Saat lahir, dia diberi nama Widyaningrum Surya Nugraha. Namanya lalu dipersingkat menjadi Widya Saputra. Nama “Saputra” dikutip dari nama belakang kakeknya, Amid Hidayat Saputra. Sehari-hari, menjadi presenter olahraga di berbagai stasiun televisi. Pada persinggahan terakhirnya di MetroTV, wanita kelahiran Cimahi ini masih juga membawakan acara bertema olahraga: MetroSports dan Spirit Football.
Dia lahir tahun 1985. Tinggi badannya 167 cm dengan berat 55 kilogram. Begitu Wikipedia mendeskripsikannya. Tapi di penampilannya saat menjadi moderator debat publik calon Walikota Kendari, Selasa (31 Januari 2017) malam, berat badannya mungkin lebih banyak dari itu. Kutaksir-taksir, dia terlihat lebih besar dari saya. Padahal berat badan saya juga 55 kilogram. Apalagi, tinggi badan sudah pasti menang dia dari saya. Makanya dia jadi presenter, saya tukang mengomentari presenter.
Wanita yang akrab disapa Widya ini menikah dengan seorang pembalap bernama Dodi Saputra, dan telah dikarunia seorang anak. Tapi mereka sepakat berpisah November 2012 lalu. Ngomong-ngomong, kita mau bahas Widya atau mau cerita hasil debat, nih? Gagal fokus.
Ah, tanggung. Sekalian tuntaskan dulu soal Widya. Ini juga informasi terakhir kok. Bahwa dia penyuka kucing, sehingga teman-temannya menjulukinya Cat Lady. Jadi, mumpung Widya masih di Kendari, kalau ada yang mau ngasih kucing, ayok….siapa tahu yaroo….hehehehe. Cukup tentang Widya, ah. Kita bahas debat publik.
Liat judul di atas, lalu ingat Widya, seorang presenter olahraga. Sangat relevan dengan debat publik yang dihelat sembari mengejar waktu. Para pasangan calon walikota dipaksa melakukan olah napas. Berbicara cepat-cepat karena durasi. Itulah gambaran jalannya debat publik hingga separuh jalannya debat.
Widya juga terlihat tidak begitu sempurna menguasai acara debat. Pada suatu kesempatan ketika di kursi penonton terjadi keributan, dia hanya bisa terdiam, dan sepertinya berkoordinasi dengan pengarah acara melalui earphone-nya. Tak mampu mengendalikan acara. Bahkan meminta agar pasangan nomor urut dua –ADP-Sulkarnain– untuk bicara kendati suasana di kursi penonton masih riuh. Daripada waktu habis percuma dan “argo” jalan terus, mending kandidat bicara saja.
Tiga tema yang ditawarkan. Pertama, menyelesaikan persoalan daerah. Kedua menyelaraskan pembangunan daerah kota, provinsi, dan nasional. Ketiga, memperkokoh NKRI dan kebangsaan. Satu-satu pasangan memaparkan pandangannya atas tiga tema itu. Semua kandidat seperti mengalami tekanan psikologis untuk berbicara cepat-cepat karena waktu yang terbatas. Hanya 90 menit total.
Pasangan Rasak-Haris tampil dengan seragam khusus. Lengan panjang dengan cetakan nomor “1” di dadanya. Pakaiannya berwarna gelap. ADP-SUL kompak mengenakan baju putih. Zayat mengenakan baju putih, sedangkan Suri dengan pakaian berwarna gelap.
Rasak masih konsisten dengan gaya bicaranya, banyak menggerak-gerakkan tangannya. ADP terlihat lebih mampu mengontrol dirinya. Zayat jika pada debat sebelumnya lebih tenang, di debat kali ini, dia terlihat lebih agresif dan menggebu-gebu. Penampilan Sulkarnain, Haris, dan Suri secara keseluruhan lebih baik dari sebelumnya. Di beberapa kesempatan, Suri terlihat berpikir beberapa jenak untuk memilih diksi yang tepat saat menyampaikan pendapatnya.
Pada tema menyelesaikan persoalan daerah, Razak mengungkapkan empat pendekatan dalam pembangunannya, APBD berskala prioritas, hubungan dengan provinsi dan pusat dalam hal kewenangan dan keuangan. Lalu, kemitraan dengan swasta dan terakhir, mendorong partisipasi masyarakat. Razak kehabisan waktu.
ADP mengemukakan pembangunan berbasis ekologi dan IT, dengan menyebut beberapa masalah spesifik seperti pentaaan pedagang kali lima, banjir, pemukiman dan kawasan kumuh, air bersih dan pendangkalan Teluk Kendari. Dia masih punya waktu sepuluh detik saat selesai berbicara.
Untuk pasangan nomor urut tiga, Suri yang bicara duluan. Dia membacakan enam persoalan daerah. Dia baru mengungkapkan soal harga kebutuhan pokok, pengangguran, PDAM, banjir, pendidikan, dan kesehatan. Belum sempat dijelaskan satu-satu, waktu sudah habis. Dia berimprovisasi di sisa waktu dengan berteriak “coblos nomor urut tiga”.
Berikutnya, tema menyelaraskan pembangunan daerah kota, provinsi, dan nasional. Nomor urut dua yang lebih dahulu dan diwakili oleh ADP. Dia menyebut pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, rumah sakit, puskesmas, sarana olahraga, dan tempat pemukiman umum harus dikoordinasikan dengan baik. Ketika selesai, waktu tersisa cukup banyak, 25 detik.
Selanjutnya, pasangan nomor urut tiga. Zayat yang bicara. Dia berbicara tentang musrenbang yang benar-benar harus dilaksanakan. Dia cukup bersemangat. Tapi pengeras suara bermasalah sehingga mengganggu jalannya acara. Pendukungnya berteriak-teriak agar acara dihentikan dulu karena suara Zayat tidak jelas. Beberapa saat timer dihentikan dan diulang di 26 detik terakhir. Zayat kehabisan waktu, dan kedengaran bergumam, “Wee…waktu habis.”
Terakhir, Razak. Dia menyebut Pelabuhan Bungkutoko yang pembangunannya merupakan koordinasi antara pemkot, provinsi, dan pusat. Juga tentang reklamasi Teluk Kendari. Dia kehabisan waktu.
Pada tema ketiga tentang memperkokoh NKRI dan kebangsaan, Zayat yang berbicara duluan. Dia mengecek alat pengeras suara. Keluihatan dia sedikti terganggu dengan kerusakan itu. Dia membawa catatan untuk menjelaskan pandangannya soal tema itu. Ditegaskannya bahwa empat pilar kebangsaan adalah harga mati.
Razak juga mengulang soal empat pilar kebangsaan dengan merincinya dalam empat pendekatan: ekonomi, budaya, politik, dan TNI. Dia menjanjikan pembangunan Pusat Budaya Sultra yang akan mengakomodir kebudayaan di 17 kabupaten/kota.
Saat giliran nomor urut dua, Sulkarnain bicara tentang mengoptimalkan peran dan fungsi forum komunikasi lintas agama, suku etnis, dan paguyuban yang sudah lama ada. Menciptakan ruang publik seperti taman kota agar masyarakat bisa berinteraksi.
Moderator mengambil alih, dan jedah iklan. Wajah Ketua KPU Hayani Imbu muncul di tayangan iklan itu. Di sesi-sesi jedah selanjutnya, beberapa kali iklannya muncul. Mantap Pak Ketua…hehehe…
Sesi berikutnya, pertanyaan dari panelis. Terdapat dua pertanyaan panelis untuk setiap pasangan kandidat. Sesi ini masih terasa mengejar durasi. Tapi para kandidat mulai sedikit spesifik dalam memberikan jawaban dan argumen. Hanya tetap terasa kurang menarik karena masih monolog.
Baca Juga : Ketika Kandidat Walikota Mengejar Durasi (Bagian 2)
Bagaimana jalannya debat di sesi ini? Kita lanjutkan di tulisan kedua agar tidak kepanjangan dan membosankan, serta saya juga tidak terlalu begadang. Besok mau cari nafkah buat beli kucing….hihihi…
Oleh : Andi Syahrir
Penulis merupakan alumni UHO & pemerhati sosial