Gempita Sultra Mulai Menanam 2.300 Hektar Jagung Hibrida

Gempita Sultra Mulai Menanam 2.300 Hektar Jagung Hibrida
MENANAM JAGUNG : Koordinator Wilayah (Korwil) Gempita Sulawesi Tenggara (Sultra), Rustam bersama sekretaris Korcab Gempita Konawe Selatan, saat melakukan penanaman jagung hibrida dengan menggunakan alat tanam manual di desa Bomba-Bomba, beberapa waktu lalu. Kini petani berharap Kementan segera menurunkan bantuan alat tanam modern untuk memaksimalkan penanaman. (Foto : Adam Ardan For ZONASULTRA.COM)

Gempita Sultra Mulai Menanam 2.300 Hektar Jagung Hibrida MENANAM JAGUNG : Koordinator Wilayah (Korwil) Gempita Sulawesi Tenggara (Sultra), Rustam bersama sekretaris Korcab Gempita Konawe Selatan, saat melakukan penanaman jagung hibrida dengan menggunakan alat tanam manual di desa Bomba-Bomba, beberapa waktu lalu. Kini petani berharap Kementan segera menurunkan bantuan alat tanam modern untuk memaksimalkan penanaman. (Foto : Adam Ardan For ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI– Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) Sulawesi Tenggara (Sultra), kini mulai bergerak cepat melakukan penanaman jagung hibrida pada lahan yang telah diolah. Adapun luas lahan yang siap tanam yakni kurang lebih 2.300 hektar. Lahan paling terluas Untuk lokasi penanaman yakni kabupaten Konawe Selatan, dengan luas lahan kurang lebih 2.000 hektar, disusul kota Baubau seluas 300 hektar.

Sebelumnya, Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bersama Kasdam XIV Hasanuddin beserta Bupati Muna,Plt Bupati Buton, Wakil Walikota Baubau, Dandim 1413 Buton, Kapolres Buton, Kapolres Baubau dan Danyon 725 Woroagi, melakukan penanaman perdana pada lahan Kompi 725 Baubau 22 Juni lalu.Dihari yang sama, penanaman perdana juga dilakukan diKabupaten Muna dan Konawe Selatan.

Koordinator Wilayah (Korwil Gempita Sultra) Rustam mengatakan, penanaman jagung hibrida ini sebenarnya sudah melewati jadwal musim tanam yang ditargetkan untuk wilayah Konsel, Baubau, Muna dan beberapa daerah lainnya yakni periode Mei-Juni. Hal ini dikarenakan keterlambatan bantuan benih yang turun ke kelompok tani.

“Kami mengarap lahan khususnya di Konsel itu sejak Maret. Sedangkan Baubau ada kendala tekhnis saat pengajuan CPCL sehingga juga mengalami keterlembatan distribusi benih. Kami berharap kendala benih ini tidak terjadi lagi, apalagi masa tanam sangat tergantung pada cuaca,” kata Rustam di Kendari, Sabtu (1/7/2017).

Untuk musim tanam kedua yang dimulai September-Oktober, lanjut Rustam, pihaknya menargetkan perluasan areal tanam (PAT) baru, sekitar 10.000 hektar yang tersebar di 16 kabupaten dan kota. Karena itu pihaknya menghimbau agar seluruh pengurus Gempita se Sultra benar-benar proaktif bekerja di lapangan mendampingi petani untuk pengarapan lahan, distribusi benih dan sarana produksi (saprodi).

Menurut dia, salah satu kendala yang dihadapi petani saat ini adalah minimnya alat sistim pertanian (alsintan) khususnya tracktor roda empat dan alat tanam. Khusus untuk tracktor, dibeberapa daerah dilakukan penyewaan oleh sejumlah oknum yang menguasai tracktor tersebut dengan harga yang lumayan mahal. Padahal alsintan sedianya digunakan secara bersama-sama tanpa disewa oleh petani, kecuali biaya solar dan operator menjadi tanggungan kelompok tani (Poktan).

“Ini yang kami sesalkan.Padahal pak Mentan menegaskan tidak boleh ada sewa menyewa alsintan karena itu adalah milik pemerintah yang dibeli melalui APBN,” ujarnya.

“Khusus untuk alat tanam manual, saat ini penggunaannya sangat tidak efektif dengan lahan yang begitu luas. Terlebih lagi alat tanam manual sering kali macet. Kami sangat membutuhkan alat tanam modern gandengan empat yang bisa ditarik dengan menggunakan tracktor,” lanjutnya. (A)

 

Reporter : Randi Ardiansyah
Editor   : Rustam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini