Ini Langkah Cegah Penyakit Demam Berdarah

Ilustrasi DBD
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, KOLAKA – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti masih saja menghantui masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra), khususnya di Kabupaten Kolaka.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Harun Masirri mengatakan, kasus DBD pernah menelan korban jiwa yang terjadi di Kecamatan Latambaga pada 2016 lalu. Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2016 terjadi sebanyak 753 kasus.

Sementara, pada 2019 per Januari sebanyak 40 kasus demam berdarah telah terjadi. Meskipun trend kasus demam berdarah mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun masyarakat tidak boleh lengah dan abai untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan.

Untuk itu, guna mencegah virus demam berdarah hal pertama yang dilakukan pihaknya adalah memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat, supaya mereka mau berpartisipasi untuk kesehatannya sendiri.

(Baca Juga : RSUD Kota Kendari Banyak Tangani Pasien DBD)

Kemudian, melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3M plus. Yakni menguras, menutup, dan mengubur, serta menghindari gigitan nyamuk.

Masyarakat harus memahami dan mengetahui siklus hidup nyamuk. Menurutnya, dengan mengetahui hal tersebut, masyarakat bisa segera melakukan pemberantasan.

“Karena sesungguhnya demam berdarah ini adalah memutuskan mata rantai dari siklus hidup nyamuk dengan gerakan pemberantasan sarang nyamuk melalui gerakan 3 M plus tadi,” ujarnya ditemui di ruang kerjanya, Selasa (26/2/2019).

Dia menjelaskan cara menghindari gigitan nyamuk seperti menggunakan lation anti nyamuk, pembasmi nyamuk, atau penggunaan kelambu.

Selain itu, guna mencegah demam berdarah atau mencegah berkembangbiaknya jentik nyamuk dalam genangan air, masyarakat disarankan untuk menggunakan bubuk abate.

Jelasnya, pemberian serbuk abate pada air dapat membuat jentik nyamuk khususnya Aedes egypti yang ada di air tidak berkembang biak.

(Baca Juga : DBD Capai 149 Kasus, Dinkes Sultra Koordinasikan Gerakan Pencegahan)

Sementara, fogging merupakan langkah terakhir yang dilakukan setelah langkah pembersihan lingkungan, pemberian bubuk abate, dan 3 M plus tersebut.

“Fogging itu dilakukan apabila di suatu wilayah ada orang terindikasi DBD kemudian nyamuk menggigitnya, lalu nyamuk dewasa itu menggigit orang lain lagi. Untuk tidak menyebarkan virusnya, maka nyamuk dewasa ini kita matikan dengan fogging,” jelas Harun.

Menurutnya, bila pembersihan lingkungan tidak dilakukan maka akan sia-sia. Sebab, masih ada masyarakat yang memandang fogging itu menyelesaikan semua masalah.

“Fogging itu hanya memangkas. Tidak menyelesaikan sampai ke akar,” tegasnya.

Sebelum terjangkit virus demam berdarah masyarakat diimbau untuk melakukan pencegahan dini dengan membersihkan lingkungan, diikuti dengan membangun perilaku hidup sehat. (b)

 


Kontributor : Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini