ZONASULTRA.ID, KENDARI – Beberapa waktu terakhir, cuaca panas dan menyengat dirasakan oleh masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra). Kondisi ini tidak seperti pada hari-hari biasanya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Sultra, Aris Yunatas menjelaskan bahwa wilayah Sultra secara umum saat ini sedang berada pada musim kemarau. Selain itu, posisi matahari saat ini berada di ekuator yang bergerak ke arah selatan.
“Kalau ekoatornya di Palu, sehingga matahari itu berada di atas kita. Sehingga yang terjadi kita cukup panas, setengah enam pagi pun sudah cukup terang karena matahari dekat dengan kita,” jelas Aris melalui telepon seluler pada Rabu (26/10/2022).
Ada perbedaan suhu lapisan atas dan bawah sehingga mengakibatkan adanya kabut. Dampak cuaca panas tersebut yaitu pada kekeringan yang bisa menyebabkan kebakaran hutan, suplai air bersih turun, gagal panen dan lainnya. Musim kemarau telah diprediksi BMKG terjadi di Sultra dari Agustus hingga Oktober dengan puncak antara dua bulan terakhir tersebut.
Senada dengan itu, Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Faizal Habibie mengatakan bahwa terkait suhu panas yang terjadi di wilayah Sultra masih normal karena rata-rata suhu udara maksimum sekitar 32 hingga 34 derajat celcius.
“Dari pengamatan di Stasiun Meteorologi Maritim Kendari terpantau beberapa hari terakhir suhu maksimum mencapai 33 hingga 35 derajat celcius yang tercatat tertinggi tanggal 23 Oktober 2022 adalah 35.0 derajat,” ucapnya.
Hal tersebut disebabkan pengaruh maksimalnya penyinaran matahari karena posisinya yang berada di selatan khatulistiwa. Kata Faizal, suhu muka laut di Sultra juga masih hangat, sehingga pada malam hari cendrung panas utamanya wilayah pesisir.
BMKG menyatakan bahwa suhu udara yang cukup panas tersebut tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, awal musim hujan akan mulai berlangsung pada November dan Desember mendatang.
Untuk itu, BMKG menyatakan bahwa yang perlu diantisipasi adalah musim hujannya karena banyak memiliki dampak pada masyarakat utamanya terkait bencana hidrometeorologi. Masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan juga perlu diwaspadai karena ada cuaca ekstrem yang sering terjadi seperti puting beliung, hujan deras, angin kencang dan petir dengan durasi pendek.
BMKG mengimbau pada pemerintah daerah maupun masyarakat Sultra agar mempersiapkan diri dalam menghadapi musim hujan beserta dampaknya seperti banjir, banjir bandang, longsor, pohon tumbang dan lain sebagainya. Selain itu pemerintah dan masyarakat juga diminta untuk mewaspadai dan mempersiapkan diri menghadapi masuknya musim pancaroba atau transisi. (A)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Muhamad Taslim Dalma