Dramaturgi dan Citra Institusi Polri Usai Mencuatnya Kasus Sambo

223
Dramaturgi dan Citra Institusi Polri Usai Mencuatnya Kasus Sambo
Aldilal

Kepercayaan publik merupakan variabel yang sangat penting dalam mewujudkan good governance dan menjadi modal sosial sebuah institusi dalam menjalankan tugas serta fungsinya, namun citra dan kepercayaan publik terhadap institusi polri sejak mencuatnya kasus perkara pembunuhan Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, awal Juli 2022 diperkirakan menjadi buruk dimata publik. Pasca kasus tersebut muncul ke permukaan dan mulai diberitakan media, opini publik sudah mulai mengarah ke dugaan jika ada sesuatu yang tidak beres dalam kasus ini. Nyatanya, asumsi itu benar. Setelah proses penyidikan berjalan, ditemukan fakta terbaru bahwa akibat kematian Brigadir J bukanlah dari baku tembak sebagaimana yang dirilis ke publik pertama kali. Serangkaian penyidikan mengungkapkan fakta terbaru jika Brigadir J tewas akibat siksaan serta terjangan peluru yang dilesakkan oleh rekannya sesama polisi, dan Ironisnya, serangkaian peristiwa pembunuhan itu diotaki oleh jenderal bintang dua, atasan korban sendiri.

Stereotype negative publik terhadap intitusi polri muncul karena banyaknya temuan-temuan baru yang didapatkan selama penyidikan kasus tersebut. Pada case ini baik dalam tahap penyidikan hingga penetapan tersangka yang dinilai publik jika cenderung berbelit-belit dan mengalami tahapan yang berubah-ubah hingga adanya asumsi jika personil polri bekerja sama dalam menutupi kasus ini, hal tersebut semakin memunculkan asumsi negatif publik dan semakin mendukung stereotype negative pada institusi tersebut.

Pada case ini Dramaturgi yang ditampilkan para tersangka pelaku, penyidik, hingga para kuasa hukum seperti memberikan panggung tersendiri yang disuguhkan dihadapan publik. Atribusi yang ditampilkan semakin mendukung kesan dalam Self- Presentation para tersangka, penyidik, hingga para kuasa hukum. Pengelolaan kesan atau impression management merupakan konsep yang secara luas telah digunakan dalam konteks komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi.

Teori Dramaturgi yang dikemukakan Erving Goffman, memiliki asumsi setiap individu membuat keputusan untuk mempresentasikan dirinya melalui pengelolaan kesan dan melanjutkan pertunjukannya untuk memastikan bahwa citra atau bayangan tersebut terbentuk. Ada dua esensi dalam Dramaturgi yakni front stage dan Back stage yang ditampilkan individu dalam pengelolaan pesan yang ditampilkan dihadapan publik dalam kasus ini. Dalam terapan kasus ini, Front stage yang ditampilkan tersangka dalam membela diri dalam tahap penyidikan dihadapan publik, sedangkan back stage kita dapat lihat ketika kuasa hukum mundur dan permintaan perlindungan dalam tahap penyidikan. Dramaturgi yang ditampilkan baik pada front stage dan back stage begitu dinikmati khalayak, sehingga kasus ini menjadi hal yang sangat ditunggu kelanjutan informasinya, baik yang disajikan media secara langsung maupun secara online.

Butuh bersih-bersih pada tubuh Polri

Reaksi negatif publik terhadap kinerja institusi polri sudah sering di kemukakn publik, sejalan dengan kinerja yang kurang memuaskan masyarakat. karena persoalan ketidakpercayaan publik terhadap Polri, bukan hanya sebatas pada kasus pembunuhan Brigadir J saja, tetapi juga yang paling utama yakni kinerja dan relasi personel kepolisian dengan masyarakat. Institusi Polri sangat perlu meningkatkan kinerja melalui terobosan- terobosan dalam pelayanan publik. Inovasi dan perbaikan integritas akan menjawab ekspektasi masyarakat dan memperbaiki citra yang buruk.

Belajar dari kasus ini, saat Kapolri harus menurunkan personil brimob selama proses penyidikan kasus, walaupun pada akhirnya oknum pelaku pada kasus ini kalah, tapi yang paling penting yakni dalam institusi Polri menunjukkan ada persoalan serius di tubuh Polri yang mesti dibenahi. Memanfaatkan momen pada kasus ini untuk bersih- bersih di dalam institusi sekaligus mewujudkan sistem yang lebih baik akan sangat bermanfaat dan mengubah pandangan masyrakat tentang institusi tersebut. Selain itu trauma publik terhadap kelompok-kelompok jahat yang ada di tubuh polri bisa berubah jika dibersihkan sampai akar-akarnya.


Penulis: Aldilal, S.I.K., M.I.Kom
(Dosen Ilmu Komunikasi IAIN Kendari)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini