Kisah Aco, Buruh Serabutan di Kendari yang Berkurban Sapi

Kisah Aco, Buruh Serabutan di Kendari yang Berkurban Sapi
KURBAN - Aco (54) saat melakukan aktivitasnya sebagai buruh serabutan di Pasar Sentral Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin (20/8/2018). Lelaki paru baya ini rajin mengumpulkan receh demi receh selama bertahun-tahun untuk berkurban sapi pada Hari Raya Idul Adha 1439 Hijriah. (RAMADHAN HAFID/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Semangat berkurban di hari raya Idul Adha ternyata dirasakan juga oleh Jafar alias Aco (54), lelaki paru baya yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh serabutan di Pasar Sentral Kendari, Kelurahan Sanua, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Di tengah keterbatasan mental, lelaki itu mampu memaksimalkan semua energinya untuk giat bekerja mengumpulkan receh demi receh selama bertahun-tahun. Mulai dari pengangkat barang, sampai menjadi agen penumpang angkot di Pasar Sentral Kendari.

Dari hasilnya bekerja sebagai buruh serabutan itulah, Aco bisa membeli seekor sapi seharga Rp8,3 juta.

Ditemui di Pasar Sentral Kota Kendari, di tempat ia sehari-hari mencari nafkah, Senin (20/8/2018), Aco menceritakan sekilas tentang hidupnya.

“Di sini tempat kerja. Saya kerja seperti ini sejak masih kecil,” ucap Aco sembari tersenyum.

Hanya saja ketika wartawan zonasultra.id mengulik lebih lanjut kisah Aco, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yang meminta untuk berhenti bertanya terhadap Aco.

“Sudah mi pak bertanya sama dia, karena dia itu tidak bisa ditanya terus. Sebab kalau ditanya pasti lain lagi jawabannya,” ucap Wa Ode Sukawai (48), salah seorang penjahit sepatu di Pasar Sentral Kendari.

Kisah Aco, Buruh Serabutan di Kendari yang Berkurban Sapi

Sukawai mengaku, mengenal Aco sejak 10 tahun lalu, ketika ia pertama kali mulai berdagang kopi siram di Pasar Sentral Kendari.

“Sudah lama memang dia di sini. Saya saja sudah 10 tahun menjual, sudah ada memang Aco di sini. Hanya saya pas 1,5 tahun yang lalu beralih profesi menjadi penjahit sepatu,” kenang Sukawai.

#Pengorbanan

Aco tentu tak mudah membeli hewan kurban itu. Pendapatan dari pekerjaannya sebagai buruh serabutan di Pasar Sentral Kendari tentu tidaklah seberapa.

Di mata Sukawai, Aco dikenal orang yang hemat. Bahkan ia hanya makan sekali dalam sehari.

“Tapi kami sering suruh dia pergi beli nasi, dan di situ kami belikan juga dengan dia,” tutur Sukawai.

Sukawai mengetahui niat Aco untuk berkurban dari 11 hari yang lalu. Tapi saat itu, ia tidak menanggapinya dengan serius, karena dianggapnya Aco lagi bercanda.

“Dia bilang mau berkurban, Tapi kami tidak menanggapinya dengan serius, karena dia sering bercanda dengan kami. Hanya saja kami bilang, iya berkurban mi Aco, siapa tau setelah berkurban kamu langsung dapat jodoh,” kata Sukawai sambil tertawa.

Sukawai mengatakan, Aco menyiapkan uang untuk berkurban sebesar Rp9 juta. Rp8,3 juta digunakan untuk membeli seekor sapi, sementara sisanya untuk gaji orang yang akan menyembelih sapi tersebut.

Dikatakannya, uang yang digunakan Aco untuk berkurban merupakan uang yang dikumpulkan dari pekerjaannya sebagai buruh serabutan selama bertahun-tahun di Pasar Sentral Kendari.

Kisah Aco, Buruh Serabutan di Kendari yang Berkurban Sapi
Aco seorang buruh serabutan saat mengantar penumpang yang habis berbelanja di Pasar Sentral Kendari ke mobil angkot yang mangkal di depan pasar itu

Niat Aco untuk berkurban sempat ditentang oleh pamannya sendiri. Menurut sang paman, uang itu lebih baik digunakan untuk memperbaiki rumah orang tuanya.

“Niat dari dirinya sendiri. Tapi sempat dilarang sama omnya H. Majid. Katanya lebih baik uang itu digunakan untuk memperbaiki rumah orang tua mereka,” ujarnya.

Tapi, Aco tak menggubris selentingan dari sang paman. Semangat dan niat Aco untuk membeli hewan kurban tak luntur.

#Pernah Ditipu

Aco merupakan anak ketiga dari lima bersaudara. Kedua orang tuanya kini telah tiada. Aco belum berkeluarga, sehingga ia tinggal bersama adik perempuannya di rumah orang tua mereka di Jalan Lasolo, Kelurahan Sanua, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari.

Aco memiliki keterbatasan mental. Ia lambat merespon orang yang berbicara kepadanya. Bahkan, ia tidak bisa membedakan nominal rupiah.

“Punya kekurangan. Tidak tau hitung uang, tidak bisa membendakan nominal rupiah. Tapi yang jelas kalau dia dapat uang Rp20.000, Rp50.000, dan Rp100.000, selalu ia pisahkan,” kata Sulastri (33), salah seorang pedangan sembako di Pasar Sentral Kendari.

Akibat dari keterbatasan mental, Aco tidak diperhatikan oleh keluarganya. Bahkan menurut pengakuan Sulastri, tidak ada seorang pun keluarganya menanyakan kabar atau yang datang mencarinya.

“Tidak diperhatikan sama keluarga, karena tidak ada yang datang keluarganya yang tanyakan. Pas sakit, pedagang di sini yang lihat. Pernah sakit saat masih kerja, kita suruh pulang. Aco istrahat mi nanti besok lagi baru datang kerja,” tutur Sulastri.

Selain itu, kata Sulastri, ia juga pernah ditipu oleh orang saat ikut arisan. Uang arisan yang seharusnya dia dapat senilai Rp6,5 juta, ternyara Aco hanya diberikan Rp2 juta saja.

“Yang pegang uang arisan sudah pergi, kita cari tidak tau pergi ke mana,” ujarnya.

Sulastri mengungkapkan, Aco sudah dianggap sebagai keluarga oleh pedagang di Pasar Sentral Kendari. Sebab, jika ia disuruh oleh pedagang di pasar untuk mengangkatkan barang mereka, ia langsung melakukannya tanpa meminta upah.

“Terserah dia (pedagang) mau dikasih upah atau tidak,” pungkasnya.

Sulastri juga mengaku terharu dengan niat tulus dan keikhlasan yang ditunjukkan oleh Aco, meski keadaan ekonominya pas-pasan, ternyata ia bisa menyisihkan uang untuk berkurban.

“Kami berharap, niat tulus Aco menjadi motivasi buat kami untuk bisa berkurban. Sebab hidup serba susah ternyata bukan penghalang untuk berbagi ke sesama. Semua itu didasarkan niat yang tulus dan ikhlas,” kata Sulastri. (A+)

 


Penulis: Ramadhan Hafid
Editor: Abdul Saban

2 KOMENTAR

  1. Masya Allah, smpeh menetes sendiri ini air mata baca. Kisah yang benar-benar buat diri sendiri malu. Barokallah fii umrik, smga sehat slalu dan dimudahkan urusannya .

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini