ZONASULTRA.COM, WANGGUDU – Gas tabung elpiji 3 kilogram (Kg) di Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra), beberapa pekan terakhir ini mengalami kelangkaan. Akibatnya, harga bahan bakar yang biasa digunakan untuk kebutuhan dapur dan lainnya itu mengalami kenaikan. Harganya gas melon itu menembus angka Rp 35 ribu pertabung, sebelumnya dihargai Rp 22 ribu saja.
Dari penelusuran awak media ini pangkalan-pangkalan yang biasa menyalurkan gas elpiji rata-rata mengalami kekosongan. Sementara itu, di beberapa kios dan toko-toko di Konut, harganya bervariasi mulai dari Rp 27 sampai Rp 35 ribu per tabung.
Salah seorang pedagang campuran, Musni mengatakan, untuk mendapatkan stok gas dirinya bahkan sampai harus mencari luar daerah Konut, untuk kembali dijualkan kepada konsumen. Biaya transportasi yang tinggi ditambah jarak tempuh yang jauh, menjadi alasan pemasaran tabung gas ke masyarakat juga naik.
“Kalau di pangkalan masih harga normal ji tapi, masalahnya sekarang stok tabung gas kosong betul. Saya biasa dapat gas di Kendari itupun juga di toko-toko pengecer jumlahnya juga tidak seberapa paling dapat 10 sampai 15 tabung. Yang kami dikasi juga harga eceraan Rp 25 sampai 27 ribu. Yah pasti kami jual juga di atas dari situ untuk bisa dapat keuntungan,”terangnya, Kamis (13/4/2018).
Karmin, pengecer gas elpiji juga mengutarakan hal yang sama. Diungkapkan, situasi darurat gas elpiji yang terjadi sekarang ini membuat para pedagang melego di atas harga normal. Dirinya harus menjual Rp 35 ribu per tabung dengan alasan bahan yang didapat dari luar wilayah konut.
“Kami berharap supaya stock gas bisa kembali normal. Kerena kondisi seperti ini kami juga pedagang kesusahan, apalagi untuk dapat pasokan terkadang kami harus keluar daerah,”keluhnya.
(Baca Juga : Gas Elpiji di Kendari Langka)
Molanjaknya tarif ditambah sulitnya pasokan gas membuat masyarakat mengeluh. Pasalnya, setelah beralih dari minyak tanah, gas saat ini merupakan satu-satunya objek vital bagi warga untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga.
“Biar naik harga yang penting stok lancar bagus ji, tapi ini sudah naik harganya gasnya juga susah di dapat. Akhirnya kami sebagai warga pengguna kesusahan mi, mana minyak tanah sebagai penganti bahan bakar juga sudah susah mi didapat, baru ini salah satu kebutuhan pokok kita juga,” kesal Rina, salah seorang ibu rumah tangga.
Masyarakat berharap besar agar pemerintah terkait dapat segara bertindak mengatasi hal tersebut agar kebutuhan gas elpiji kembali normal. (B)