ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Bencana banjir yang melanda Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) membuat sebagian jalan di daerah itu mengalami kerusakan. Salah satunya jalan penghubung antar Sultra dan Sulawesi Tengah yang berada di desa Andadowi, Kecamatan Sampara.
Kondisi jalan tersebut sangat memprihatikan akibat luapan sungai Konawe Eha, akibatnya banyak kendaraan yang mengalami mati mesin setiap kali melintas.
Untuk mengurangi kemacetan, warga setempat berinisiatif membuat jembatan alternatif dari kayu agar para pengendara dapat melintas dengan nyaman tanpa takut lagi mesin kendaraannya terendam air setinggi lutut orang dewasa.
Namun, pengendara yang melintasi jembatan alternatif itu harus merogoh kocek sebesar Rp.10 ribu untuk satu kali melintas ke jembatan tersebut. Hal ini kemudian memunculkan polemik, karena hampir semua warga yang melitas di jembatan itu mengeluh.
Salah satu pengendara, Mirwan (45) yang ditemui usai melintas sangat menyangkan kondisi jalan trans sulawesi saat ini. Karena medannya rusak parah, sepertinya tidak diperhatikan oleh pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum.
“Setiap tahun, jalannya selalu seperti ini. Saya perhatikan sejak tahun 2013 lalu hingga tahun 2018, ini jalan belum pernah diperbaiki oleh pemerintah. Apakah akan terus seperti ini,” keluh warga asal desa Polua itu.
Dia juga mengeluhkan mahalnya biaya melintas di jembatan swadaya yang dibuat oleh masyarakat setempat. Karena dalam sehari, dirinya selalu melintas di jembatan itu lebih dari dua kali. Dikatakannya, sebelum ada jembatan alternatif, kendaraan selalu antrian apalagi kalau mobil truck yang melintas terlebih dulu, mobil tersebut selalu mogok karena mesinnya terendam air.
“Bagus juga ada jembatan alternatif, tapi kita harus bayar setiap kali lewat. Mau tidak mau, penggendara tetap harus melewati jalan ini karena jalur satu-satunya untuk ke Kota Kendari dari Konut, mudah-mudahan Pemerintah Provinsi segera memikirkan permasalahan ini,” tuturnya.
Kondisi ini juga dikeluhkan, Iwal (29) Warga Desa Motui, Kabupaten Konawe Utara (Konut). Dikatakannya, setiap kendaraan yang melintas, baik roda dua dan roda empat semuanya wajib memberikan sumbangan. Untuk sepeda motor dipatok Rp.10 ribu, dan untuk mobil diminta sumbangan Rp.20 ribu. Kondisi ini dinilai meresahkan warga yang melintas.
“Kami heran, selalu saja ada pungutan setiap jalan rusak. Karena sudah diwajibkan membayar bagi yang melintas, terpaksa kita harus membayar, dari pada tidak bisa lewat. Pernah kita tanyakan kenapa harus bayar, mereka bilang bahwa jembatan ini dibangun swadaya masyarakat, bukan dibangun pemerintah. Sehingga dengan kewajiban membayar itu, katanya untuk menganti biaya mereka saat membuat jembatan alternatif ini,” terangnya. (B)