HINDARI WARTAWAN – Marsika, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Agus Salim kecamatan Katoi Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) yang sengaja tidak mau mengakui identitasnya saat diwawancarai wartawan terkait dugaan pemotongan dana Bantuan Langsung Siswa Miskin (BLSM) kepada 80 siswanya, Senin (18/12/2017). (Rusman/ZONASULTRA.COM)
ZONASULTRA.COM, LASUSUA – Sikap tidak terpuji dilakukan oleh Marsuka, Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Agus Salim di kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra) yang sengaja tidak mau mengakui identitasnya saat diwawancarai wartawan terkait dugaan pemotongan dana Bantuan Langsung Siswa Miskin (BLSM) kepada 80 siswanya.
Saat itu, awak media ini memutuskan melakukan wawancara langsung terhadap Marsuka di rumahnya, di desa Katoi, kecamatan Katoi, Kabupaten Kolut, Senin (18/12/2017) setelah tiga kali menolak permitaan wawancara dari wartawan.
Namun saat ditemui, Marsuka justru menyembunyikan identitas aslinya, dengan tidak mengakui dirinya sebagai Marsuka. Bahkan dengan lagak acuh, dia mengatakan bahwa marsuka yang dimaksud wartawan itu sedang tidak berada di tempat. Dia mengaku hanya mengaku sebagai kerabatnya.
“Ibu Marsuka tidak ada di tempat, sedang menyebrang ke Sulawesi Selatan (Sulsel) karena libur sekolah,” katanya.
Awak mendia ini kemudian menjelaskan maksud kedatangannya menemui Marsuka bahwa ingin mengklarifikasi dugaan pemotongan dana BLSM milik siswanya di SMA Agus Salim.
Mendengar hal itu, dia semakin menyembunyikan identitasnya dan seolah tutup mulut saat dimintai nomor kontak pribadinya.
“Maaf nomor HPnya saya tidak punya, silahkan cari sendiri,” ketusnya.
Wartawan lalu mengkonfirmasi wajah sang Kepala Sekolah dengan menunjukkan salah satu fotonya kepada Cemi, tetangga Marasuka.
“Betul itu foto ibu Marsuka, saya berani jamin,” terang Cemi.
Sementara itu, Ketua Cabang Himpunan Pelajar Mahasiswa Kolaka Utara (Hippermaku) Kolaka, Sumarno menyayangkan sikap Marsuka itu.
Menurutnya, perbuatan itu tidak menunjukkan etika sebagai pimpinan sebuah lembaga pendidikan. Kata dia, sikap Marsuka yang tidak mengakui identitasnya di hadapan wartawan merupakan perbuatan yang tidak memiliki integritas.
“Sebagai pimpinan di sekolah, dia malah mencontohkan sikap yang tidak baik terhadap rekan wartawan yang sedang menjalankan tugas sebagai kontrol sosial,” ujar Sumarno.
Dia menilai, sikap Marsuka ini menunjukkan bahwa sebagai kepala sekolah, dia terkesan tidak transparan terhadap penyaluran dana BLSM di sekolahnya. Dengan menghindari wartawan, dugaan pemotongan dana senilai Rp. 100 ribu terhadap 80 orang siswanya itu semakin kuat.
“Apapun alasannya, sikap tidak jujur tidak patut dicontoh. Apalagi jabatan beliau sebagai kepala sekolah,” tandasnya. (C)
Reporter : Rusman
Editor : Abdul Saban