ZONASULTRA.COM,KENDARI – Jumlah petani di Indonesia dari waktu ke waktu semakin berkurang, tidak terkecuali di Sulawesi Tenggara (Sultra). Perlu tindakan cepat agar jumlah petani tidak semakin susut yang akan mengancam dunia pertanian.
“Berdasarkan data BPS, petani di Sultra pada tahun 2009 sebanyak 502.886 orang. Tetapi pada tahun 2015, jumlah petani hanya sebanyak 489.289 orang. Berarti ada penurunan sebanyak 13.597 orang dalam kurun waktu enam tahun,” jelas Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sultra Muhammad Nasir dalam rilisnya, Selasa, 3 Oktober 2017.
Dengan demikian, kata Nasir, jika dirata-ratakan terdapat penurunan jumlah petani sekitar 2.266 orang setiap tahunnya atau sekitar 0,45 persen setiap tahun. Data ini setidaknya menunjukkan dua hal. Pertama, petani yang sudah tua atau tidak produktif tidak lagi tergantikan oleh petani baru atau muda. Kedua, terdapat alih profesi dari petani ke pekerjaan lainnya.
Tetapi hal paling mendasar dari fakta penurunan jumlah petani adalah bahwa petani bukan lagi profesi yang diminati masyarakat. Generasi-generasi muda lebih memilih mencari pekerjaan di luar pertanian. Mereka yang bertahan sebagai petani, boleh dikatakan merupakan orang-orang yang tidak punya pilihan hidup lain.
“Apa akibatnya? Petani kita adalah orang-orang dengan SDM yang rendah. Seberapapun banyaknya bantuan atau fasilitasi yang diberikan pemerintah, jika tidak dibarengi dengan peningkatan SDM, maka pencapaiannya tidak akan optimal,” tambah Nasir.
Menurut Nasir, dalam pertemuan yang diikutinya di Bogor, pekan lalu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Momon Rusmono mengungkapkan, salah satu program prioritas kementerian pertanian adalah regenerasi petani.
Kegiatan pengawalan dan pendampingan petani yang difasilitasi oleh pemerintah melibatkan mahasiswa, agar mereka tertarik dengan pertanian. Para alumni yang baru lulus juga dilibatkan agar mereka mau berkecimpung di dunia pertanian, termasuk para pemuda tani yang ada di masyarakat.
Perguruan tinggi yang berada di bawah kementerian pertanian seperti Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) akan diubah menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian. Jika dulu STPP hanya menghasilkan penyuluh, maka politeknik ini akan menciptakan wirausaha muda di bidang pertanian.
“Dalam waktu dekat, kami akan undang Kepala BPPSDM Pertanian untuk berbicara di depan para bupati/walikota se-Sultra mengenai pentingnya membangun SDM pertanian dan regenerasi petani. Kita berharap para kepala daerah memiliki program prioritas terkait pengembangan SDM pertanian,” pungkas Nasir.***
Reporter : Sri Rahayu
Editor : Jumriati