga berakhirnya pertandingan, harusnya dimenangkan oleh atlet Wakatobi meski
“Saya tidak habis pikir proses yang kita saksikan pada pertandingan berbanding terbalik dengan hasil keputusan panitia. Yang membuat kita dan para penonton yang menyaksikan bingung dengan keputusan itu,”katanya.
Lanjut Ferdin, semua orang di sini tahu tahu siapa yang harusnya dan pantas memenangkan pertarungan antar Tuan rumah Kolaka melawan Wakatobi.
“Sangat besar kecurangannya, kita lihat dari sisi pukulan yang masuk kearah lawan dan beberapa pukulan telak lainnya beberapakali yang membuat lawan hampir K.O,”ungkapnya.
Bukan terkecuali yang punya sertifikat pelatih yang diharuskan memprotes, atlet dan official itu berhak untuk memprotes.
“Sementara kalau mau berbicara soal sertifikat pelatih Muay Thai, kemungkinan besar di Indonesia ini baru saya satu-satunya yang memiliki sertifikat dari Thailand. Dalam artian saya ini adalah instruktur untuk para pelatih, kalau memang mereka mempertanyakan itu,”ujarnya.
“Dia kira kita ini bodoh sementara sepak terjang kita ini sudah internasional, padahal Muay Thai ini termasuk cabor yang baru masuk dan diselenggarakan di Sultra. Dia pikir segampang itu bisa membodohi kita yang sudah matang di dunia Muay Thai. Kita dari Wakatobi ini petarung sekaligus instruktur pelatih. Kan kejuaran Porprov ini adalah bagian dari seleksi Pekan Olahraga Nasional, sehingga juara-juara yang direkomendasikan pada pra PON juga harus dari seleksi yang sportif sehingga atlet yang direkomendasikan itu bukan dari hasil settingan,”tandasnya. (b)