Kiprah Pemuda Muslim, Sejatinya Menyatukan, Bukan Mengadu Domba

Drg Endartini Kusumastuti
Drg Endartini Kusumastuti

Baru saja kita memperingati hari santri yang jatuh pada tanggal 22 Oktober 2018 lalu. Indonesia dikenal di dunia luar sebagai negeri yang mayoritas penduduknya muslim. Bahkan beberapa negeri muslim lainnya menjadikan Indonesia sebagai contoh negeri yang bertoleransi kuat. Di hari itu juga, diselenggerakan Forum pertemuan Internasional Organisation of Islamic Cooperation (OIC) atau organisasi pemuda muslim yang berlangsung di Istanbul Turki, telah dibuka secara resmi oleh Presiden ICF-DC, Elshad Iskandarov, pada Senin (22/10/2018). Forum pertemuan calon pemimpin muda di dunia ini diikuti 50 negara. Salah satu pemuda yang mewakili Indonesia di forum tersebut adalah Novar Aditya Praja, berasal dari kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Seperti yang dilansirhttps://zonasultra.id/forum-pemuda-muslim-dunia-berkumpul-di-istanbul-bahas-isu-palestina.htmlbahwa forum tersebut merupakan pelajaran berharga bagi pemuda yang menjadi peserta bagi tiap-tiap negara yang diundang.

Di saat pemuda lain sedang bersatu dengan pemuda dari negeri muslim yang lain pula, ada sekelompok pemuda yang dengan arogannya melakukan pembakaran bendera berlafadzkan kalimat tauhid di acara hari Santri. Meski telah ada pernyataan terbuka bahwa mereka melakukan itu karena bendera tersebut disinyalir adalah bendera milik ormas tertentu, tak ayal sikap sekelompok pemuda tak bertanggungjawab itu menuai kecaman dari berbagai kalangan. Ironis memang, di satu sisi banyak pemuda muslim yang memiliki kiprah positif demi kemajuan bangsa , di sisi lain, masih ada kelompok pemuda yang menggunakan akalnya dengan mudah menghinadina kalimat mulia tersebut, yang amat mencoreng martabat bangsa di mata dunia. Mereka membuat suasana di negeri ini kian keruh dengan arogansinya.

Di bulan ini juga, 28 Oktober hari Sumpah Pemuda juga diperingati. Pemuda sejatinya sebagai pelanjut estafet kemajuan bangsa, kebangkitan sebuah negeri, yang mampu memberikan kiprah positif bagi persatuan bangsa, khususnya menjaga ukhuwah Islamiyah. Persoalan negeri yang sedang sengkarut ini, ditambah lagi dengan ulah sekelompok pemuda, beralasan demi menjaga keutuhan negeri ini, dengan sikap tercelanyamelakukan pembakaran tersebut. Tak bisakah hanya dengan disimpan ataukah diserahkan kepada aparat, demi menjaga amarah umat muslim sedunia? Sungguh tidak habis pikir. Tak pernah dicontohkan sekalipun, bahwa sikap pemuda generasi bangsa seolah membebek dengan menggadaikan prinsip agamanya. Yaa, terang saja, kalimat mulia tauhid itu adalah kalimat ikrar bagi setiap orang yang dirinya mengaku sebagai muslim. Jika di belahan bumi lain, para pemudanya berjibaku dengan tentara zionis Israel yang membunuhi nyawa tak berdosa, di bumi yang mayoritas muslim ini, pemudanya malah melakukan hal yang memalukan Indonesia di kancah internasional. Bahkan video pembakaran viral yang berdurasi tak kurang dari 2 menit itu mendapat kecaman dari Presiden Turki, pemuda-pemuda dari Syam, Palestina dan negeri lainnya.

Teladan Pemuda Muslim dalam Sejarah Islam

Pada masa Rasulullah, mayoritas orang yang pertama-tama masuk Islam adalah pemuda. Secara sosio-kultural, fenomena ini berkaitan dengan karakter agama Islam yang revolusioner. Laiknya setiap gagasan besar, ia selalu disambut oleh kaum muda, bukan kaum muda tua yang sudah mapan dengan tradisi.Pemudalah yang memiliki energi dan semangat untuk menyambut gagasan-gagasan baru.Maka, tidak aneh apabila kaum muda yang pertama-tama meyakini Islam dan menjadi ujung tombak gerakan dakwah di Makkah.Islam memandang pemuda bukan sebagai makhluk setengah dewasa yang labil atau gemar membuang waktu, sebaliknya Islam menaruh harapan besar kepada para pemuda untuk menjadi pelopor.Para pemuda Muslim generasi awal berkiprah dalam spektrum luas. Rasulullah memetakan potensi tiap-tiap sahabat dengan cermat. Alquran surah At Taubah ayat 122 menyebutkan, tidak sepatutnya mukminin terjun semua ke medan perang. Harus ada sebagian dari mereka yang tinggal untuk memperdalam ilmu pengetahuan keagamaan dan memberi peringatan pada kaumnya.Itulah yang dilakukan Rasulullah. Sahabat yang memiliki kapasitas memimpin dan bersiasat ditunjuk menjadi panglima perang, sedangkan sahabat yang memiliki minat mendalami ilmu diberi tempat di masjid.

Tersebutlah Zubair bin Awwam, Usamah bin Zaid diangkat oleh Nabi Saw sebagai komandan pasukan kaum Muslimin menyerbu wilayah Syam (saat itu merupakan wilayah Rom) dalam usia 18 tahun. Abdullah bin Umar saat berumur 13 tahun menyatakan ingin ikut Perang Badar. Ibnu Umar bersama al-Barra’ datang kepada Nabi Saw seraya meminta agar diterima sebagai prajurit. Saat itu Rasulullah Saw menolak kedua pemuda kecil itu.Tahun berikutnya, pada Perang Uhud, keduanya datang lagi, tapi yang diterima hanya Al-Barra’. Pada perang Al-Ahzab (Khandaq) barulah Nabi Saw menerima Ibnu Umar sebagai anggota pasukan kaum Muslimin (Shahih Bukhari). Dalam bidang kemiliteran, tercatat nama Sa’ad bin Abi Waqqash yang masuk Islam ketika berumur 17 tahun. Khalid Muhammad Khalid dalam Biografi 60 Sahabat Rasulullah menulis, Sa’ad adalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Ia ditunjuk menjadi panglima kaum Muslim di Irak dalam perang melawan Persia pada masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab.

Pemuda lainnya, Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun dipercaya Rasulullah untuk memimpin pasukan yang di dalamnya ada sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Pasukannya berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi.Atab bin Usaid diangkat menjadi gubernur Makkah pada usia 18 tahun. Dua ksatria yang membunuh Abu Jahal dalam perang Badar, Mu’adz bin Amr bin Jamuh dan Mu’awwidz bin ‘Afra, juga masih berusia belasan tahun.Di bidang keilmuan, ada Zaid bin Tsabit, pemuda Anshar yang masuk Islam pada usia sebelas tahun. Pada masa Perang Badar dan Uhud, dengan semangatnya Zaid pernah memohon diizinkan berperang, namun ditolak oleh Rasulullah karena masih terlalu kecil. Ia baru dizinkan berperang pada masa Perang Khandaq tahun 5 Hijriyah.Kecerdasan Zaid membuat pemuda ini dipercaya menjadi penulis wahyu oleh Rasulullah. Ia mampu menguasai berbagai bahasa dalam tempo singkat. Pada masa kodifikasi Alquran, Khalifah Abu Bakar pertama kali menunjuk Zaid untuk menghimpun ayat-ayat Alquran.Ada pula Abdullah bin Mas’ud, salah satu assabiqunal awwalun yang dikaruniai kepandaian dalam membaca Alquran. Dengan berani, berulang kali Ibnu Mas’ud membacakan ayat-ayat Alquran di hadapan pemuka Quraisy yang tengah berkumpul di Kabah. Dan banyak pemuda lainnya di sekeliling Rasulullah.

Tak ketinggalan pula. Jejak perjuangan pemuda di negeri ini. Teringat saat pekikan takbir mewarnai perjuangan Bung Tomo di Surabaya, mengobarkan semangat jihad arek-arek Suroboyo kala itu. Bendera tauhid pun juga dibawa demi menambah semangat perjuangan mereka mengusir penjajah Belanda dan Inggris 10 Nopember 1945. Para ulama di Surabaya mengerahkan seluruh santrinya untuk ikut berjuang ke medan jihad demi mengusir penjajah. Belum lagi semangat tentara PETA yang dipimpin Supriyadi, juga berjuang dengan semangat jihadnya mengusir penjajah NICA saat itu. Belum lagi jejak Panglima besar Jenderal Sudirman, yang kala itu masih berumur 30an tahun, memimpin perang gerilya dengan pasukan santri-santri dari pesantren beliau. Dan kiprah beberapa pemuda muslim lainnya yang banyak berjasa demi menjaga persatuan di negeri ini. Karena mereka amat paham, perjuangan baik demi agama ataupun negerinya berada di tangan mereka, dan tujuannya jelas, lebih baik mati syahid atau hidup berada dalam cengkeraman penjajah.

Generasi Muda Muslim Adalah Generasi Pejuang dan Pemersatu Umat

Islam adalah agama yang sempurna, yang tak pernah mengajarkan pemeluknya untuk saling membenci satu sama lain, apalagi dengan saudara seaqidah. Islam mengajarkan bahwa ajarannya menebarkan kassih sayang, agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Pemuda muslim hendaknya menjadi generasi pembaharu yang memiliki semangat untuk berjuang demi persatuan umat. Perbedaan tiap jamaah memang sesuatu yang sunatullah terjadi di dunia. Jangankan di masyarakat, di dalam keluarga inti saja pasti terjadi perbedaan. Tetapi jika memiliki visi dan misi yang sama, yakni beribadah dan memperkuat ukhuwah Islamiyah, maka apapaun perbedaan itu akan bisa disikapi dengan baik dan cara yang ma’ru’, bukan dengan tindakan anarkis bahkan pembakaran.

Pemuda muslim haruslah memiliki ciri khas tertentu, yakni prinsip dan idealis yang khas, yang mampu menjadikan dirinya sebagai agen perubahan umat. Umat butuh generasi pejuang dan pemersatu, bukan generasi pembebek yang tak punya etika sosial. Dan tentunya bukan generasi pemecah belah umat yang memelihara arogansi kelompoknya. Karena ashobiyah terhadap golongannya, tak pernah diteladankan oleh Rasulullah maupun para sahabatnya. Kecintaan pada kelompoknya hanya akan membawa perpecahan bagi persatuan umat. Karena hingga akhir jaman, akan selalu ada kelompok yang akan mengadu domba persatuan umat.

Sesungguhnya di tangan pemuda muslimlah, penjaga persatuan umat, dengan mengesampingkan arogasi kelompok, mengutamakan prinsip bahwa dirinya hanyalah hamba Allah yang menginginkan kebaikan bagi sesama. Kiprah pemuda muslim haruslah terlihat sebagai sosok peubah di masyarakat, bukan sekedar show of force semata karena ada yang melindungi. Karena setiap perbuatan seorang muslim, akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Untuk apa seorang manusia hidup di dunia, haruslah tertanam di benak pemuda muslim. Agar ia mampu berjuang, demi kebangkitan dan perubahan umatnya. Karena di tangan pemuda lah, segala perubahan akan terjadi. Tentunya perubahan ke arah yang lebih baik berlandaskan kepada syariatNya.

oleh : Drg Endartini Kusumastuti
Penulis adalah seorang Praktisi Kesehatan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini