Kisah Astrid, Anggota Paskibraka Konsel yang Selalu Teringat Mendiang Ibu

1229
Kisah Astrid, Anggota Paskibraka Konsel yang Selalu Teringat Mendiang Ibu
PASKIBRAKA - Astrid saat berpose bersama keempat kakak laki-lakinya. (Dari kanan) Agisman Tawakal, Andri, Abriyanto, dan Aswin. Astrid merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. (Erik Ari Prabowo/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, ANDOOLO – Beragam kisah haru muncul dari para Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di seluruh wilayah Indonesia. Begitupun dengan Paskibraka lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Konawe Selatan yang bertugas pada upacara peringatan HUT ke-74 RI yang digelar di halaman Rujab Bupati Konsel, Sabtu (17/8/2019).

Adalah Astrid. Siswi kelas XI SMA Negeri 8 Konsel ini juga memiliki cerita haru di balik kesuksesannya menjadi anggota Paskibraka. Ia harus menahan air matanya saat melintas di tribun yang sudah disiapkan panitia tempat para orang tua anggota paskibraka duduk sambil menyaksikan aksi anak mereka. Astrid teringat sosok mendiang ibunya yang tak bisa hadir menyaksikannya tampil mengibarkan bendera.

“Ibu meninggal tanggal 15 September tahun lalu,” kata Astrid ditemui usai pengibaran bendera.

Ia pun hanya bisa terdiam menyaksikan teman-temanya disambut haru kedua orang tua mereka setelah barisan dihentikan Komandan Paskibraka (Danpaski) yang memandu mereka.

Matanya liar mencari sang ayah di antara ratusan orang. Sesekali ia meninggikan pandanganya kala ia terintangi oleh banyaknya orang yang masuk ke dalam barisan.

Baca Juga : Ketua DPRD Konsel Kecewa Banyak ASN Tinggalkan Barisan Saat Upacara HUT RI

Air matanya tak sanggup ia tahan kala siswi kelahiran Desa Ambololi, 26 Juli 2004 itu hanya melihat keempat kakaknya menghampiri. Ayahnya tak bisa hadir karena harus merawat adiknya yang sedang sakit.

Kisah Astrid, Anggota Paskibraka Konsel yang Selalu Teringat Mendiang Ibu
Astrid saat berpose bersama istri Bupati Konsel Nurlin Surunudin waktu latihan berlangsung.

Mendengar nasihat keempat kakak laki-lakinya, anak pasangan Udin Ade dan Tiana ini langsung merasa tenang. Ia pun yakin ibunya bangga meski tak ada di sampingnya lagi.

“Saya tidak pernah menyangka bisa menjadi bagian dari ini (Paskibraka), dan saya bersyukur bisa masuk. Banyak hal yang saya pelajari selama pendidikan di barak. Bukan cuma soal baris berbaris, kerja keras, tanggung jawab dan sabar, semua kita diajarkan,” ungkap Astrid.

Kesedihan yang dirasakan Astrid juga diceritakan oleh Bayu, salah seorang panitia Paskibraka yang membina mereka selama dibarak. Menurut Bayu, Astrid pernah menagis saat latihan.

Baca Juga : Sambut HUT RI ke-74, DPRD Konsel Janji Kerja Lebih Maksimal

“Ia memang dia pernah menangis. Kita tanya, katanya dia rindu ibunya. Di sana kan (barak) kita banyak mengingatkan mereka untuk terus berbakti pada kedua orang tua, mungkin karena itu ia langsung teringat ibunya,” cerita Bayu.

Bayu menilai Astrid memiliki mental dan semangat yang baik. Selama masa latihan, Astrid selalu percaya diri. Dia berani tampil menghibur teman-temanya yang lain agar semangat latihan.

“Sering pimpin lagu, kalau lagi istirahat latihan dia sering disuruh melawak di depan temannya yang lain dia juga bisa. Pokoknya anaknya pede, fisiknya juga bagus,” terang Bayu.

Astrid Sendiri tergabung dalam pasukan 45. Tubuhnya yang tak terlalu tinggi membuatnya harus berada di barisan bagian belakang. (a)

 


Kontributor: Erik Ari Prabowo
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini