Dewi Amor
ZONASULTRA.COM, KENDARI – Lahir dari keluarga broken home tak membuat Dewi Amor patah semangat. Keputusan kedua orang tuanya untuk berpisah saat ia masih duduk di bangku SMP justru menjadi motivasi bagi Amor untuk meraih sukses.
Menurut mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari ini, hidup dalam keluarga broken home bukan alasan untuk menjadi amburadul, apalagi melakukan hal-hal yang bisa merusak masa depannya sebagaimana kebanyakan anak-anak broken home di luar sana.
Perjuangan Dewi Amor untuk meraih sukses tidak semudah membalikkan telapak tangan. Cibiran sering ia terima dari orang-orang yang memandang rendah pekerjaannya. Namun, keinginan untuk membahagiakan kedua orang tuanya, sekaligus membuktikan bahwa anak broken home juga bisa sukses, membuatnya bertahan dan melalui masa-masa sulit tersebut.
Kini anak bungsu dari tiga bersaudara ini berhasil membuktikan eksistensinya kepada semua orang, tak terkecuali orang-orang yang dulu memandangnya sebelah mata dengan segudang prestasi yang diraihnya, baik tingkat lokal maupun tingkat nasional.
Perjalanan karir Dewi Amor dimulai sejak ia lulus dari SMA. Setelah dinyatakan lulus dari SMKN 1 Kendari, wanita berdarah Muna-Tolaki ini memilih tak melanjutkan kuliah selama satu tahun. Ia memanfaatkan waktu setahun itu mengikuti training di salah satu stasiun TV di Kendari sebagai penyiar berita, sembari menerima tawaran-tawaran event seperti Sales Promotion Girls (SPG) untuk salah satu merk rokok.
Semasa bekerja sebagai SPG rokok, Amor sering kali mendapat penilaian negatif dari orang-orang di sekelilingnya. Tuduhan sebagai perempuan yang gemar menjual diri kerap didapatkannya. Namun, itu tak lantas menurunkan semangatnya untuk tetap berusaha mencari uang dengan cara yang halal, tanpa memperdulikan pandangan negatif orang lain terhadapnya.
Dengan berbekalkan niat yang lurus, Amor membuktikan bahwa pekerjaan yang dilakoninya tidak seperti yang dipikirkan orang lain. Hanya saja, ada beberapa oknum yang membuat image SPG itu menjadi negatif.
“Pada saat itu banyak yang bilang Amor jual diri lah, apalah. Pokoknya semua yang negatif. Tapi dari situ, mungkin karna saya berniat untuk kerja, dan Alhamdulillah berkat kerjaan itu, setelah lulus SMA semua biaya hidup hingga kuliah bisa saya tanggung sendiri tanpa harus membebani kedua orang tua saya yang juga sudah berpisah,” jelas Amor saat berbincang dengan awak Zonasultra.com belum lama ini.
Semua celaan-celaan itu, dijadikan mahasiswi semester III ini sebagai cambuk untuk menjadi pribadi yang lebih sukses. Berkat kegigihannya, ia kemudian diangkat sebagai manager di Anomaly Agency PT. Radio Musik Kendari. Bukan hanya itu, karir Amor juga mencapai puncak saat ia sukses mengharumkan nama Sulawesi Tenggara (Sultra) di ajang nasional pemilihan Puteri Citra Indonesia 2016 dengan meraih juara umum.
Kesuksesan yang dicapai wanita kelahiran Kendari, 11 November 1997 ini tak lantas membuat dirinya lupa akan asalnya. Ia sendiri berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya, La Udin bekerja sebagai loper koran, sedang sang ibu, Samsidar Torada seorang ibu rumah tangga.
Dengan menabung sebagian hasil yang didapatkan dari pekerjaanya selama setahun, Amor membantu orang tuanya membangun rumah, dari rumah papan menjadi rumah permanen.
“Kita sebagai seorang anak, ketika sudah berpenghasilan sendirri berarti sudah saatnya kita membalas kebaikan kedua orang tua kita. Untuk itu, beberapa hasil dari pekerjaan saya, saya berikan kepada kedua orang tua saya,” kata Amor yang kini tinggal bersama ayahnya.
Membagi Waktu
Berusaha menjadi mandiri sejak usia muda memang bukan hal yang mudah. Membagi waktu antara menempuh pendidikan dengan mengatur profesionalisme dalam pekerjaan merupakan hal utama yang harus menjadi perhatian Amor, saat memilih untuk menjalani status sebagai mahasiswa serta sebagai seorang pekerja di waktu yang bersamaan. Namun, bermodalkan ikhlas dan tekat yang kuat, ia berhasil menyejajarkan keduanya.
Mantan pembawa baki pasukan pengibar bendera Provinsi Sultra tahun 2014 ini mengaku profesinya yang saat ini menjadi penyiar berita di Kompas TV serta menjadi manager di Anomaly Agency, sama sekali tidak menganggu kulihnya hingga saat ini.
“Pembagian waktunya itu, kalau pagi saya di kompas TV menyiar. Setelah dari kompas, saya lalu ke kampus untuk kuliah. Kalau tentang kerjaan saya sebagai manager Anomaly Agency tugas saya itu hanya mengawasi saja. Jadi pada saat kuliah saya tinggal memberikan tugas ke siapa, nanti dia dulu yang handle,” ungkap Amor.
Amor juga berpesan kepada seluruh anak-anak muda yang bernasib sama dengannya untuk tidak berkecil hati. Jangan pernah menjadikan broken home sebagai alasan untuk hidup di jalan yang tidak benar. Hal itu justru harus dijadikan motivasi untuk bisa lebih sukses dan mematahkan persepsi orang banyak tentang anak-anak broken home. (A)
Penulis: Sri Rahayu
Editor: Jumriati