Pendidikan yang berkualitas tentu saja diharapkan demi kemajuan suatu bangsa, pendidikan bukan sekadar sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda yang akan menjadi penerus suatu bangsa, tapi juga harus menjadi ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan suatu transformasi yang nyata.
Dengan hadirnya tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah ditetapkan pada United Nations General Assembly pada agenda Development tahun 2030 diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam bidang pendidikan di Indonesia. Saat ini, penyelenggaraan pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan diantaranya sebagai berikut.
Kekerasan Seksual di Lingkungan Sekolah
Komnas perempuan menyebutkan bahwa total 67 kasus kekerasan seksual yang terjadi sejak tahun 2015 hingga 2021 dengan penyumbang kasus terbanyak berasal dari lingkungan perguruan tinggi. Lambatnya penanganan kasus menyebabkan fenomena ini kian merajalela.
Selain itu, adanya sanksi sosial dari masyarakat kepada korban menyebabkan mereka memilih untuk diam dan tidak melaporkan kasusnya.
Pendidikan Karakter yang Belum Maksimal
Saat ini, berbagai perilaku menyimpang dilakukan oleh pelajar. Fenomena yang sering terjadi belakangan ini adalah banyaknya kasus bullying, tawuran, penyalahgunaan narkotika, hamil di luar nikah, dan lain sebagainya.
Padahal, pendidikan karakter khas Indonesia sudah terpatri dalam nilai-nilai Pancasila. Lima sila dasar negara ini memiliki makna yang dalam untuk menciptakan karakter bangsa.
Dari mana akar masalahnya? Dalam menghadapi tantangan ini, peran keluarga, peran sekolah, peran guru, peran pemerintah, media massa dan lingkungan sangat penting perannya dalam pembentukan karakter.
Maraknya Pungutan Liar
Fenomena pungutan liar kian terjadi di lingkungan pendidikan. Umumnya, hal ini dilakukan oleh pegawai, guru, dosen dalam bentuk penjualan barang atau sebagainya.
Beberapa contoh kasus seperti pihak siswa diwajibkan untuk membeli buku atau sejenisnya. Selanjutnya, bagi siswa yang tidak membeli akan berdampak pada nilai siswa tersebut.
Kondisi ini cukup disayangkan melihat teknologi untuk belajar saat ini yang sebetulnya semakin mudah. Masih banyak lagi praktik pungli lainnya baik dalam kegiatan ekstrakurikuler, pengadaan dan pembangunan sarana/prasarana, saat pendaftaran masuk sekolah yang harus menjadi perhatian penting bagi pemangku kebijakan.
Sarana dan Prasarana yang Belum Merata
Pemerataan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu prasyarat awal dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Sarana dan prasarana adalah faktor pendukung yang sangat penting dalam dunia pendidikan selain tenaga pendidik.
Berbagai masalah yang sering dijumpai adalah kelayakan bangunan sekolah, fasilitas pendukung seperti meja, kursi maupun papan tulis yang masih kurang, ruang kelas dalam suatu sekolah yang belum memadai, minimnya tenaga pengajar yang ahli sebagai guru dan juga staf di sekolah, atau bahkan akses menuju sekolah yang sangat sulit untuk dilewati bahkan sering kali dapat membahayakan.
Selain masalah di atas, hal yang masih dijumpai di daerah pelosok adalah sulitnya akses jaringan dan listrik, sehingga masih memakai penerangan tradisional.
Penulis Pertama: Mahasiswa Pascasarjana FKM Universitas Hasanuddin, La Ode Bahtiar
Penulis Kedua: Dosen Prodi Sarjana Kesmas UMW Kendari, Muhammad Ikhsan Akbar