Kolaka merupakan salah satu diantara empat kabupaten tertua di Sulawesi
Tenggara pada saat dulu awal mula terbentuknya provinsi ini. Lambat laun, Provinsi
Sulawesi Tenggara mengalami pemekaran kabupaten, tercatat hingga saat ini
Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki 17 kabupaten/kota. Pemekaran kabupaten juga
menimpa Kolaka, hingga saat ini Kolaka pecah menjadi tiga kabupaten, yaitu
Kolaka, Kolaka Utara dan Kolaka Timur.
Dari sisi ekonomi, posisi Kolaka di Sulawesi Tenggara sangat disegani. Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2017 persentase kontribusi PDRB Kolaka
terhadap PDRB Sulawesi Tenggara mencapai 27,13%. Capaian tersebut tidak
muncul begitu saja. Jika dilihat series-nya dari tahun 2014, maka kontribusi PDRB
Kolaka terhadap PDRB Sulawesi Tenggara selalu mengalami peningkatan. Pada
tahun 2014 kontribusi PDRB Kolaka mencapai 19,44%, kemudian meningkat 2,14
poin pada tahun berikutnya (21,58%). Peningkatan terus berlanjut pada tahun 2016
menjadi 23,36% atau meningkat 1,78 poin.
Kontribusi PDRB Kolaka terhadap PDRB Sulawesi Tenggara tersebut selalu menjadi
paling tinggi bahkan melebihi Kendari sebagai ibukota provinsi, pada periode tahun
2014 hingga tahun 2017. Di Kolaka sendiri, sektor pertambangan dan penggalian
menjadi sektor yang paling dominan. Tercatat pada periode 2014 hingga tahun 2017
pertambangan dan penggalian berkontribusi hingga lebih dari 44%. Hingga yang
terbaru pada tahun 2018 mencapai 49,79%. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 12,62% dan yang ketiga adalah sektor industri
pengolahan yang mencapai 9,47%.
Suatu daerah dikatakan daerah maju jika PDRB nya didominasi oleh kontribusi
sektor tersiernya. Dengan kontribusi PDRB yang masih didominasi oleh sektor
primer, maka Kolaka masuk ke dalam daerah yang berkembang. Namun, dalam
perkembangan zaman yang begitu cepat, Kolaka harus ikut berkembang dan keluar
dari zona nyaman, agar tidak hanya berkutat pada sektor primer saja. Sebelum jauh
ke sektor tersier, ada baiknya Kolaka terus memperhatikan sektor sekunder mereka.
Tercatat ada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor yang kontribusinya mencapai masing-masing
9,47% dan 9,24%.
Pada tahun 2018, khusus untuk sektor industri pengolahan mempunyai
pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor yang lain.
Pertumbuhannya mencapai 8,34% dari tahun 2017. Jika ditelisik lebih dalam lagi,
ternyata PT Antam. Tbk masih menjadi pemain utama dalam kontribusinya terhadap
subsektor industri pengolahan logam sektor industri pengolahan di Kolaka. PT.
Antam Tbk. bersama dengan PT. Surya Saga Utama yang terletak di Bombana juga
menjadi kontributor dalam PDRB Sulawesi Tenggara. Keduanya sama-sama
bergerak dalam industri pengolahan nikel, dan pada tahun 2018 menghasilkan nilai
output sebesar Rp. 3,9 triliun dengan biaya input Rp. 2,4 triliun. Sehingga memiliki
nilai tambah sebesar Rp. 1,5 triliun pada tahun 2018. Dengan nilai tambah tersebut
industri pengolahan nikel menjadi yang paling dominan diantara industri pengolahan
yang lain di Sulawesi Tenggara.
Selain itu, industri pengolahan air minum juga sangat penting di Kolaka. Mengingat
ada sebagian wilayah di Kolaka yang sulit untuk mendapatkan air bersih untuk
mandi, cuci, dan kakus apalagi untuk minum. Wilayah yang sulit mendapatkan air
bersih di Kolaka itu sebagian besar merupakan wilayah hasil reklamasi air laut
ataupun rawa. Ada banyak perusahaan di Kolaka yang bergerak pada industri
pengolahan air minum, contohnya CV. Karunia Agung Sejahtera. Dalam sampel,
CV. Karunia Agung Sejahtera bersama lima perusahaan industri air minum yang lain
di Sulawesi Tenggara memiliki nilai output sebesar Rp. 18,7 miliar dengan biaya
input sebesar Rp. 16,5 miliar. Sehingga menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 2,2
miliar.
Nilai tambah tersebut tentu jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai tambah yang
dihasilkan oleh industri pengolahan nikel di Sulawesi Tenggara pada tahun 2018.
Namun, industri pengolahan air minum berhasil memiliki efisiensi sebesar 88,17%
lebih besar jika dibandingkan dengan efisiensi industri pengolahan nikel yang hanya
mencapai 61,84% saja. Kedua industri tersebut sangat penting pengaruhnya bagi
Kolaka dan Sulawesi Tenggara, utamanya bagi pergeseran sedikit demi sedikit
ketergantungan terhadap sektor primer.
Di zaman yang disebut-sebut zaman Revolusi Industri 4.0 ini, Kolaka pada
khususnya dan Sulawesi Tenggara pada umumnya masih harus berjuang untuk
tidak lagi bergantung pada sektor primer. Perhatian terhadap sektor sekunder dan
tersier yang dimiliki harus tetap dijaga, agar dapat beradaptasi dan bersaing dalam
menghadapi Revolusi Industri kedepan.
Oleh : Zulfikar Halim Lumintang, SST
Penulis merupakan Statistisi Ahli Pertama BPS Kabupaten Kolaka