Dukung Sektor Pertanian di Sultra, Bank Sultra Kembangkan Singkong Gajah di 10 Kabupaten

Direktur Pemasaran Bank Sultra Depid
Direktur Pemasaran Bank Sultra Depid
Direktur Pemasaran Bank Sultra Depid
Direktur Pemasaran Bank Sultra Depid

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Menjadi salah satu lembaga keuangan daerah, Bank Sulawesi Tenggara (Sultra) terus berinovasi untuk meningkatkan perekonomian daerah. Kali ini Bank Sultra bersinergi dengan pemerintah daerah setempat membidik potensi pertanian guna peningkatan ketahanan pangan di Bumi Anoa.

Direktur Pemasaran Bank Sultra Depid mengatakan, sejak awal didirikannya Bank Sultra yang dulunya bernama Bank Pembangunan Daerah (BPD), telah berambisi untuk membantu pemerintah daerah mempercepat pertumbuhan ekonomi di Sultra. Salah satunya melalui sektor pembiayaan kredit modal usaha bagi petani. Dan tahun 2016 ini menjadi langkah awal Bank Sultra menyusun program dan pola terbaru untuk mendukung sektor pertanian.

“Kami mencoba menyusun pola dan program barun tahun ini, kami mencarikan pasar terlebih dahulu dan Alhamdulilah kami sudah bekerjasama melalui Mou dengan 10 pemerintah kabupaten yang ada di Sultra untuk pengembangan komoditi pertanian,” ungkap Depid ditemui usai acara penutupan Pameran Perumahan Rakyat di GOR Bahteramas Kendari, Minggu (30/10/2016).

Sepuluh pemerintah daerah yang telah menandatangani MoU dengan Bank Sultra untuk pengembangan komoditi pertanian seperti singkong gajah, jagung dan komoditi lainnya adalah Kabupaten Kolaka, Kolaka Timur (Koltim), Konawe Utara (Konut), Konawe Selatan (Konsel), Konawe Kepulauan (Konkep), Konawe, Muna, Muna Barat (Mubar), Buton Utara (Butur), dan Bombana.

Dari komoditi pertanian yang telah disetujui oleh pihaknya bersama pemda tersebut, singkong gajah memiliki perhatian besar dari Bank Sultra. Sebab, berdasarkan data dari pemerintah tercatat sekitar 80 persen masih mengimpor singkong gajah. Dengan adanya MoU ini, diharapakan dapat meningkatkan produksi singkong gajah dalam negeri tentunya dengan kualitas yang tidak kalah baiknya dengan produk impor.

Tak tanggung-tanggung, dalam proyek pengembangan singkong gajah ini, bank yang berdiri pada 2 Maret 1968 ini mengandeng dua buah perusahaan besar, yakni PT Sido Muncul dan PT Singkong Gajah Indonesia Utama. PT Sido Muncul sendiri berperan sebagai pemasok pupuk organik serta pasar yang akan membeli singkong gajah tersebut sedangkan untuk PT Singkong Gajah Indonesia Utama menjadi pemasok bibit.

Dijelaskan pria jebolan Pascasarjana Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari ini bahwa peran Bank Sultra dalam project ini bukan hanya sebagai penyalur dana kredit semata, namun berperan pula dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan keahlian petani yang akan mengembangkan komoditi singkong gajah bersama instansi  terkait pemerintah masing-masing daerah.

“Bukan kerja mudah juga untuk meyakinkan masyarakat kita butuh pendekatan, dan terus mensosialisasikan potensi singkong gajah ini bahwa komoditi ini dapat memberikan keuntungan yang tidak kalah besarnya dengan komiditi pangan lainnya,” tukas Depid.

Depid menambahkan, jika project ini juga memberikan manfaat bagi pengembangan lahan tidur yang ada di Sultra. Sebab fokus utama dari program ini adalah bagaimana lahan tidur yang dimiliki oleh masyarakat di daerah tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Contohnya melalui budidaya singkong gajah ini.

Pelayanan Bank Sultra

Pelayanan prima pun diberikan Bank Sultra kepada masyarakat yang akan mengajukan kredit usaha budidaya singkong gajah tersebut, dimana setiap petani yang akan mengajukan permohonan dana ke Bank Sultra dipersyaratkan memiliki lahan tidur yang bersertifikat sebagai agunan, kemudian surat keterangan dari lurah serta setelah adanya MoU dengan pemda maka dilampirkan pula surat rekomendasi dari dinas pertanian setempat.

Jumlah dana kredit yang akan disalurkan sekitar Rp 26 juta per hektar. Dana ini akan digunakan petani untuk pembelian bibit, pupuk dan persiapan lahan atau kriling lahan, yang kemudian dana ini akan dikembalikan ke Bank Sultra oleh petani setelah masa panen tiba selama 9 bulan dalam jangka waktu kredit satu tahun.

Hitungan analisis bisnis keuntungan kredit singkong gajah yang didapatkan petani sekali panen adalah dalam lahan satu hektar ditanami 8.000 pohon singkong. Satu pohon singkong dapat mencapai umbi 10 kg dengan begitu jumlah yang dihasilkan dalam satu hektarnya mencapai 80 ton dengan nilai rupiah mencapai Rp 56 juta.

“Jadikan 26 juta dapat digunakan untuk melunasi kredit kemudian sisanya dapat digunakan kembali untuk menanam singkong gajah,” terang pria kelahiran Wawotobi ini.

Kendati demikian, pihaknya juga membangun pola tumpang sari, dimana bulan pertama petani disarankan menanam jagung yang sekali panen dapat mengahasilkan Rp. 28 juta, kemudian di bulan kedua menanam singkong gajah, lalu di bulan ketiga panen jagung yang artinya petani sudah mempunyai tabungan untuk menanam singkong di bulan berikutnya.

Singkong Gajah bagi Perekonomian Sultra

Melihat potensi singkong gajah begitu besar bagi pertumbuhan perekonomian di Sultra, Bank Sultra menyediakan dana sekitar Rp 250 miliar untuk 10 kabupaten pada 2017 mendatang dengan hitungan luas area pertanian 50 hingga 100 hektar. Diharapakan dengan adanya bantuan dana kredit ini diharapakan untuk tahun kedua masa penanaman petani sudah tidak lagi mengambil kredit di Bank Sultra. Sebab selain persoalan bisnis, Depid mengatakan hal ini pun akan melatih petani untuk dapat mandiri mengelola keuangan.

“Kita harapakan Bank Sultra hanya sebagai stimulan bagi petani, setelah itu mereka bisa lebih mandiri dan menjadi petani yang kuat,” terangnya.

Perhitungan lain yang dilihat oleh Bank Sultra adalah jika budidaya singkong gajah terus berkembang maka potensi pembangunan di daerah ini akan meningkat. Misalnya pembangunan pabrik chip mocaf di setiap desa akan membuka peluang pekerjaan. Dimana pembangunan satu pabrik memakan dana investasi Rp 15 juta dan dapat menyerap 10 orang pekerja yang dibangun oleh pemertintah daerah. Lalu, apabila terus mengalami perkembangan yang pesat tidak menutup kemungkinan pembangunan pabrik besar tapioka dapat dibangun di Sultra dan tentunya akan menyerap pekerja lebih banyak.

Jika di Sultra telah dibangun pabrik tapioka, diharapkan pemda tidak menjual bahan mentah kepada pasar akan tetapi menjual bahan setengah jadi, sehingga setelah masa panen, proses pembuatan menjadi bahan setengah jadi dilakukan oleh pabrik yang telah dibangun tadi. Untuk diketahui pihaknya telah melakukan project file budidaya singkong di Kabupaten Konsel yang luas mencapai 50 hektar dan usia sinngkong telah masuk lima bulan.

Oleh karena itu, Depid meminta seluruh pihak yang telah bekerjasama untuk mengembangkan budidaya singkong gajah ini dapat bekerja maksimal. (Adv)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini