ZONASULTRA.COM, KENDARI – Tokoh Sulawesi Tenggara (Sultra) La Ode Ida meminta konflik antar kelompok di Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo, Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton, yang bermula pada 5 Juni 2019 lalu, harus segera diakhiri.
Menurut Ida, kerusuhan seperti ini tak boleh lagi terulang. Pasalnya, tidak baik dampak dan citranya di mata publik Negara Indonesia ini. Selain itu, mereka yang konflik masih dalam satu keluarga.
Baca Juga : Resolusi Konflik, Kembalikan Wajah Buton yang Damai
Ia menyarankan, yang harus dilakukan adalah secara sistematis melakukan pemulihan dengan pendekatan budaya, sosial dan sekaligus fisik.
“Catatlah misalnya, dalam membangun kembali rumah-rumah warga yang terbakar itu dengan secara langsung melibatkan warga dari kedua kelompok yang seteru. Tentu yang pegang kendali adalah aparat TNI bersama Polri dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat, dan masih banyak lagi cara atau pendekatan yang bisa dilakukan,” kata La Ode Ida dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/6/2019).
Mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI ini menilai, sudah benar langkah yang diambil oleh Gubernur Ali Mazi dengan menurunkan aparat keamanan. Hal itu harus dilanjutkan dengan membangun posko khusus aparat keamanan di antara kampung di kawasan itu.
Baca Juga : 100 Penyidik Akan Periksa 82 Terduga Pelaku Pembakaran Rumah di Buton
Selain itu, penting untuk memberikan bantuan nyata untuk kehidupan warga yang rumahnya terbakar dan sekarang ini ada di pengungsian. Ida mengatakan, Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara (KKST) sendiri sekarang ini tengah berupaya menggalang dukungan bantuan sosial kemanusiaan untuk korban konflik horizontal di Buton.
“Membangun kembali pemukiman atau rumah-rumah warga yang terbakar. Diskresi gubernur yang meminta kontribusi setiap kepala daerah di Sultra untuk bangun fisik rumah-rumah itu adalah langkah tepat dan perlu disegerakan,” tandasnya.
Komisioner Ombudsman RI ini juga meminta pendekatan sosial budaya untuk damai harmoni perlu dilakukan berkelanjutan. Ini memang tak mudah, tapi juga tak sulit karena mereka-mereka itu dalam basis keluarga atau identitas budaya yang sama.
Baca Juga : Rusuh Dua Desa di Buton, 87 Rumah Terbakar dan 700 Warga Mengungsi
“Bangkitkan kembali semangat saling menyayangi sebagaimana filsafat Buton Muna. Pemda perlu menjadikan pendekatan ini sebagai program budaya yang berkelanjutan. Saya yakin masyarakat Buton tetap pegang teguh atau hidup dengan pijakan nilai-nilai budaya harmoni dan saling menyayangi. Insyaallah,” tukasnya. (B)
Kontributor : Fadli Aksar
Editor : Muhamad Taslim Dalma