ZONASULTRA.COM, KENDARI – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi menggandeng Kementerian Pertanian (Kementan) guna memacu peningkatan produksi hasil pertanian yang berpotensi ekspor di wilayah Bumi Anoa.
Hal itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) tentang dukungan peningkatan produksi dan produktivitas serta akselerasi ekspor komoditas pertanian Sultra, di rumah jabatan Gubernur Sultra, Kendari, Rabu (19/6/2019) malam.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementan Ali Jamil mengatakan, komoditas pertanian berpotensi ekspor asal Sultra tercatat sejak 2017 menunjukkan tren peningkatan. Kata dia, sedikitnya ada tujuh komoditas perkebunan yang diunggulkan yaitu kakao, kopra, lada, kemiri, kacang mede, cengkeh, dan jagung.
Menurutnya, sebagai andalan bagi pasokan kebutuhan dalam negeri dan juga devisa negara, komoditas ekspor ini perlu mendapat dukungan. Jamil menyampaikan pihaknya sangat mendukung inisiasi pemerintah daerah yang sangat antusias mendorong pembangunan pertanian.
(Baca Juga : Menteri Amran Janji Bantu 10 Ribu Hektar Lahan Pertanian Terdampak Banjir)
“Ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian untuk jemput bola peluang dan potensi komoditas ekspor pertanian di seluruh daerah. Kita sangat kaya, yang diperlukan komitmen dan kerja keras bersama,” kata Ali melalu keterangan tertulis yang diterima zonasultra.id, Kamis (20/6/2019).
Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi pun menginstruksikan jajarannya, baik yang terkait maupun lintas sektoral untuk saling bahu membahu memacu pembangunan pertanian yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani, pelaku usaha, dan masyakarat di Sultra.
Ali Mazi mengapresiasi kerjasama pelaku usaha bidang agribisnis dalam memberi nilai tambah dengan mengolah komoditas pertanian menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, juga memberi kesempatan lowongan kerja sehingga mensejahterakan.
Sementara Kepala Karantina Pertanian Kendari Mastari menyampaikan, berdasarkan data sistem otomasi perkarantinaan serta IQFAST, di wilayah kerjanya, produk kakao asal Sultra telah mencatat prestasi.
Kata dia, setelah dilepas ekspor perdana ke Belanda pada 2018, kini pasarnya juga telah merambah ke Jerman. Sebutnya, kakao butter milik PT Kalla di 2018 diekspor sebanyak 360 ton dengan frekuensi empat kali tujuan Belanda. Sementara pada periode Januari hingga pertengahan Juni 2019, telah terkirim 240 ton dengan frekuensi enam kali tujuan Belanda dan Jerman.
Olehnya itu, terobosan layanan percepatan ekspor dilakukan, program bimbingan teknis bagi eksportir muda, agro gemilang digencarkan, dan tidak kalah pentingnya adalah penguatan sistem perkarantinaan disegala bidang terus ditingkatkan.
“Meningkatkan uji laboratorium karantina yang dapat dipercaya negara tujuan ekspor, sehingga membuat komoditas diterima dan memiliki daya saing,” paparnya.
Adapun ruang lingkup nota kesepahaman antara Pemprov Sultra dan Kementan nantinya akan meliputi enam poin yakni perlindungan sumber daya alam dan plasma nutfah (sumber daya genetik) Sultra, penyiapan benih bersama antara Pemerintah Provinsi Sultra dengan Kementerian Pertanian, penyiapan infrastruktur ekspor produk pertanian, bimbingan teknis dalam penanganan pascapanen, pengoptimalan produktivitas lahan, dan akses pasar internasional. (b)