Generasi millenial merupakan generasi yang lahir sekitar 1980-2000an yang berarti sekarang ini berumur kisaran 17 sampai 38 tahun. Generasi ini ditandai dengan lahirnya teknologi dimana media sosial merupakan kebutuhan utama mereka saat ini. Dari 255 juta jiwa penduduk Indonesia terdapat 81 juta generasi millenial.
Ciri khas generasi millenial yang timbul di masyarakat saat ini yaitu sudah tidak belanja lagi di pasar tradisional, namun sudah dengan hanya mengandalkan gadget apa yang diinginkan bisa langsung diantarkan di alamat tertentu.
Generasi millenial sudah tidak membaca koran, membeli buku bacaan, buku pelajaran, gadget mereka bisa dianalogikan seperti kantung doraemon yang mampu menjawab semua kebutuhannya.
Dari segi makananpun sudah mulai berbeda, kini mulai bergeser yang dulunya makanan tradisional namun sekarang ini makanan ala-ala eropa sudah menjadi makanan sehari-hari mereka. Dan itu sudah menjadi trend bagi mereka.
Mencari Simpati Generasi Millenial
Memang banyak yang tidak mengetahui negara Indonesia 30% penduduknya berada diusia millenial (17-38 tahun). Angka ini tentunya sangat signifikan dan partisipasi mereka akan berpengaruh dalam menetukan hasil pemilu.
Maka jangan heran disituasi Pemilu saat ini generasi millenial menjadi idola yang diperebutkan. Tidak hanya pada Pilpres (Pemilihan Presiden), dimana setiap pasangan calon (Paslon) berebut mencari simpati kepada generasi millenial. Namun pada Pileg (Pemilihan Legislatif), para Caleg (Calon Legislatif) berlomba-lomba menarik simpati kepada para generasi millenial.
Hal tersebut merupakan tantangan terberat bagi setiap figur yang berupaya mandapatkan simpati dari mereka. Dikutip dari pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, generasi millenial memiliki pandangan politik yang berbeda, dari kelompok pemilih yang lainnya. Kelompok millenial merupakan kelompok pemilih yang lebih mengedepankan rasional dan figur cerdas.
Generasi millenial lebih menyukai figur yang cerdas, kreatif, inovatis serta friendly. Karena memang generasi millenial identik dengan hal tersebut. Hal yang perlu diketahui generasi millenial sangat membenci kepada tokoh yang terjerat kasus korupsi.
Pada dasarnya generasi millenial ini, sangat cuek (apatis) terhadap politik. Karena menurut mereka ketika terjun ke politik itu terkesan dengan tindakan korupsi dan semacamnya. Pemikiran tersebut muncul akibat sudah begitu banyak pemimpin rakyat di legislatif yang terjaring dengan kasus korupsi.
Maka, disituasi sekarang ini yang memasuki momen politik, generasi millenial tidak dengan mudah menentukan pilihan politik mereka. Figur yang muda, jujur, cerdas, kreatif, inovatif dll yang menjadi pilihan mereka.
Menurut mereka yang mampu membangun daerah ataupun Negara ini yaitu dari kalangan muda atau dibilang generasi millenial. Hal tersebut dikarenakan generasi millenial lebih berenerjik, kreatif, inovatif, cerdas serta jujur.
Maka sudah tepatlah politisi muda yang maju bertarung di momen politik saat ini memperebutkan kursi baik itu di DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR RI, DPD RI dengan harapan mampu membangun daerah.
Potensi Generasi Millenial
Dengan umur yang masih muda kemudian didukung dengan teknologi modern saat ini tentunya generasi millenial yang merupakan generasi masa depan diharapkan mampu membangun daerah. Karena 20-30 tahun kedepan misalkan bukan mereka lagi yang saat ini menduduki kursi pemerintahan yang akan mengisi jabatan tersebut, tetapi sudah mereka para generasi muda.
Masa mau kalah dengan “maaf” generasi 70an, mereka cerdas dan bahkan mampu menjadi pemimpin. Padahal kalau melihat history di zaman mereka, semua serba keterbatasan. Berbeda jauh dengan saat ini, harusnya dengan kemajuan teknologi sekarang ini para generasi muda mampu memanfaatkannya dengan baik. Bisa melahirkan generasi yang berpikir kreatif, cerdas, inovatif.
Dengan lahirnya politisi muda akan berdampak pada kemajuan suatu daerah. Politisi muda tentunya lebih berenerjik, inovatif, kreatif, yang mampu melakukan banyak perubahan.
Jangan disalah artikan bahwa selama ini mindset masyarakat, orang yang terjun ke politik itu pasti menjadi orang kotor. Tidak semua seperti itu, jangan atas pemikiran apatis tersebut membuat generasi penerus ini tidak berkarya dan hanya menjadi penonton saja di momen politik. Yang perlu diketahui bahwa dengan lahirnya politisi muda tentunya akan banyak melakukan gebrakan baru yang bisa membangun dan merubah suatu daerah menjadi lebih baik.
Tidak hanya menjadi politisi generasi millenial juga bisa berwirausaha. Buktinya banyak anak muda sekarang ini dengan ide-ide kreatif mereka menjadi sukses di bidang enterprenuership.
Artinya memang sekarang ini generasi millenial merupakan harapan atas kemajuan suatu daerah. Karena dengan pemikiran mereka mampu melakukan gebrakan yang bernilai positif bagi kemajuan daerah.
Kemudian generasi yang jauh berbeda dengan jaman 70an ini pastinya warkop, cafe, merupakan tempat nongkrong mereka. Media sosial menjadi kebutuhan utama. Merekapun pastinya memiliki banyak teman, karena komunikasi sangat mudah.
Sangat tepat apabila mereka selalu diperebutkan oleh para Caleg (Calon Legislatif) dengan harapan melalui simpul pertemanan bisa mendapatkan suara dan menang. Kemudian dengan kemampuan mereka pun bisa diandalkan dalam melakukan kampanye.
Dengan memanfaatkan teknologi yaitu media sosial mereka mampu dengan cepat melakukan kampanye media guna menarik simpati kepada masyarakat.
Sekarang ini cara tersebut yang paling efektif dan sudah banyak dilakukan oleh para Caleg (Calon Legislatif). Bayangkan hanya dengan sekali klik, beberapa menit kemudian akan bisa tersebar luas setiap berita yang diposting. Popularitas dengan sangat mudah dilakukan.
Perlu diketahui berkembang tidaknya suatu daerah itu TIDAK bergantung hanya pada pemimpinnya saja. Tentu tidak! Kita semua termasuk saya, kamu yang membaca tulisan ini, mama kamu, papa kamu, saudara-saudara kamu, dan semua masyarakat daerahmu juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan daerahmu sendiri.
Penduduk setempat juga harus smart dan mendukung program pemerintah daerah dalam usaha pembangunan entah itu dalam bidang kesehatan, pariwisata, infrastruktur, dan sebagainya. Jangan segan untuk memberi masukan-masukan yang positif untuk pemerintah daerahmu dan berikan kritikan yang membangun, bukan kritikan yang menjatuhkan tanpa saran-saran yang solutif.
Oleh : La Ode Muhammad Azdhar Baruddin,
Penulis merupakan Ketua Wa Ode Rabia (WRB) Community, Anggota Maritime Research Institute (MARIN) Nusantara