Dosen UHO Kembangkan Tanaman Edible Landscape di Kelurahan Wundumbatu

Dosen UHO Kembangkan Tanaman Edible Landscape di Kelurahan Wundumbatu
Dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM), Dosen Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan penanaman edible landscape di Kelurahan Wundumbatu, Kecamatan Poasia, Kendari, Sultra, pada Minggu (31/7/2022).

ZONASULTRA.ID, KENDARI – Dosen Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) melakukan penanaman edible landscape di Kelurahan Wundumbatu, Kecamatan Poasia, Kendari pada Minggu (31/7/2022) dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM).

Dalam kegiatan PKM ini, ada tiga bidang keilmuan berkolaborasi, yakni teknik geomatika, ilmu geografi, dan ilmu kehutanan.

Ketua PKM, sekaligus dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITK) UHO Kendari, Nurgiantoro, mengatakan, fokus PKM ini, yakni pada mitigasi kebencanaan akibat perubahan iklim, dengan tujuan program pengurangan pulau panas akibat land surface temperature (LST) melalui rekayasa vegetasi tanaman edible landscape di lahan berskala kecil.

Kata dia, PKM ini dikemas sesederhana mungkin agar lebih cepat dipahami oleh mitra sasaran. Prosesnya yaitu melalui edukasi kepada masyarakat tentang konsep edible landscape, bagaimana mengaplikasikannya pada lahan berskala kecil, tanaman-tanaman apa saja yang bisa dikembangkan, dan bagaimana edible landscape mampu memodifikasi iklim mikro di suatu wilayah.

“Melalui program ini, warga yang menjadi mitra dilatih untuk mampu memanfaatkan ruang pekarangannya sebagai lahan yang bermanfaat bagi lingkungan yang nantinya menjadi spot-spot vegetasi tanaman yang mampu mengurangi efek pulau panas,” terangnya di Kendari, Senin (1/8/2022).

“Insyaallah ini akan memberi pengaruh positif kepada masyarakat untuk lebih peduli pada lingkungan, sekaligus memberi keterampilan dasar kepada mereka dalam menciptakan pekarangan produktif dan edible. Indikator capaian yang ditargetkan yaitu meningkatnya indeks vegetasi dari variasi tanaman edible landscape di pekarangan-pekarangan warga yang menjadi sasaran,” ujarnya.

Ia menjelaskan, PKM ini dilaksanakan tidak hanya melibatkan unsur dosen dan mitra sasaran, tetapi juga melibatkan mahasiswa tingkat akhir sebagai bentuk dukungan terhadap kebijakan Merdeka Belajar, Kampus Merdeka (MBKM).

Pemanfaatan edible landscape pada lahan-lahan berskala kecil adalah sebagai strategi yang berkelanjutan dan alternatif untuk menciptakan vegetasi dari pekarangan yang mampu memodifikasi iklim mikro sebagai upaya pengurangan efek pulau panas di lingkungan perkotaan.

Selain itu, dalam PKM ini warga juga dilatih untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan dengan cara memisahkan sampah organik dan nonorganik yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah-wadah sampah yang juga diinvestasikan kepada mitra sebanyak enm paket wadah. Sehingga program ini dapat menjadi solusi jangka panjang bagi warga yang selalu mengeluhkan ketidaknyamanan akibat suhu panas di musim kemarau.

Tanaman yang akan ditanam berjenis edible landscape yaitu mulberry, kelor, chaya, salam, belimbing wuluh, dan berjenis semak rendah seperti serai, kunyit, lengkuas, dan lainnya.

Untuk diketahui, edible landscape merupakan suatu istilah yang menggambarkan penggunaan tanaman penghasil makanan dalam lanskap yang dibangun dengan desain estetis.

Desain ini dapat menggabungkan gaya taman apa saja dan dapat mencakup sejumlah spesies yang dapat dikonsumsi. Konsep edible landscape pada dasarnya sama dengan lanskap hias (ornamental landscape), sederhananya yaitu menggantikan tanaman hias dengan tanaman yang menghasilkan makanan.

Edible landscape bukan hanya sekadar sebagai life style ataupun hobi, melainkan juga mampu menumbuhkan kembali tradisi lama tentang pola konsumsi sehat keluarga. (B)

 


Kontributor: Sutarman
Editor: Jumriati