Kekurangan Air di Negeri Subur

129
Ulfah Sari Sakti
Ulfah Sari Sakti

Indonesia di tahun 2018 ini telah berusia 73 tahun, tetapi masih ada saja warganya yang kekurangan air bersih.  Disisi lain Indonesia yang dikenal sebagai zamrud khatulistiwa, kaya akan sumberdaya alam sangat kontras dengan fakta yang terjadi tersebut.  Tengok saja di Kabupaten Karawang, khususnya di Cigunungsari Kecamatan Tegalwaru, krisis air bersih telah 2 bulan terakhir terjadi.  Akibatnya setiap pagi dan petang puluhan warga mengambil air di sebuah kubangan yang airnya keruh bercampur lumpur dan agar tidak keruh warga memberi tawas. Warga terpaksa menggunakan airtersebut pasalnya air hanya bisa diperoleh dengan membeli dari warga yang memiliki mobil pengangkut air dan bak penampungan air.  Untuk mendapatkan air, warga harus berjalan kaki sejauh 2 km sambil menjunjung ember.  “Bantuan belum ada.  Nggak tahu kenapa pemerintah tidak pernah turun tangan kalau warga susah begini,” keluh warga bernama Itoh.  (Merdeka.Com : Krisis Air Bersih, Warga Karawang Terpaksa Pakai Air Kubangan Bau Berlumut).

Masalah air bersih juga belum bisa terpecahkan di 8 Desa se-Kecamatan Ronggur ni Huta Samosir.  Warga Samosir, Pandiangan mengatakan kurang lebih 1 km mereka harus memikul air di dalam jerigen untuk dibawa ke rumah.  Kendala saat musim kemarau, air sulit didapatkan.  Mereka harus menunggu air memenuhi kubangan yang mereka gali.  Kubangan tersebut berukuran lebar 1×1 m dan kedalaman 1,5 m.  Sedikitnya seribu kepala keluarga harus ketergantungan dengan kondisi air tersebut.  (TribunMedan.Com : Duh, Sudah 73 Tahun Indonesia Merdeka, Persoalan Air Bersih Masih Sulit di Wilayah Ini).

Atas segelintir fakta tersebut, tidakkah terpikirkan dibenak pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk mencarikan solusi jangka pendek atau pun jangka panjang, misalnya saja membuatsumur resapan dan pemanfaatan tekhnologi.  Dengan begitu tidak ada lagi warga di negara yang katanya subur dan berlimpah suberdaya alam ini, yang kekurangan air bersih.

Pengelolaan Air Menurut  Perspektif Islam

Al Quran telah mengajarkan kepada umat Islam tentang keberadaan air dan fungsinya sejak berabad-abad silam.  Karena jumlahnya yang terbatas maka  maka pengelolaanya harus menggunakan pendekatan holistik yang melibatkan banyak sektor karena ir sebagai sumber kehidupan mencakup aspek yang sangat luas.

Rasulullah mencontohkan antara lain menjelang perang Badr, ketika akan menetapkan letak perkemahan yang akan dibuat dekat dengan sumber air belaiu mendiskusikannya dahulu dengan para sahabat.

Para alim ulama danibu dibutuhkan partisipasinya dalam mengajarkan bagaimana memperlakukan sumberdaya alam (SDA) termasuk sumberdaya air secara arif dan bijaksana.Dalam sejarah perkembangan islam, perempuan mempunyai peran penting dalam menyediakan air dan melindungi sumber air dan lingkungan .  Kisah Hajar isteri Nabi Ibrahim as yang mencari air antara Safa dan Marwa.  Kisah Zubaidah isteri Al Rashid yang mempunyai peran pentig dalam pembangunan kanal di Mecca pada masa Abbasid.

Tidak kalah pentingnya pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan oleh pemerintah bukan dipihak ketigakan karena termasuk sumberdaya alam milik umum . Al Assal dan Karim (1999 : 72-73) mengutip pendapat Ibnu Qudamah dalam kitabnya Al Mughni mengatakan :”Barang-barang tambang yang oleh manusia didambakan dan dimanfaatkan tanpa biaya seperti halnya garam, air, belerang, gas, mumia(semacam obat), petroleum, intan dan lain-lain, tidak boleh dipertahankan (hak kepemilikan individualnya) selain oleh seluruh kaum muslimin, sebab hal itu akan merugikan mereka”.

Sungguh Allah SWTtelah menciptakan kadar, karakter alamiah pada setiap makhluk ciptaan-Nya dan dengan kesimbangan yang pas menurut Allah selaku Al Khaliq (Pencipta) dan Al Mudabbir (Pengatur) sebagaimana ditegaskan dalam QS Al A’la ayat 3, yang artinya, “Dan yang menentukan kadar (masing-masing ciptaan-Nya) dan memberi petunjuk)”. Pada semua ciptaan-Nya Allah SWT ciptakan pula keseimbangan, “Dia ciptakan keseimbangan” (TQS Al A’la: 7 ). Sungguh Allah telah mengingatkan agar keseimbangan itu jangan dirusak, “Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu” (TQS Al A’la: 8). Artinya, kesejahteraan di seluruh penjuru alam hanya akan terwujud, termasuk bebas dari darurat kekeringan dan krisis air bersih manakala syariat Allah swt diterapkan dalam kehidupan saat ini. Karena Allah swt sendiri telah menegaskan, yang artinya,”Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (TQS Al An-Anbiyaa: 107).

Karena itu sudah saatnya pemerintah lebih peka lagi dengan permasalahan rakyatnya, apalagi masalah tersebut berkenaan dengan kebutuhan dasar yaitu air yang ketersediannya di alam Indonesia cukup melimpah sumberdaya alamnya.  Tentunya solusi dari masalah tersebut tidak keluar dari koridor menurut perspektif  islam.  Wallahu’alam bishowab[].

 

Oleh : Ulfah Sari Sakti
Penulis Merupakan Jurnalis Muslimah Kendari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini