ZONASULTRA.COM, WANGGUDU – Walikota Yeonwol, Korea Selatan (Korsel), Park Sun Kyu terkesima mendengar cerita sejarah Gunung Oheo dan Anawai Ngguluri yang menjadi logo Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra) sebagai simbol pengembangan potensi di bidang perikanan, pertanian dan pariwisata.
Usai mendengar sinopsis sejarah Gunung Oheo yang dibacakan oleh protokeler Pemkab Konut, Park Sun Kyu mengaku semakin yakin kerja sama kedua daerah itu akan memberikan dampak positif bagi masing-masing daerah.
“Saya kagum mendegar cerita sejarah ini. Begitu eratnya kaitan antara sejarah Gunung Oheo ini dengan kerjasama antara Pemerintah Konut dan Yeongwol untuk meningkatkan potensi di bidang pertanian, perikanan, dan pariwisata. Saya tidak akan lupa ini,” kata Park Sun Kyu.
Dia menambahkan, legenda cerita rakyat tersebut akan menjadi cri khas Kabupaten Konut yang kaya akan potensi alamnya di Korea Selatan.
“Di sinilah letak ketertarikannya. Ini merupakan modal masyarakat dan pemerintah Konut. Dari berbagai aspek yang ada di sini bisa menjadi nilai jual yang akan memberikan dampak positif untuk pembagunan di Konut,” ungkapnya.
Oheo dan Anawai Ngguluri
Oheo dulunya adalah seorang pria tampan yang hidup seorang diri di tengah-tengah hutan belantara. Dirinya menghabiskan hari-harinya dengan bercocok tanam untuk menyambung hidup, namun hasilnya tak pernah ada akibat serangan burung Nuri.
Karena merasa kesal dengan kelakuan burung Nuri, Oheo berusaha dengan berbagai macam cara untuk menangkap burung tersebut. Namun alangkah terkejutnya Oheo saat melihat burung Nuri itu berubah wujud menjadi tubuh bidadari yang cantik jelita dan menawan yang turun mandi di Telaga Linomoio.
Melihat pemandangan yang menawan Oheo berubah pikiran untuk membalas kelakuan burung Nuri yang telah berwujud itu dengan cara menyembunyikan salah satu pakaian sang bidadari tersebut.
Setelah para bidadari itu selesai mandi membersihkan badannya merekapun bergegas mengambil pakaiannya dan segera lekas terbang kembali ke kayangan. Namun naas salah satu dari tujuh bidadari tak bisa terbang bersama temanya yang lain, karena pakaianny telah disembunyikan oleh Oheo.
Kesempatan tersebut tak disia-siakan Oheo. Dirinya mendapat kesempatan itu langsung mendekati, menyapa, merayu, dan membujuk bidadari yang bernama Anawai Ngguluri sekiranya bersedia untuk menjadi istrinya.
Dan ternyata usaha Oheo tak sia-sia, tawarannya diterima oleh Anawai Ngguluri dan jadilah mereka suami istri. Dalam perjalanan rumah tangga mereka dikarunia seorang anak yang gagah.
Suatu ketika Anawai Ngguluri mendapat isyarat bahwa pakaian miliknya ketika mandi di telaga bukan hilang melainkan disembunyikan oleh Oheo dan dirinya yakin bahwa pakaiannya itu disembunyikan di sekitar rumah Oheo.
Anawai Ngguluri pun menemukan pakainya tersebut. Dan tanpa berlama lama Anawi Ngguluri memanfaatkan keadaaan itu. Dirinya langsung mengambil pakaian tersebut dan mengenakannya dan akhirnya dirinya terbang kembali ke negeri kayangan meninggalkan Oheo dan putra semata wayangnya.
Bertolak dari legenda Oheo dan Anawai Ngguluri tersebut, maka Pemkab Konut dan masyarakat setempat mengabadikan peristiwa tersebut dengan memberi nama gunung Oheo, dan kini dijadikan lambang Pemkab Konut.
Tempat terjalinnya cinta antara Oheo dan Anawai Ngguluri diberi nama telaga Anawai Ngguluri yang saat ini dijadikan lokasi pengembangan pariwisata daerah dengan tema agro wisata.
Tempat penanaman padi Oheo setelah melewati tantangan kini dimanfaatkan menjadi tempat kerja sama antara pemerintah Konut dan Yeong wol di sekotor pertanian. (B)
Reporter: Jefri Ibnu
Editor: Jumriati