Ketua DPRD Sultra Harap Budaya Buton Terus Dijaga

Ketua DPRD Sultra Harap Budaya Buton Terus Dijaga
BUDAYA BUTON - Persiapan pelaksanaan ritual Adat Masyarakat Pulau Makassar yakni tuturangia andala salah satu bentuk kesyukuran atas nikmat dan rejeki yang diberikan dalam setahun. (Foto: Istimewa)
Ketua DPRD Sultra Harap Budaya Buton Terus Dijaga
BUDAYA BUTON – Persiapan pelaksanaan ritual Adat Masyarakat Pulau Makassar yakni tuturangia andala salah satu bentuk kesyukuran atas nikmat dan rejeki yang diberikan dalam setahun. (Foto: Istimewa)

 

ZONASULTRA.COM, BAUBAU – Kepedulian dan keseriusan Walikota Baubau AS Tamrin tentu tidak diragukan lagi dalam membangun sektor budaya di kota ini. Dia terbilang tokoh yang membumikan nilai-nilai kebutonan di dalam diri dan kesehariannya. Karena itu pula wajar jika beberapa even di Festival Kota Tua Kesultanan Buton dalam rangka HUT Kota Baubau, sejumlah kegiatan bertema budaya menjadi prioritas utama.

Di Baruga Keraton digelar sarasehan budaya masyarakat Adat Tahun 2017 yang diprogramkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Baubau, membahas kecintaan, keberlanjutan, dan regenerasi pemahaman nilai dan adat budaya Buton. Khususnya yang berkaitan dengan penggunaan pakaian adat, sepantas, sewajarnya dan tata-cara menggunakannya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Baubau Masri berharap jika kegiatan ini mendapat kesepakatan serta kesepahaman tentang penggunaan kostum dan pakaian adat sehingga saatnya nanti masyarakat bisa lebih mengenal dan menggunakannya sebagai kebanggaan masyarakat Buton.

Ketua DPRD Sultra Harap Budaya Buton Terus DijagaSelain Walikota Baubau, Wakil Walikota Baubau, Plt Sekretaris Kota Baubau, segenap anggota DPRD, pimpinan SKPD, menjadi kehormatan di acara ini adalah kehadiran Ketua DPRD Sultra Abdurrahman Saleh yang berbaur bersama tokoh adat dan tokoh masyarakat seperti Hasidin Sadif dan Ld. Budi Wahidin, serta segenap masyarakat di kota ini, ikut berpartisipasi aktif membicarakan budaya Buton secara universal.

Walikota Baubau AS. Tamrin saat memberikan sambutan dan membuka secara resmi acara ini mengungkapkan hal-hal prinsip tentang penggunaan pakaian adat. Diharapkan dalam sarasehan budaya ini didapatkan simpulan secara bertahap, sehingga ada kesepakatan berdasarkan cerita bertutur dan literatur literatur yang ada.

“Rujukannya tentu pada banyak sumber, khususnya pada sejumlah literatur-literatur kebutonan kita, bisa juga melalui cerita bertutur, sehingga diharapkan muncul kesadaran kolektif dalam mengangkat nilai kearifan lokal dan tetap terjaga sampai generasi selanjutnya,” papar walikota.

Hal yang lebih membangkitkan semangat diungkap Abddurrahman Saleh. Ia menyebut bahwa negara yang hebat, bangsa yang besar tidak meninggalkan adat istiadat.

“Negara besar seperti Korea, Jepang tetap mempertahankan budayanya, dimanapun mereka berada. Begitupun Buton akan memperkaya khasanah kebangsaan kita di NKRI,” ujar Ketua DPW PAN Sultra ini.

Politisi kawakan Sultra ini pun sangat apresiasi dan menyatakan kehati-hatiannya bertutur di forum ini. “Saya amat berhati hati dalam bertutur sebab dihadapan para tokoh-tokoh masyarakat dan sesepuh adat di negeri khalifatul Khamis Wolio ini,” ujarnya sembari menyebutkan bila jauh sebelum Islam masuk di Sulawesi Tenggara di Buton sudah berkembang kehidupan yang Islami sehingga kehidupan masyarakat inilah tetap dipertahankan.

“Intinya ini identitas leluhur kita, bangsa kita, suku kita, dan tentu menjadi kebanggaan dengan harapan kedepan dalam sarasehan seperti ini, perlu melibatkan banyak lagi masyarakat umum,” ujar Abdurrahman.

Ritual Tuturangiana Batupuaro

Untuk mensukseskan pilar budaya sebagai salah satu dari empat pilar pembangunan yang ditargetkan, diwujudkan dalam berbagai event-event yang tak sekedar bersifat seremoni, tetapi juga bersesuaian dengan alur kesejarahan yang di miliki Kota Baubau, sebagai bagian dari perjalanan panjang orang Buton masa lalu, kini dan yang akan datang.

Salah satu kegiatan itu adalah Pesta Adat Tuturiangiana Batupoaro, yang digelar secara hikmad dan merupakan sebuah ritual tahunan mengenang perjalanan spritual Syeikh Abdul Wahid, legendaris penyebar Islam pertama di Tanah Buton, dan menjadikan ‘Batupoaro’ sebagai batu pijakan pertama saat memasuki kota ini di masa silam.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Baubau Idrus mengatakan, Batupoaro menjadi situs sejarah penting yang masih terus terpelihara dan dihormati keberadaannya oleh masyarakat Buton secara umum. “Itu filosofis awal pesta adat ini diselenggarakan Pemerintah Kota Baubau, dan mengajak kita untuk memaknai banyaknya kebesaran budaya di negeri ini,” papar Idrus kepada media massa sebelum pesta adat dimulai.

Ketua DPRD Sultra Harap Budaya Buton Terus Dijaga
Diskusi Publik tentang pelestarian budaya Buton yang digelar Dinas Pariwisata dalam rangka HUT Kota Baubau ke-16 tahun.

 

Tuturiangiana Batupoaro ini, dalam bahasa lokal Wolio-Buton dapat dimaknai sebagai ‘penghormatan adat’. Ini digelar oleh tokoh adat dengan disaksikan pemerintahnya sejumlah warga sebagai bentuk kesyukuran akan nilai-nilai ke-Islaman yang telah dianut masyarakat Buton pada umumnya.

Walikota Baubau AS Tamrin saat memberikan sambutan banyak mengungkap sejarah tersebut. “Ini merupakan cara kita mengenang perjalanan spritual Syeikh Abdul Wahid yang menjadikan Batupoaro sebagai pijakan, merupakan peninggalan sejarah yang dapat kita lihat hingga saat ini dan selanjutnya dengan prosesi ini dapat diimplementasikan pada pembangunan daerah yang dilaksanakan saat ini,” tutur walikota.

Bertalian dengan itu, Batupoaro, kata walikota mengajak masyarakat untuk membangun sektor pantai dan kelautan yang merupakan sektor pembangunan strategis nasional khususnya di sekitar Batupoaro, dengan tetap berpedoman pada nilai-nilai budaya lokal, yang menerapkan prinsip-prinsip keislaman seperti yang dibawa oleh Syeikh Abdul Wahid, yang telah berhasil menyebarkan agama Islam di Pulau Buton dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

“Bagi masyarakat, ini juga cara kita meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT akan keberhasilan pembangunan yang kita laksanakan khususnya di bidang perikanan dan perdagangan di sekitar Batupoaro,” jelas mantan Kakanwil Pertanahan Provinsi Sulawesi Selatan ini.

“Yang pasti Barupoaro telah menjelma sebagai kecamatan. Daerah pesisir dan laut merupakan daerah sumber perikanan dengan hasil kelautan yang melimpah baik pada masa lampau maupun masa sekarang yang terus tumbuh dan berkembang sebagai daerah pantai yang maju dan berbudaya. Benar-benar patut kita syukuri,” imbuh walikota. (*)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini