ZONASULTRA.COM, RUMBIA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) menemukan 88 anak di daerah itu menderita penyakit stunting atau kekurangan gizi kronis.
Kepala Dinkes Bombana dr Sunandar mengatakan, jumlah penderita stunting ini telah terdata sejak 2017 yang ditemukan di 22 kecamatan di daerah itu hingga April 2019.
“Ada 88 kasus stunting atau jika jumlahnya dipresentasekan mencapai 0,41 persen dari total 55.190 anak di daerah ini,” terang Sunandar di Rumbia, Selasa (9/4/2019).
Sunandar menjelaskan, mayoritas penderita stunting di Bombana berawal dari sanitasi lingkungan yng tidak mendukung. Selain itu, asupan gizi anak sejak dalam kandungan juga menjadi pemicu, tidak saja bersumber dari anak itu sendiri, namun ada pengaruh dari orang tua.
(Baca Juga : Cegah TBC, Dinkes Bombana Fungsikan Masyarakat Jadi Juru Pemantau Batuk)
Menurut Sunandar, stunting kebanyakan dipengaruhi oleh lingkungan dan rentan terjadi di kalangan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Ada pula orang tua yang mengalami kekurangan energi kalori, faktor anemia hingga mempengaruhi bayinya sejak dalam kandungan.
“Intinya, semua berawal dari pola asuh anak sejak dari kandungan hingga lahir. Tidak sampai di situ, pola asuh yang benar itu mesti dilakukan secara menerus saat anak berstatus balita. Sebab, rata-rata penderita penyakit ini dipengaruhi oleh penurunan berat badan secara drastis,” ujarnya.
Sebagai solusi lanjut Sunandar, pihaknya terus berupaya menangani penyakit itu melalui kerjasama secara terpadu. Dinkes melibatkan dasa wisma pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) di desa atau kelurahan. Metode awal dilakukan dengan proses penanganan seribu hari pertama sejak dalam kandungan, yaitu peningkatan gizi pada ibu hamil. Kemudian, anak yang telah lahir diberikan pola asuh dengan perawatan berkualitas.
Penanganan selanjutnya dengan upaya pemberian makanan tambahan di setiap kegiatan posyandu. Begitupula dengan mengikuti perkembangan pertumbuhan dan psikologi anak.
“Kami sudah menekankan ke semua tenaga di 22 kecamatan agar intens mengontrol ibu hamil dan kesehatan balita,” ujarnya. (b)
Kontributor: Muhammad Jamil
Editor: Jumriati