Kisah Sang Mantan yang Mengobrak Abrik Kekayaan Konut dengan Nilai Fantastis

Cerita Pagi Untuk Perempuan Terhebat
Zona Cerita
Cerita Pagi Untuk Perempuan Terhebat
Zona Cerita

 

ZONASULTRA.COM,WANGGUDU – Bumi Konawe Utara (Konut) adalah Kabupaten yang mekar dari Kabupaten Konawe pada 2007 silam. Daerah ini berada di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang di jabat oleh Gubernur Sultra, Nur Alam namun saat ini di non aktifkan oleh tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kerena dugaan kasus korupsi peyalahgunaan penerbitan izin usah pertambangan. Sehingga Wakilnya, Saleh Lasata di tunjuk sebagai Plt Gubernur untuk menjalanlan tugas.

Mengupas secara singkat tentang potensi alam Konawe Utara atau yang nama trennya di sebut Konut. Konawe Utara dengan simbol gunung oheo ini sangat terkenal dengan berbagai macam kekayaan alam yang melimpah ruah, mulai dari pertambangannya, pertanian, perikanan dan perkebunan. Akan tetapi yang menjadi firal di wilayah Sultra hingga di luar Provinsi lainnnya adalah bidang pertambangannya.

Bahkan, tak sedikit orang luar datang bekerja di wilayah ” Berlian”. Itu sebagai julukan saya untuk daerah penghasil nikel terbesar di Sultra. Bahkan tak sedikit orang luar daerah masuk untuk buka usaha sampai pindah kerja menjadi aparatur sipil negara (ASN).

Yah, inisiatif itu mungkin diambil mereka karena kabarnya daerah yang mempunyai wisata segi tiga berlian itu sebagai daerah otonom baru yang roda prekenomiannya sangat baik dan menjanjikan untuk kelangsungan hidup.

Ketika saya menginjakan kaki di wilayah yang kini di pimpin oleh Ruksamin-Raup sebabagai Bupati dan Wakil Bupati Konut terpilih di priode 2015 lalu. Dulunya daerah ini sangatlah alami dan nampak jelas kelestraiannya saat memasuk berkunjung.

Gunung-gunung di berbagai sisi tempat sangat terlihat keindahannya di tambah pepohonan dan tumbuhan hijau lainnya yang kokoh menyajikan udara yang sangat segar terlebih embun di pagi hari yang turun memberikan kesejukan alami.

Namun sebagai daerah yang baru berumur jagung kala itu, jelang memasuki 2 tahun masa pemekeran atau pada sekitar 2008 para investor-invesotor tambang dari berbagai tempat dan negara mulai melirik wilayah yang di huni sekitar 49 ribu jiwa penduduk itu. Secara berlahan Lobi tingkat tinggi dengan berpakaian kemeja layak petarung terhormat mulai di gelar oleh para penambang-penambang yang datang berkunjung di daerah Konut.

Berbagai jurus ampuh di keluarkan sampai dengan mengiming – imingi uang hingga ratusan miliyar “ltu hitungan per investor”, Virus janji manis mulai di sebar dengan modus tujuan demi untuk peningkatan pembangunan dan prekonomian kesejatraan rakyat.

Beberapa pemegang kendali mulai dari kalangan bawah sampai atas dan kelompok – kelompok yang mempunyai pengaruh mulai di galang dengan imbalan menjanjikan untuk membek up aktifitas mereka yang belum di ketahui apakah itu legal atau ilegal dan juga tidak di ketahui bahwa itu nantinya akan membawa malapetaka.

Strategi politiki tingkat tinggi layak pesta demokrasi mulai di mainkan para pemangku petinggi Konut dengan memainkan jari jemarinya di ujung tinta pulpen yang di genggamnya. Alhasil nilai fantastis mecapai triliun “Waw” mampu di raih oleh sang mantan penguasa dengan secarih tinta saja yang mungkin harganya cuma segope.

Mulai 2009 hingga 2014 sang mantan penguasa terus menjalankan perannya. Bukan berbicara rupiah lagi, tapi dolar mulai di kumpul sedikit demi sekdikit dari hasi penerbitan izin usaha pertambangan (IUP). Dengan tampilan rapi, berkopiah, mengenakan pakainan dinas dan tiga bunga sebagai pangkat jabatan di pundaknya serta menggantungkan lambang garuda seakan memberikan kewibawaan dan kehormatan di mata masyarakat “Sementara potensi alam secara diam-diam mulai di obrak abrik”.

Kewenagan di gunakan, segala yang menjadi prosedur baik legal maupun ilegal di jalankan dan di halalkan. Yah, istilanya pemegang kebijikan “Siapa maul lawan saya”. Segala lubang tikus di tutup, ratusan lembar kertas yang bertulisakan IUP bernilai miliyaran di sahkan dengan muda dan tanpa berfikir panjang sekali pun itu berada di atas IUP perusahaan negara “Bisa jadi PT Antam”.

Mata para investor mulai berkaca-kaca bukan karena sedih. Tapi karena membayangkan hasil gunung Konut yang mengandung biji nikel yang segara akan di obrak obarik dengan nilai fantastis yang akan di raupnya. Yah, mereka siap karena tembok kekuasaan telah berada di depan mereka.

Ratusan investor penambang yang katanya sebagian besar itu ilegal mulai masuk menyandarkan kapalnya dengan ukuran raksasa di wilayah Konut. Bumi alam konut mulai menjerit karena dalam hitungan menit segera akan di ratakan dangan ratusan eskapator bermesin raksasa “Ngeri”. Gunung-gunung yang tadinya indah menjadi gundul dengan megeluarkan tanah merah, pepohonan di bantai habis hingga rata tanah “Sangat sungguh sadis”.

Kebisingan mulai di rasakan masyarakat, debu berhamburan di mana-mana, jalan menjadi rusak akibat alat berat perusaahan tambang yang keluar masuk mengangkut ore nikel dan ancaman banjir serta longsor mengancam kehidupan masyarkat di wilayah itu “Sunggu sangat prihatin”.

Tak hanya itu kebingasan sang mantan peguasa membiarkan para penambang masuk, membuat ratusan masyarakat nelayan kihalangan mata pencaharian akibat cemaran air laut, aliran sungai tempat warga mengambil air bersih berubah menjadi lumpur merah dan karusakan taman wisata bawah alam laut terjadi akibat penerobosan pendirian jetty perusahaan tambang yang masuk kawansan konservasi.

Sungguh sang pencipta maha adil, kemurkaan alam atas perbuatan dan dosa mereka mulai terkuak dan di perlihatkan. Beberapa pejabat negara dengan singkatnya malui masuk ke perangkapnya sendiri sampai sang mantan penguasapun menjadi bidikan sang pembasmi koruptor “KPK”.

Yah, benar saja tak butuh waktu lama 2,7 trilun nilai fantastis dari hasil mengobrak abrik potensi alam Konut menjadi jeratan hukum yang akan di jalani, apakah ini juga merupakan hukum alam yamg harus di terima? Para pengikut terdahulupun mulai kepanasan “Kebakaran jenggot”.

Sekarang kita tinggal meyerahkan semua kepada yang berwajib “Namanya bau bangkai pasti tercium” hal buruk sudah terungkap tinggal masyarakat yang menilai dan mengambil hikmahnya apakah ini masih terus akan kita membiarkan para penambangan mengeruk potensi alam yang ada di Konut dengan cara ilegal sementara masyarakat hanya mendapat ampas.

Tulisan ini mengantarkan isi hati saya, yang prihatin dengan kondisi yang terjadi beberapa tahun silam, semoga ada kesadaran untuk kembali mempertahankan daerah Konut menjadi lebih baik bersama pemimpin baru yang bijak, santun dan perduli masyarakat. (*)

 

Oleh : Jefri Ibnu
Penulis Merupakan Wartawan ZONASULTRA.COM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini