ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong agen perjalanan untuk menciptakan paket wisata di 10 destinasi Bali Baru. Langkah ini dilakukan Kemenpar juga untuk mempercepat tingkat konektivitas bagi wisatawan mancanegara (wisman) untuk mengunjungi 10 destinasi Bali Baru.
Lantas mengapa harus ngotot menjual 10 destinasi prioritas? Alasannya, pertama, strategi Kemenpar sudah mulai bergeser. Promosi yang selama ini bertitik berat di branding dan advertising, mulai bergeser ke selling. Branding sudah dilakukan gencar di tahun pertama, Advertising digeber tahun kedua. Tahun ketiga sudah harus selling to the point.
Alasan lainnya, Kemenpar ingin membagi beban bandara. Beban yang selama ini menumpuk di Bali dan Jakarta, di share ke bandara-bandara yang ada di sekitar 10 destinasi prioritas. Yang dibidik Kemenpar dan kementerian terkait lainnya, efisiensi pengelolaan bandara agar jam operasional bandara di 10 Bali Baru tersebut dapat berlangsung hingga 24 jam.
“Persoalan konektivitas transportasi udara untuk menjangkau destinasi pariwisata sangat urgen, karena sebagian besar wisman yang datang ke Indonesia memanfaatkan pesawat terbang,” ujar Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar, Hiramsyah Sambudy Thaib di Jakarta, Minggu (9/4/2017).
Karenanya pemerintah telah menentukan sejumlah bandara yang diarahkan sebagai hubungan internasional selain Bali dan Jakarta. Di antaranya Bandara Adi Sumarmo (Solo), Bandara Kualanamu (Medan), dan Bandara Internasional Lombok (Lombok). “Ini peluang besar untuk maskapai dan agen perjalanan. Penawaran paket tur jadi bisa dibalik. Misal yang semula dua hari di Bali dan satu hari di Lombok, menjadi 1 hari di Lombok dan 2 hari di Bali. Dengan begitu, konsentrasi tidak akan terpusat di Bali,” kata dia.
Khusus untuk destinasi 10 Bali Baru, sejumlah bandara baru tengah dikembangkan agar dapat menampung pesawat dengan kapasitas yang besar misalnya di Bandara Silangit (Sumatra Utara) atau Bandara Leo Wattimena (Maluku Utara).
Dia memperinci, penyelesaian penambahan kapasitas runaway Bandara Silangit ditargetkan rampung September 2017, sedangkan peningkatan kapasitas di terminalnya bakal selesai pada April tahun ini.
Sebaliknya, saat ini Bandar Udara Leo Wattimena hanya mampu didarati oleh pesawat dengan kelas ATR 72, sedangkan untuk menggenjot jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Morotai dibutuhkan pesawat sekelas Boeing 737. Kementerian Perhubungan menargetkan penyelesaian pembangunan landasan pacu Juni tahun depan.
Penjualan paket perjalan wisata ke 10 Bali Baru juga ikut direspon Menpar Arief Yahya. “Ingat BAS. Kalau branding itu merebut mind dan mencuri pikiran orang sedunia. Advertising sudah mulai mempersuasi orang untuk berwisata ke Tanah Air. Selling sudah to the point! Berapa diskon, berapa potongan harganya,” kata Arief Yahya.
Saat ini, upaya-upaya untuk mendorong perjalanan wisata ke 10 Bali Baru sudah sering dilakukan. Bersama Kemenhub, Airlines, AirNav, Angkasa Pura I dan II, Kemenpar terus intens mencari solusi mengatasi problem air connectivity.
Dorongan kepada airlines untuk terbang ke destinasi wisata di tanah air terus dilakukan. Begitu juga dengan dorongan jam beroperasi airport agar lebih panjang, hingga 24 jam. Yang terakhir, ada upaya deregulasi, kemudahan penambahan slot bagi pesawat yang hendak masuk ke Indonesia.
“Kalau mau sama-sama untung, maskapai dan biro perjalanan wisata harus kreatif. Lakukan joint promo dan paket hard selling. Buat mereka tidak bisa menolak untuk berwisata ke Indonesia,” ujarnya. (*)