Dua Kali Raih Piala Adipura, Konawe Kini Dipenuhi Tumpukan Sampah

Dua Kali Raih Piala Adipura, Konawe Kini Dipenuhi Tumpukan Sampah
TUMPUKAN SAMPAH - Kondisi Konawe saat ini terlihat kotor, sepanjang jalan ibukota Unaaha terlihat tumpukan sampah yang tidak diangkut. (Dedi Finafiskar/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Arak-arakan Piala Adipura yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) dua tahun terakhir ini menunjukkan betapa bergensinya penghargaan tersebut bagi pemerintah daerah. Namun ternyata Piala Adipura belum sepenuhnya melambangkan lingkungan bersih yang nyata bagi kehidupan sehari-hari di daerah itu.

Kondisi Konawe saat ini sangat memprihatikan. Sampah-sampah hampir di sepanjang jalan ibukota Unaaha terlihat menumpuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Padahal dua tahun terakhir ini komitmen Pemda Konawe untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan hijau terus diumbar. Rasa haru dan bangga terlihat dari raut seluruh pimpinan SKPD di lingkup Pemda Konawe setiap kali Piala Adipura dijemput dari Bandara Haluoleo kemudian diarak menuju pelataran kantor Bupati Konawe.

Parinringi kala masih menjabat sebagai Wakil Bupati berharap raihan penghargaan yang diperoleh bisa memotivasi masyarakat yang tinggal di perkotaan dan pedesaan untuk mempertahankan Piala Adipura dengan menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku hidup sehat.

“Ke depan kita akan tingkatkan terus lomba lingkungan hingga ke tingkat desa dan RT termasuk juga lomba kebersihan untuk perkantoran agar memicu semangat masyarakat dari lingkungan yang paling kecil,” katanya.

Lelaki yang kini menjabat Pelaksana tugas (Plt) Bupati Konawe ini menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat Konawe karena selama ini sudah mendukung program pemerintah, baik dari segi keberhasilan maupun sosial lainnya. Pengharagaan tersebut, kata dia, merupakan hasil kerja keras seluruh masyarakat Konawe yang menjadi kunci utama diraihnya penghargaan ini.

“Kami berharap kepedulian ini dapat terus bergulir untuk menciptakan Konawe agar semakin nyaman untuk ditinggali. Terima kasih kepada masyarakat dan tim pasukan kuning, tentu tanpa peran semua pihak penghargaan ini tak akan mampu kita raih,” tuturnya.

Atas raihan itu, pemda pun berjanji akan menaikkan gaji para petugas kebersihan karena peran mereka sangat besar dalam menciptakan kebersihan lingkungan dan keindahan Kota Unaaha, termasuk Adipura yang diraih, tidak lepas dari tugas mereka.

Selama ini gaji para petugas kebersihan bervariasi. Ada yang diberi honor Rp600 ribu ada juga yang memperoleh Rp1,2 juta. “Penambahan gaji sekitar Rp300 ribu per orang, dan ini akan disesuaikan dengan keuangan daerah terlebih dahulu,” kata Parinringi.

Namun kondisi Konawe sekarang ini tidak lagi mencerminkan layaknya daerah peraih Adipura dua tahun berturut-turut. Tumpukan sampah bertebaran di sepanjang jalan ibukota maupun di lorong-lorong. Tumpukan sampah yang berserakan di tempat pembuangan sementara (TPS) menunjukkan jika sampah tersebut sudah tidak terjamah sekitar 3 bulan terakhir. Bau yang tidak sedap pun tercium dari sampah-sampah itu. Tak jarang bau menyengat yang berasal dari tumpukan sampah itu membuat para penguna jalan merasa terganggu.

Nasrudin (36), warga setempat mengaku merasa tidak nyaman setiap melintasi tumpukan sampah itu. Dia mengaku terganggu dengan bau tidak sedap dari sampah itu. “Ya terganggu, saya sering lewat sini, apalagi kalau sampahnya banyak bau semakin tidak enak,” katanya.

Senada dengan Nasrudin, Andri pun mengamini hal sama. Lelaki yang berprofesi sebagai tukang ojek itu berharap agar sampah yang menumpuk itu mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. “Kalau saya sih semestinya jangan dibiarkan menumpuk seperti itu, soalnya kalau melintas di situ bau sekali,” keluhnya.

Sekretaris Daerah Konawe H. Ridwan Lamaroa juga mengaku prihatin dengan kondisi lingkungan Konawe yang terkesan kumuh, karena banyaknya keluhan dari warga dan pelintas jalan. Namun, dirinya mengaku hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.

“Jangankan warga yang merasa resah dengan keadaan ini, saya saja kalau melihat tumpukan-tumpukan sampah yang belum diangkut merasa ngeri,” terangnya.

Dikatakannya, jika kondisi ini terus berlanjut berarti ada permasalahan atau kendala yang terjadi di dinas lingkungan hidup (DHL) dan setelah diklarifikasi, kendala yang dikemukakan DLH adalah terkait masalah armada dan honor petugas kebersihan yang belum dibayarkan.

“Dan jelasnya, saya sudah menandatangani Daftar Pengguna Anggaran (DPA) milik DLH terkait program kebersihan kota. Dan selanjutnya menjadi kewenangan, badan pengelola keuangan dan aset daerah (BPKAD) untuk mencairkan anggaran tersebut. Dan sebelumnya juga saya sudah menekankan agar pencairan anggaran yang berhubungan dengan pelayanan agar segera direalisasikan, serta tidak ada alasan untuk ditunda-tunda,” tegasnya.

Ketua DPRD H.Ardin turut angkat bicara soal banyaknya sampah yang tidak dibersihkan yang saat ini berserakan di Kota Unaaha. Dirinya menyayangkan kondisi kebersihan Kota Unaaha dengan banyaknya sampah yang dibiarkan akibatnya warga dan pengguna jalan merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut.

“Kita menyadari bahwa pengelolaan sampah tidak dikelola dengan baik, sehingga banyak yang mengeluh dengan kondisi tersebut. Dan saya sangat harapkan agar pemerintah daerah memperhatikan kebersihan di wilayah Kota Unaaha,” terangnya.

Dikatakannya, mengenai kondisi Kota Unaaha yang terkesan kumuh, sudah dikoordinasikan kepada pemda setempat dalam hal ini DLH. Pihak DLH mengatakan, belum diangkutnya sampah-sampah yang berserakan dikarenakan telatnya pencairan honor untuk petugas kebersihan di lapangan, dan dana pembelian solar yang belum dicairkan.

“Seharusnya tidak ada alasan seperti itu, kebersihan kota itu yang lebih penting. Apalagi Konawe sudah dua kali memperoleh Piala Adipura, di mana target kita bagaimana caranya mempertahankan Piala Adipura,” tuturnya.

Akar permasalahan ini dikarenakan minimnya anggaran, atau lebih tepatnya kas daerah Konawe sementara kosong. Informasi yang diperoleh, tidak diangkutnya sampah karena para petugas kebersihan memilik mogok akibat gaji mereka belum dibayarkan selama 5 bulan bekerja. Selain itu, dana untuk pembelian solar bagi mobil pengangkut sampah sangat minim.

“Kendaraan operasional pengangkut sampah tidak bisa difungsikan karena anggaran untuk membeli bahan bakar belum cair sejak Januari 2018. Bahkan kita menggunakan dana pinjaman untuk mengoperasikan empat unit truk sampah, namun pengelolaan sampah belum bisa optimal, dan kita harapkan agar hal ini secepatnya bisa diatasi,” beber Kepala Dinas Lingkungan Hidup Konawe, Asrul Banipal. (A)

 


Penulis: Dedi Finafiskar
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini