BBPP BATANGKALUKU – Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku Kemal Mafud saat memberikan sambutan dalam acara bimbingan teknis penyuluh, pengawas dan pendampingan APBN-P tahun 2017 komoditi perkebunan, tanaman pangan dan holtikultura di Hotel Same Kendari, Kamis (5/10/2017). (ILHAM SURAHMIN/ZONASULTRA.COM)
ZONASULTRA.COM, KENDARI – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menargetkan pengembangan kedelai di sejumlah kabupaten di Sultra mencapai 10.000 hektar.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan Distanak Sultra Antoni Balaka dalam acara Bimbingan Teknis Penyuluh dan Petugas Pengawalan dan Pendampingan Kegiatan APBN-P 2017 Komoditi Perkebunan, Tanaman Pangan dan Holtikultura di Same Hotel Kendari, Kamis (5/10/2017) .
Ia menjelaskan bahwa Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan target kepada Pemda agar hingga akhir tahun anggaran 2017 pengembangan kedelai harus mencapai 4.000 hektar.
“Saya pikir ini tak begitu sulit, jangan 4.000 lah kita bisa capai lebih dari itu,” ungkap Antoni.
Apalagi program yang baru berjalan sebulan ini, pendataan terakhir dari Distanak, potensi pengembangan kedelai sudah mencapai 4.000 hektar yang tersebar di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Konawe, Kolaka, Muna, Muna Barat.
Sementara itu, pihaknya masih berusaha menambah perluasan potensi di daerah lain seperti Konawe Utara (Konut), Kolaka Utara (Kolut), Kolaka Timur (Koltim), Bombana, Buton Tengah (Buton Tengah) dan Buton Utara (Butur). Khususnya daerah transmigrasi yang sudah terbiasa menanam kedelai supaya dimaksimalkan.
Untuk itu, saat ini gencar dilakukan sosialisasi kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mensukseskan program dari swasembada kedelai tersebut. “Konsel sendiri sudah menyiapkan 1.500 hektar dan siap tanam perdana,” ujarnya.
Namun permasalahan di Sultra banyak petani yang enggan menanam kedelai karena harga jual yang rendah sehingga kurang menguntungkan. Namun dengan adanya surat dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang menjamin harga Rp.8.500/kg ini dapat meningkatkan motivasi petani kedelai untuk meningkatkan nilai produktivitasnya.
Kemudian permasalah benih, selama ini Pemda Sultra harus mendatangkan benih kedelai dari Sulawesi Selatan (Sulsel) akibat terbatasnya benih di balai pertanian.
“Tapi keuntungan besarnya adalah, jenis tanaman ini tidak mudah terserang hama sehingga tidak membutuhkan banyak pupuk seperti tanaman padi,” jelasnya.
Ia pun berharap agar perhatian pemerintah kabupaten/kota dalam pemenuhan target ini dapat dilaksanakan dengan baik guna meningkatkan indeks pendapatan bagi petani. Dimana dalam prakteknya petani dapat menggunakan sistem tanam padi-kedelai. Musim hujan tanam padi, menjelang musim panas tanam kedelai dan ini sudah banyak dilakukan oleh daerah lain di Indonesia.
Untuk anggaran program ini berada di APBN-P 2017 dengan nilai bantuan per hektar sekitar Rp. 1,2 juta mencakup benih, rhyzobium dan bantuan lainnya. Sehingga untuk total anggaran tergantung berapa luas lahan kedelai yang berhasil dikembangkan. (B)
Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati