Kisah Para Penyandang Disabilitas Meraih Mimpi

Kisah Para Penyandang Disabilitas Meraih Mimpi
PENYANDANG DISABILITAS : Sejumlah sedang melakukan aktifitas menjahit di toko Jasasa. Meski mereka tuna netra, mereka tetap bisa berkarya seperti manusia yang normal pada umumnya. ILHAM SURAHMIN/ZONASULTRA.COM

 

Kisah Para Penyandang Disabilitas Meraih Mimpi
PENYANDANG DISABILITAS : Sejumlah sedang melakukan aktifitas menjahit di toko Jasasa. Meski mereka tuna runggu, mereka tetap bisa berkarya seperti manusia yang normal pada umumnya. ILHAM SURAHMIN/ZONASULTRA.COM

ZONASULTRA.COM,KENDARI- Tak pernah dipikirkan Andi, manager  Toko Jasasa ekonomi kreatif akan mempekerjakan karyawan penyandang keterbatasan fisik (Disabilitas).

Mayoritas karyawannya adalah alumni dari Yayasan Panti Sosial Meohai Kendari. Toko Jasasa Ekonomi Kreatif terletak di Jalan Ahmad Yani, Kendari.

Andi bekerjasama dengan pihak panti sosial Meohai karena alasan kepedulian dan sosial.

“Ya, umur saya sudah tua, jadi hitungan amal akhirat juga,” ungkap Andi saat ditemui di meja kerjanya, Rabu (24/2/2016).

Lanjutnya, mereka tidak sepenuhnya mahir setelah lulus dari panti sosial dan itu merupakan salah satu kendala.

Kisah Para Penyandang Disabilitas Meraih Mimpi
Salah ruangan salon yang dikelola olah para tuna runggu.

Setiap harinya mereka masih perlu diperintah untuk melaksanakan pekerjaan. Kadang kala ada sebagian dari mereka itu bersikap malas-malasan.

“Itu manusiawi, ya jadi kita harus ikuti kemauan mereka,” ungkap Andi.

Tapi terlepas dari sifat mereka yang terkadang belum sepenuhnya paham dan masih memiliki daya ingat yang sangat rendah serta sifat ke kanak-kanakan. Ada sebuah aura positif yang melekat dalam diri mereka, yaitu memiliki prinsip tidak akan berhenti bekerja sebelum pekerjaan mereka terselesaikan.

Hal inilah yang menjadi penyemangat bagi Andi, pria separuh baya itu untuk terus mendidik dan mengawasi mereka hingga mereka mampu bekerja secara mandiri nantinya.

Saat bekerja mereka terlihat serius, ada yang sedang menyetrika pakaian, ada yang tengah menjahit serta ada pula yang sedang menggunting kain untuk dibentuk pola pakaian.

Meski baru berjalan setahun, namun sudah dapat terlihat hasil karya dari tangan-tangan penyandang disabilitas itu.

Memasuki area depan toko, sejumlah pakaian adat kantoran, kaos serta seragam sekolah menjadi pemandangan berkesan pertama kali ke tempat ini.

Hasil karya mereka pun tak kalah bagusnya dengan hasil-hasil penjahit yang memiliki kondisi fisik yang normal.

Jauh masuk ke dalam, ada sebuah ruangan yang diberi sekat kain menjadi ruangan creambat yang dan di sebelahnya terdapat salon.

Menurut Andi, pemerintah daerah biasanya memesan pakaian batik dan tenun untuk kantoran di tempat ini, begitupula sejumlah sekolah dasar yang ada di kota Kendari.

Kisah Para Penyandang Disabilitas Meraih Mimpi
Hasil jahitan para tuna runggu di toko Jasasa.

Kemudian selain menjahit, pelayanan salon mulai dari cerambath hingga mencukur rambut juga dapat dilakukan oleh mereka.

“Ini menjadi salah satu bukti bahwa meskipun fisik tidak normal tapi karya mereka digunakan oleh masyrakat yang memiliki fisik normal,” tutur Andi.

Begitu banyak fasilitas yang diberikan bagi para penyandang disabilitas ini. Mulai dari keperlan ujung rambut hingga ujung kaki seluruhnya ditanggung oleh kemesos.

Bukan hanya itu, hasil dari penjualan di tempat ini dikelola langsung oleh kementerian dan mereka mendapat upah juga oleh kementerian.

Tapi, lanjut Andi, hal tersebut menjadikan mereka manja dan susah untuk mandiri karena seolah-olah pemerintah terlalu memberikan fasilitas yang berlebihan bagi mereka.

“Harapan saya mereka nantinya akan bisa memiliki usaha masing-masing dan bisa mendiri,” harap Andi.

Cristiana Junus, ketua yayasan Meohai Kendari mengungkapkan, ada sejumlah wisudawan panti Meohai yang sukses membuka usaha di daeranya masing-masing. Seperti Idin, Ardi dan Sari yang sudah memiliki usaha salon di Raha, kabupaten Muna dan salah satu dari mereka Ardi telah sukses membeli sebuah mobil.

Bahkan mereka, lanjut Christina, telah banyak dikenal dan biasanya mereka memborong paket salon pernikahan di kabupaten Muna. Tak hanya itu mereka juga telah mempekerjakan sejumlah karyawan yang memiliki fisik normal.

“Wisudawan lainnya, Sisin telah sukses membuka usaha jahitan di kabupaten Konawe Selatan dan telah menerima borongan jahitan pakaian anak sekolah,” terannya.

Untuk di kota Kendari sendiri, ada Udin yang mempunyai salon bernama Salon Udin di pasar panjang Kendari. Selain itu, Udin juga menjadi instruktur di panti sosial Meohai hingga sekarang.

Namun ada cerita sedih karena tak sedikit dari mereka begitu sulit diterima di kalangan masyarakat umum untuk bekerja dan bersosialisasi, sehingga pihak panti tidak melepas begitu saja semua wisudawan-wisudawati yang masih berada dibawah pengawasannya.

Pihak panti akan berani melepas ketika mereka sudah mampu mandiri diterima dan bersosialisasi dengan masyarakat umum seperti mereka yang telah suskes memiliki usaha.

“Bukan perkara mudah bagi para penyadang disabilitas untuk dapat bekerja dan bersosialisasi dengan masyarakat pada umumnya, butuh waktu dan butuh proses panjang sampai mereka mampu mandiri,” ujarnya.

Mengulik cerita bagaimana proses siswa-siswi Panti Sosial Bina Rungu Wicara Meohai Kota Kendari, sampai bisa memiliki ketrampilan dan bisa bekerja seperti layaknya manusia normal.

Menjadi salah satu panti sosial dibawah naungan Kementerian Sosial Kemensos) Republik Indonesia (RI) panti ini mempunyai 35 siswa dan siswi.

Selurah murid panti sosial ini adalah penyandang Disabilitas rungu dan wicara, mereka awalnya diseleksi untuk dapat masuk ke tempat ini.

Proses penyeleksiannya sangat ketat, melalui pekerja sosial dari Kemensos yang turun langsung kelapangan dengan disebar di sejumlah Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra).

Cristiana Junus mengungkapkan, pihaknya tidak sembarangan memasukkan calon murid ke panti sosial tersebut.

“Kami tidak mengambil yang cacat mental,” kata Cristiana Junus saat di temui di ruang kerjanya.

Lanjutnya, pihaknya telah mengetahui ciri-ciri anak penyandang disabilitas yang dapat diberikan keterampilan di panti tersebut.

Kerena tidak semua penyandang disabilitas itu sama, bisa saja dia merupakan bawaan dari gen kedua orang tua kemudian bisa saja pengaruh obat serta kecelakaan ketika dia masih bayi.

Diberikan ilmu keterampilan, serta ilmu dasar menghitung dan membaca menjadi langkah awal bagi mereka untuk pertama kali belajar di panti ini.

Selain itu, ada sejumlah jurusan keterampilan yang diajarkan kepada mereka sebagai bakat yang akan ditanamkan yakni keterampilan menjahit, salon dan percetakan.

Bukan cara mudah untuk mengubah penyandang disabilitas menjadi karakter seperti manusia normal pada umumnya, karena mereka memiliki kemampuan daya ingat yang sangat rendah.

“Biasanya, ketika hari ini diajarkan huruf “B” sekitar satu jam kemudian mereka akan lupa, dan itu bukan perkara mudah,” jelas Cristina.

Selain itu, kesulitan terbesar yang dihadapi oleh tim pekerja sosial (peksos) terletak pada mengubah pengetahuan karakter bahasa mereka, karena bahasa daerah telah melekat ke dalam memori mereka.

Pada umumnya, mereka terlihat normal dan kadang kala melakukan hal-hal yang melanggar aturan di panti sosial ini.

Apalagi jika ada sejumlah siswa baru yang masuk ke panti, dan itu membutuhkan sosialisasi untuk mengajarkan agar tidak melanggar aturan yang berlaku.

“Saya pernah mengeluarkan siswa, karena melanggar aturan,” kata Cristiana Junus.

Range umur penyandang disabilitas ditempat ini mulai dari 15 sampai 35 tahun, perbedaan umur tidak menjadi tolak ukur perbedaan dalam pemberian materi bimbingan dan keterampilan.

Terdapat 3 tingkatan kelas di Panti Meohai Kendari, kelas A, B dan C, masing-masing memiliki klasifikasi masing-masing.

Siswa yang berada dikelas A mereka merupakan kategori baru dan bisa disamakan dengan kelas satu pada sekolah dasar dan untuk naik ke grade selanjutnya butuh waktu 1 tahun.

Kemudian, untuk di kelas B mereka merupakan kategori sedang atau menengah karena sebelumnya mereka telah menempuh pendidikan selama setahun di kelas A.

Dan untuk kelas C mereka merupakan siswa dan siswi yang akan dipersiapkan untuk wisuda dan dilepas kembali ke keluarga mereka masing-masing.

Namun, tidak mudah untuk menempuh pendidikan selama 3 tahun di tempat ini, karena mereka akan di turun ke lapangan kerja untuk praktek seperti sekolah pada umumnya.

Setelah mereka dipersiapkan untuk wisuda, rasa bahagia dari siswa-siswi sangat terpancar di wajahnya, karena mereka mengetahui akan di kembalikan di keluarga mereka masing-masing.

Namun, kenyataan kebahagian mereka tidak seperti itu, karena di lapangan mereka tidak akan begitu saja diterima kembali di lingkungan keluarganya.

“Karena pengalaman yang biasanya di dapatkan peksos di lapangan, mereka akan sulit untuk berkembang di keluarganya, selain itu pihak keluarga belum siap memberikan mereka pekerjaan. Meskipun mereka telah memiliki keterampilan menjahit, salon dan percetakan,” jelasnya.

Alasan klasik sering muncul dari keluarga mereka, cuman persoalan di daerah tempat tinggal mereka tidak ada lapangan kerja untuk menjahit, salon dan percetakan.

Sehingga, pihak panti kembali membawa mereka ke kota Kendari dan dipekerjakan di toko jasasa ekonomi kreatif.

Tak sedikit dari mereka yang telah wisuda dan tidak bekerja di Jasasa namun telah menjadi seorang pengusaha serta mempekerjakan orang-orang normal di tempat usaha mereka.

Hal ini pun menjadi bukti bahwa dibalik kekurangan yang kita miliki, pasti ada sebuah kelebihan yang akan memberikan perubahan dalam hidup kita.

 

Penulis  : Ilham Surahmin

Editor  : Kiki

2 KOMENTAR

  1. Asslamualaikum Pak Ilham, terimakasih sudah menuliskan tentang Panti kami, hanya saja saya ingin memperbaiki redaksinya saja, Panti kami bukan Panti Asuhan, tetapi Panti Sosial Bina Rungu Wicara (PSBRW) “Meohai” Kendari dan bukan sebuah yayasan melainkan Unit Pelaksana Teknis Kementerian Sosial. terimakasih 🙂

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini