ZONASULTRA.ID, WANGI-WANGI-Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bawang Sukses di Desa Pada Raya Makmur, Kecamatan Wangiwangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil memanen 1,7 ton bawang merah. Gapoktan Bawang Sukses adalah para petani pemula yang dibina penyuluh dari dinas pertanian setempat.
Bawang itu ditanam oleh para petani sekitar tiga bulan di atas lahan seluas kurang lebih 0,15 hektare. Terbagi di dua lahan marginal, yang bibitnya sebanyak 210 kilogram dari total 300 kilogram bibit bantuan dinas pertanian.
Setiap kelompok masing-masing mendapat 105 kilogram. Setelah dipanen, bibit bawang tersebut menghasilkan sebanyak 1,7 ton basah. Kalau sudah kering maka bawang tersebut akan mengalami penyusutan menjadi 1,3 ton.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Wakatobi Tamrin mengatakan, dalam waktu dekat Gapoktan Desa Wungka dan Desa Komala, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel) juga akan melakukan panen serupa.
“Ada beberapa gapoktan yang sudah jalan seperti di Desa Pada Raya, Wungka, Komala, dan beberapa desa lainnya. Hasil panen gapoktan akan dibeli untuk bibit. Kemudian disalurkan kepada petani yang akan melakukan penanaman pada Oktober dan November nanti,” katanya di Wangiwangi baru-baru ini.
Tamrin mengungkapkan, jika mereka memprioritaskan bawang lokal untuk bibit. Kecuali sudah tidak ada bibit lokal, baru kemudian mereka mencari bibit di luar daerah. Kendati selain di Wangiwangi, ada sekitar dua ton lebih bawang yang dipanen petani di Kaledupa, yang rencananya bakal disiapkan menjadi bibit.
Tamrin melanjutkan, dinas pertanian merencanakan program bawang merah guna mewujudkan program merdeka pangan, menargetkan lahan seluas 30 hektare, memberdayakan kurang lebih 900 petani yang tergabung dalam 30 kelompok. Dengan rincian 8 hektare di Pulau Wangiwangi, 9 hektare di Pulau Kaledupa dan di Pulau Tomia seluas 13 hektare.
Menurut Tamrin, cuaca saat penanaman pada April dan Mei menjadi kendala. Selain itu, bibit yang disediakan penyedia juga masih kurang. Sehingga sepersen pun anggaran program tersebut belum dicairkan. Kata Tamrin, petani yang sudah melakukan penanaman di Desa Pada Raya, Komala, dan sebagainya merupakan bibit yang disalurkan menggunakan anggaran pribadi penyedia secara terbatas.
Lebih lanjut Tamrin menjelaskan, rencananya akan mencairkan anggaran tersebut melalui rekening masing-masing kelompok tani untuk pengadaan bibit yang rencananya akan ditanam pada Oktober dan November.
“Dengan adanya kenaikan harga bawang maka otomatis akan mempengaruhi volume bibit. Dari rencana 700 kg per hektar kemungkinan akan turun menjadi 400 per hektare,” terangnya.
Lebih jauh Tamrin menyampaikan, dengan kondisi lahan marginal di Kabupaten Wakatobi, pola penanaman bawang yang dilakukan petani tidak harus langsung di atas lahan seluas satu hektare. Kelompok tani bisa memanfaatkan beberapa lahan marginal terpisah yang dikalkulasi luasannya satu hektare.
“Saya sangat optimis sekali. Meskipun banyak yang bilang gagal, saya bilang panen boleh gagal tapi program harus sukses. Gagal panen boleh terjadi di beberapa ubinan tapi akan tertutupi di tempat lain karena bukan satu hektare yang akan kita tanam, tapi rencana 30 hektare,” papanya.
Ketua Gapoktan Bawang Sukses Samdia mengungkapkan, ia bahagia akan perhatian pemerintah daerah (Pemda) yang memberdayakan masyarakat di bidang pertanian bawang merah.
Samdia mengungkapkan, hasil panen bawang merah itu belum akan langsung dijual karena akan dibeli pemda untuk memenuhi kebutuhan bibit penanaman besar-besaran di fase Oktober dan November.
“Kami senang sekali karena hasilnya memuaskan. Sebelumnya pernah tanam bawang juga, tapi tidak sebanyak ini. Adanya program dari pemda ini, hasilnya sangat banyak dan kami puas. Karena dibina langsung dari tim penyuluh, sehingga dari belum tahu menjadi tahu cara menanam bawang dan perawatannya sampai panen,” ungkapnya. (B)
Kontributor: Nova Ely Surya
Editor: Jumriati