ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sudah hampir seminggu sekitar 100 kepala keluarga di Kelurahan Lepolepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) harus meninggalkan rumah mereka yang terkena banjir akibat luapan Kali Wanggu. Warga beralih ke tenda pengungsian yang terletak di badan jalan sekitar Kali Wanggu yang letaknya lebih tinggi dari pemukiman yang terendam.
Selama di pengungsian, selain sesama pengungsi, para relawan, diantaranya tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Palang Merah Indonesia (PMI) adalah teman mereka sehari-hari. Selain sebagai pennyelamat mereka, dua tim relawan ini juga kerap menjadi tempat berbagi keluh kesah selama bencana alam tersebut menimpa mereka.
Salah seorang tim relawan asal PMI, Kiki Kurniawan mengatakan, selama semingu ini menjadi relawan, ia mengaku tim dari PMI dan Tagana selalu mengupayakan menjadi sosok ternyaman korban banjir, selain sebagai tim penyelamat. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi korban banjir, seperti mengadakan program dukungan psikososial (PSP) terhadap anak-anak kecil yang menjadi korban banjir Wanggu.
“Lamanya waktu mengungsi akan membuat tingkat kesejahteraan psikososial para pengungsi akan menurun secara perlahan. Untuk mencegah hal itu maka PMI Kota Kendari bersama Tagana mengadakan PSP terhadap anak-anak,” ungkap Kiki, Sabtu (30/6/2018).
Adapun kegiatan yang dilakukan selama PSP yaitu mengajak anak-anak bermain, kemudian belajar, membagikan mereka snack. Tujuannya yakni membuat anak-anak korban banjir tetap ceria dan semangat meski mereka harus tinggal di posko beberapa hari dan menjadi korban banjir.
Ia melanjutkan, selama hampir seminggu menjadi relawan di Wanggu, suka dan duka tentunya tak terelakkan. Suka yang didapat salah satunya melihat raut kebahagiaan dari korban banjir yang mendapat pertolongan dari mereka. Sedangkan duka yang kerap mereka alami ialah harus rela untuk tidak tidur di tempat yang nyaman, serta mengusahakan fisik tetap kuat meski tiap hari harus bermain dengan hujan.
“Meski kami tidak dibayar tapi dengan melihat senyum bahagia mereka di tengah-tengah pengungsian sudah membuat saya bangga menjadi relawan,” ungkapnya.
Namun di balik itu semua, beberapa kisah menarik juga mereka alami salah satunya menjadi tempat curhat para korban banjir, hingga menjadi pelampiasan kemarahan korban banjir karena wilayah mereka selalu terkena banjir, dan belum ada solusi dari pemerintah setempat.
“Unik bagi kami, karena kami seolah-olah orang tua mereka yang memberikan perlindungan dan juga tempat mereka melampiaskan semuanya,” ungkap Kiki.
Hingga saat ini kondisi air di Kali Wanggu terus mengalami penyurutan. Beberapa wargapun telah mulai membersihkan di rumah mereka, sedikit demi sedikit. (B)