ZONASULTRA.ID, KENDARI – Buah-buahan dikenal sebagai sumber nutrisi yang enak dan banyak manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Perkembangan teknologi masa kini membuat segalanya serba praktis, termasuk dalam menemukan olahan buah untuk dikonsumsi.
Di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), olahan buah tersedia dalam berbagai bentuk. Cukup menggerakkan jari di ponsel pintar (smartphone), makanan ini dapat dipesan melalui fitur GoFood yang merupakan layanan pesan antar online di aplikasi Gojek.
Salah satu gerai olahan buah yang muncul di aplikasi itu adalah Asinan Myesha dengan titik koordinat di kawasan Eks MTQ Kendari. Per tanggal 29 Oktober 2022, gerai ini memiliki rating bintang 4.5 dan berbagai komentar yang memberikan kritik maupun pujian. Dalam kolom ulasan dan rating GoFood, tampak orang bernama Krisna Mega Putra (pengguna Gojek sejak 2015) memberi rating bintang 5.0 dengan komentar “Buahnya segar. Kuah asinannya pas, tidak terlalu manis”.
Aneka menu olahan buah tersedia di Asinan Myesha, dari asinan buah hingga rujak. Tampak harga terendah di GoFood Rp15 ribu berupa “asinan mix 300ml (mililiter)” hingga yang termahal “rujak nampan besar” seharga Rp126 ribu.
Asinan Myesha memiliki dua gerai penjualan di dalam Kota Kendari yang buka setiap hari mulai pukul 10.00. Gerai yang berada di kawasan Eks MTQ itu merupakan gerai pertama. Sementara gerai yang kedua beralamat di Kelurahan Lalolara, tepat berada di depan Kampus Baru Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.
Di dalam fitur GoFood, kedua gerai tersebut sudah mendapatkan label “Super Partner” kategori cepat saji dan jajanan. Label ini sebagai penanda bahwa layanan ke pelanggan akan diproses lebih cepat daripada non-Super Partner.
Usaha ini dijalankan oleh Ahmad Efendi (24) bersama istrinya Hilmi Syaqiah (24). Semua berawal dari hobi sang istri yang suka makan buah-buahan, hingga akhirnya terpikir untuk menjual olahan buah sebagai jenis makanan kesukaan banyak orang.
Asinan Myesha dirintis sebelum Ahmad dan Hilmi menikah. Pada awal 2019 Hilmi yang merupakan mahasiswi berjualan asinan buah secara online dengan mengandalkan media sosial. Ahmad sendiri masih bekerja sebagai manajer di gerai kuliner.
Seiring berjalannya waktu, Ahmad mengamati usaha kecil-kecilan sang kekasih memiliki potensi yang besar. Ketika itu kebanyakan adalah jualan rujak yang menonjolkan rasa manis dan pedas, sementara asinan belum begitu dikenal masyarakat Kendari.
Ahmad pun berinisiatif untuk membantu mengembangkan usaha Hilmi, dimulai dengan merancang konsep “buah segar dan langka” hingga memfinalkan “Asinan Myesha” sebagai nama gerai dan produk mereka. Hal ini menurutnya penting untuk membangun basis pelanggan sebagai “fondasi” untuk bersaing dengan banyaknya usaha serupa yang akan bermunculan.
Ahmad juga menentukan waktu yang paling ideal untuk berjualan olahan buah yaitu dari pukul 10.00 sampai pukul 19.00. Sebab berdasarkan pengamatannya, orang tertarik untuk makan buah hanya pada rentang waktu tersebut.
Tepat pada Februari, 2020 Ahmad yang telah mengundurkan diri dari tempat kerjanya, memilih fokus membantu Hilmi untuk menjalankan usaha bersama. Mereka berdua mulai dengan merogoh kocek sendiri tanpa mengandalkan utang. Mereka membeli sebuah warung mini berukuran 2×1,8 meter persegi seharga Rp1,5 juta di kawasan Eks MTQ Kendari.
Warung mini yang terbuat dari rangka baja ringan dan spandek itu mereka renovasi dengan biaya Rp4 juta. Selain itu, mereka juga membayar sewa Rp300 ribu per bulan ke pemerintah daerah untuk penggunaan kawasan.
“Pokoknya dari nol betul kita. Waktu itu belum ada kurir, Gojek pun tergolong baru masuk di sini. Jadi saya mengantar sendiri pesanan yang memang sudah kami pasarkan secara online. Jadi kita rasakan betul bagaimana membangun usaha,” ujar Ahmad yang tengah memantau pekerjanya di gerai Asinan Myesha kawasan Eks MTQ, 6 Oktober 2022.
Selain menjadi kurir, Ahmad juga fokus membenahi manajemen usaha sesuai pengalamannya dan memaksimalkan pemasaran secara online. Sementara Hilmi mengembangkan jenis menu dengan berbagai pilihan buah yang tersedia.
Pandemi Jadi Momentum
Hanya berselang dua bulan setelah fokus memulai usaha, Pandemi Covid-19 mulai merebak di Indonesia. Kondisi ini membuat Ahmad sempat khawatir usaha yang baru mereka rintis bakal segera gulung tikar. Namun ternyata, pandemi yang ramai dengan kampanye pembatasan sosial (social distancing) justru jadi momentum bagi Asinan Myesha karena pelanggan yang membeli secara online meningkat drastis.
Untuk memaksimalkan pelayanan, maka mareka pun merekrut seorang pekerja, lalu bertambah lagi. Kini, Asinan Myesha terus berkembang dengan membuka cabang baru di depan Kampus Baru UHO pada bulan Maret 2022 yang lalu.
Kini, total pekerja di Asinan Myesha ada 6 orang yakni 3 orang di satu gerai. Ahmad merekrut tamatan SMP, mahasiswa, hingga sarjana. Jadi selama Pandemi Covid-19, usaha mereka berdua tidak hanya bisa berkembang pesat tapi juga dapat membuka lapangan pekerjaan.
Dalam pengembangan jenis menu, Hilmi belajar secara autodidak dengan menonton tayangan video Youtube. Ia juga kadang bereksperimen untuk menemukan racikan yang pas dengan selera pelanggan. Hasilnya, Asinan Myesha punya beragam menu andalan seperti asinan nampan besar, asinan mangga serut, asinan mix, asinan salak, sambal mangga racca ebi, rujak nampan besar, rujak nampan mini bulat, dan masih banyak lagi.
Selain itu, Ahmad mengakui kemajuan Asinan Myesha tak terlepas dari perkembangan teknologi di era digital seperti ekosistem Gojek dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Dalam ekosistem ini, Asinan Myesha menjadi mitra usaha yang mengandalkan fitur GoFood sebagai sarana pemasaran.
Pertama kali Ahmad menggunakan fitur GoFood dikenalkan oleh Komunitas Kuliner Kendari (Triple K). Kebetulan Ketua Triple K adalah pemilik gerai Martabak Ciu Ciu, tempat kerja Ahmad sebelumnya. Lewat komunitas ini Ahmad banyak belajar tentang bagaimana mengadopsi platform digital agar usaha kulinernya bisa berkembang.
Dia pun tertarik dan mendaftarkan gerainya ke GoFood dengan mengisi formulir secara online. Tak butuh waktu lama, tepat di awal Pandemi Covid-19 pada April 2020 Ahmad mulai menggunakan GoBiz (tehubung dengan GoFood) sebagai super app dalam ekosistem Gojek khusus untuk mitra usaha.
Lewat aplikasi terintegrasi itu, Ahmad bersama Hilmi dan pekerjanya mengelola gerai Asinan Myesha yang ditampilkan ke pengguna aplikasi Gojek melalui fitur GoFood. Ahmad dan istrinya juga bisa memantau dari jarak jauh dengan dua unit ponsel pintar yang masing-masing telah terinstal aplikasi GoBiz.
“Saya tetap kontrol semua lewat aplikasi. Untuk yang di gerai, saya buatkan akun untuk anggota log in sendiri (di aplikasi GoBiz), biar pesanan yang masuk langsung mereka tahu,” ujar Ahmad menjelaskan aplikasi GoBiz yang digunakannya.
Fungsi kontrol seperti ini sangat berguna mana kala Ahmad dan Hilmi tak bisa datang ke gerai. Seperti yang terjadi pada bulan Oktober 2022 ini ketika Hilmi menjalani persalinan di rumah sakit sehingga Ahmad harus terus mendampingi. Dalam kondisi demikian, aplikasi seperti GoBiz yang diandalkan agar operasional usaha tetap terpantau.
Ahmad mengaku senang menggunakan ekosistem Gojek ini, salah satunya juga terkait pencairan hasil penjualan yang dengan cepat terproses masuk ke rekeningnya. Apalagi, pengguna aplikasi Gojek tidak hanya yang ada di Kota Kendari tapi juga dari luar.
Dia merasa Asinan Myesha dipromosikan secara gratis dengan tampil dalam fitur GoFood. Pelanggan juga dapat melihat mana yang banyak disukai dengan adanya label “paling laku” pada jenis menu tertentu. Selain itu, ada beragam promo/diskon sebagai program Gojek yang ditawarkan ke pelanggan.
Di dalam fitur GoFood pula pelanggan diberikan kesempatan untuk memilih sendiri jenis buah melalui menu “asinan request 1-4 buah” yang di dalamnya ada pilihan buah nenas, pepaya, melon, bengkuang, mangga, dan lainnya. Khusus untuk menu rujak, bumbunya dapat dipilih melalui “request bumbu rujak” dengan pilihan berupa gula kacang orisinal, gula kacang terasi, garam cabe, dan bumbu bangkok.
Fitur GoFood tersebut sangat membantu karena beberapa pelanggan tidak menyukai buah tertentu atau pelanggan hanya ingin buah yang sangat disukainya saja. Fitur ini juga membantu Asinan Myesha dalam memantau selera pelanggan seperti apa sehingga dapat diketahui apa saja bahan baku yang harus disiapkan dalam jumlah besar.
Mengetahui selera pelanggan jadi sangat penting sebab Ahmad ingin selalu menyajikan buah dalam keadaan segar dan tanpa pengawet. Bila buah tidak laku tentu akan segera busuk, sehingga untuk mengantisipasi kerugian Ahmad mengatur stok buah sesuai kebutuhan.
Ketika awal memulai usaha, Ahmad pernah dihadapkan dengan pengalaman di mana Hilmi terlalu banyak menyiapkan salah satu jenis buah sehingga banyak yang akhirnya membusuk dan dibuang. Tak ingin kerugian itu terulang, Ahmad jadi lebih teliti dalam menentukan stok buah dengan mencermati data penjualan.
Dalam penyediaan buah segar, Ahmad memesan sampai ke luar daerah seperti dari Konawe Selatan (Konsel) dan Kolaka. Kadang dia juga memesan sampai ke luar provinsi yakni di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Setiap daerah itu, ada penyuplai yang bekerja sama, sehingga Ahmad hanya memesan saja melalui telepon untuk diantarkan.
Ahmad juga kadang mencari buah lokal bernama “ruruhi” atau disebut juga anggur hutan yang rasanya kecut. Buah berwarna merah ini banyak diminati tapi keberadaannya sangat langka karena tumbuhnya di hutan (tidak dibudidayakan) dan hanya berbuah sesuai musimnya.
Pengembangan Usaha
Dalam mengembangkan usaha, untuk sementara Ahmad dan Hilmi tidak akan menggunakan jasa kredit. Mereka optimis dengan pengelolaan yang baik, penjualan yang stabil dan dukungan platform digital, Asinan Myesha akan terus bertumbuh.
Terkait platform digital ini, Ahmad menunjukkan riwayat transaksi di akun GoBiz miliknya. Pemesanan GoFood di dua cabang Asinan Myesha berfluktuatif di angka Rp200 ribu hingga Rp400 ribu per hari, yang dalam sebulan bisa mencapai Rp6 juta hingga Rp9 juta.
Itu baru dari Gojek, belum lagi beberapa platform sejenis lainnya dan pelanggan yang datang langsung. Ahmad menyebut selama ini penjualan secara online mencapai 80 persen sedangkan offline hanya 20 persen.
Total omzet Asinan Myesha dari dua gerai rata-rata mencapai Rp20 juta per bulan. Hasil penjualan itu digunakan untuk menggaji pekerja, modal pembelian buah, sewa lahan gerai, dan sisanya terhitung sebagai laba bersih.
Dari laba yang dikumpulkan tersebut menjadi modal bagi Ahmad dan Hilmi untuk melangsungkan pernikahan pada November 2020. Selain itu, pasangan muda ini mampu membeli sebidang tanah di dalam Kota Kendari untuk membangun rumah dan mengganti sepeda motor dengan model terbaru.
Mereka juga bisa membeli satu unit mobil baru seharga Rp200 juta secara cash/tunai pada April 2022 yang lalu. Mobil ini sengaja dibeli karena Ahmad kesusahan mendistribusikan buah di dua gerainya jika hanya menggunakan sepeda motor. Kini dengan adanya mobil tersebut sangat membantu dalam operasional usahanya.
Target ke depan, Asinan Myesha akan lebih meningkatkan penjualan secara online dan membuka cabang-cacang baru di dalam Kota Kendari. Dengan begitu, Asinan Myesha akan merekrut pekerja dengan jumlah 3 orang di setiap gerai yang akan dibuka itu.
Salah satu pekerja di Asinan Myesha adalah Nelsya Erlita Sari (17) yang baru dua bulan bekerja. Nelsya merupakan tamatan SMP yang masuk bekerja setelah mendaftar berdasarkan pengumuman lowongan kerja (loker) di media sosial.
Nelsya sebelumnya bekerja pada sebuah toko sembako di Kabupaten Kolaka. Namun, toko tersebut tutup tanpa alasan ketika masih Pandemi Covid-19 pada pertengahan tahun 2021 hingga nasib Nelsya bersama 4 rekan kerjanya tidak jelas.
Kini dengan bekerja di Asinan Myesha, Nelsya mengaku beryukur dan terbantu secara ekonomi dari gaji yang didapatnya. Penghasilannya selain untuk kebutuhannya sendiri juga bisa membantu untuk keperluan adiknya yang saat ini duduk di kelas 9 SMP.
“Di sini (Asinan Myesha) banyak pelanggan, kebanyakan memesan secara online dari asinan buah hingga rujak,” ujar Nelsya, 6 Oktober 2022.
Dampak Berganda
Kemajuan usaha seperti Asinan Myesha, selain menyerap tenaga kerja, juga memberikan dampak berganda (multiplier-effect) terhadap tukang ojek yang menjadi mitra driver Gojek. Para mitra driver ini mendapat penghasilan dengan menjadi kurir atau mengantarkan pesanan GoFood.
Salah satu mitra driver Gojek yang sering mendapat notifikasi untuk mengambil pesanan di Asinan Myesha adalah Andi Hidayatullah (26). Dia mengantar orderan olahan buah tersebut ke pemukiman, perkantoran, dan kadang juga ke pemesan yang ada di hotel.
Dayat sapaan akrabnya, mengaku betah menjadi mitra driver Gojek sejak 2018. Selain menjadi kurir GoFood, dalam ekosistem Gojek terdapat beberapa layanan lain yang diambil Dayat seperti pengantaran penumpang (GoRide), kirim barang (GoSend), dan pengantaran obat (GoMed). Semua itu, didukung dengan adanya fitur GoPay yang menunjang transaksi non-tunai.
Setiap layanan itu menurut Dayat memiliki keunggulan masing-masing. Dengan mengantar penumpang, Dayat akan cepat mendapat uang dan potensi pendapatan lebih besar terutama bila mendapatkan pengantaran yang jauh jaraknya. Sementara bila menjadi kurir GoFood dan GoSend lebih santai tapi pendapatannya tidak secepat mengantar penumpang.
“Kalau mengantar penumpangkan langsung dibayar lewat GoPay atau kadang juga langsung tunai. Untuk GoFood tiap hari yang paling banyak orderan tapi kadang harus mengantre paket makanan disiapkan penjual,” tutur Dayat yang sedang menunggu paket GoFood di Asinan Myesha kawasan pelataran Eks MTQ, 11 Oktober 2022.
Terkait pengantaran obat, Dayat biasanya mengambil pesanan obat ke jaringan toko kesehatan Halodoc. Dayat juga cukup nyaman dengan orderan semacam ini, hanya saja tidak seramai GoFood dan GoRide.
Dayat menilai sistem algoritma Gojek cukup adil dalam penjatahan orderan ke mitra driver yang rajin. Driver yang rajin akan lebih sering mendapatkan orderan, apalagi bila sampai 14 trip atau pengantaran maka akan mendapatkan bonus.
“Kalau jarang jalan susah dapat orderan, jadi saya pilih fokus di Gojek sehingga orderan lancar. Kalau pagi ada kegiatan di rumah atau hujan, maka saya biasanya keluar jam 2 siang dan saya tetapkan pada jam 9 malam itu sudah harus pulang ke rumah istirahat dan temani anak,” ujar Dayat.
Dahulu Dayat bekerja sebagai karyawan di bagian distribusi barang perusahaan kosmetik dengan standar gaji upah minimum regional (UMR). Sementara driver Gojek menjadi sampingan saja baginya untuk mencari penghasilan tambahan dari motornya sendiri.
Namun karena melihat prospek Gojek lebih menjanjikan maka dia memberanikan diri keluar dari perusahaan tersebut tepat pada Januari 2019. Dayat merasa lebih bisa bebas mengatur jadwal kerja dan tidak ada tekanan dari atasan sehingga santai menjalani pekerjaan sebagai driver Gojek.
Dengan fokus menjadi driver, penghasilannya per bulan mencapai Rp4 juta sampai Rp5 juta, bahkan bila lebih rajin lagi akan lebih dari itu. Penghasilan ini lebih tinggi dari UMR Kota Kendari yang berkisar di angka Rp2,8 juta.
Dari penghasilannya menjadi driver Gojek, Dayat bisa mencukupi segala kebutuhan kedua anaknya dan sebagian lagi disisipkan untuk modal usaha sang istri, Andi Sri Wulan (23). Begitu modal cukup, pada November 2020 mereka membuka usaha kuliner kaki lima dengan nama “Kedai FF” di Anjungan Teluk Kendari.
Total modal usaha yang dikeluarkan Dayat dan sang istri Rp15 juta untuk pembuatan gerobak, kompor pemanggangan bakso, kursi, lampu, dan peralatan lainnya. Pekan pertama memulai usaha, Dayat masih harus menemani sang istri sembari kerja sebagai driver.
Lalu pada pekan kedua, mereka mempekerjakan seorang remaja perempuan anak tetangga rumah yang putus sekolah sejak duduk di bangku SMP. Andi Sri Wulan mengajak anak tersebut, daripada menjalani kehidupan yang tidak jelas maka sebaiknya bekerja untuknya sembari mencari jalan untuk mengurus sekolah pendidikan kesetaraan.
Kedai FF buka setiap hari dari pukul 16.00 hingga pukul 22.00, waktu di mana Anjungan Teluk Kendari ramai dengan pengunjung. Menu makanan seperti bakso bakar, bakso goreng, sosis goreng, kentang goreng, pisang bakar, ubi goreng, dan nasi goreng jadi andalan Kedai FF.
Sri Wulan mengaku bukannya tak mau mengembangkan usaha kulinernya dengan turut memanfaatkan platform digital tapi memang belum memungkinkan. Sebab segmen yang ditujunya adalah pengunjung anjungan yang datang membeli secara langsung sambil nongkrong di pinggir Teluk Kendari.
Hasil penjualannya per hari (Senin-Jumat) mencapai Rp200 ribu, sementara pada hari libur (Sabtu-Minggu) Rp500 sampai Rp600 ribu. Pendapatan bersihnya sebulan adalah Rp2 juta sampai Rp3 juta. Pendapatan inilah yang turut menunjang kebutuhan rumah tangga mereka.
“Usaha begini kadang juga sepi pengunjung karena misalnya hujan lebat. Jadi, saya dan suami saling mengimbangi, kalau jualan kurang laku ada penghasilan suami dari Gojek, begitu pula kalau suami sakit sehingga tidak mengojek maka yang diandalkan hasil dari berjualan di sini,” ujar Sri Wulan di kedainya, 12 Oktober 2022.
Sri Wulan merasa suaminya nyaman menjalani pekerjaan sebagai mitra driver Gojek. Sebagai istri, dia terus memberi dukungan dan tidak terlalu memiliki ekspektasi berlebih. Dia berharap dari sama-sama bekerja, bisa makin kuat menopang ekonomi keluarga.
Transformasi Digital
Kehadiran ekosistem Gojek dan sejenisnya di Kota Kendari diyakini akan terus memberi dampak positif dengan beragam layanan berbasis digital. Apalagi, masyarakat Kendari makin hari makin banyak yang mengandalkan platform digital dalam berbelanja maupun bertransaksi.
Oleh karena itu, Komunitas Kuliner Kendari (Triple K) mendorong semua anggotanya untuk bertransformasi ke layanan digital. Gerai Asinan Myesha hanyalah salah satu anggota Triple K yang berhasil mengembangkan usahanya dengan masuk ke ekosistem Gojek dan berbagai platform digital lainnya.
“Asinan Myesha ini kebetulan pemiliknya adalah karyawan saya dulu. Setelah kita edukasi, begitu dia keluar kita arahkan untuk buka usaha. Setelah itu saya ajak bergabung di Triple K lalu kita ajarkan apa yang jadi peluang (di platform digital) dan alhamdulillah sampai hari ini sudah buka dua cabang,” ujar Ketua Triple K Muhammad Yusri ketika dihubungi pada 14 Oktober 2022.
Namun kata Yusri, tidak semua pelaku usaha kuliner mau memanfaatkan platform digital seperti Asinan Myesha karena masih ada yang egois dengan hanya mengandalkan cara-cara tradisional. Biasanya keegoisan ini karena pelaku usaha sudah memiliki tempat berjualan sendiri yang megah atau karena memiliki merek yang sudah dikenal banyak orang.
Makanya ketika pandemi dan memasuki fase akhir pandemi, pelaku usaha yang jauh lebih untung adalah gerai pinggir jalan karena mau memajukan usaha lewat plaform digital. Yusri mengamati, gerai-gerai pinggir jalan ini memiliki transaksi yang besar dan sukses membuka cabang-cabang baru.
“Sekarang di Kota Kendari sudah mulai berubah karakter cara belinya. Contohnya gini, pada malam saya sudah berada di rumah, nah ketika saya mau makan sesuatu misalnya martabak, perbedaan harganya hanya Rp10 ribu (offline dan online), maka dari pada saya keluar lagi, naik motor lagi, ngantre lagi, yah mending saya GoFood saja,” ujar Yusri yang juga mengandalkan GoBiz dalam usaha kulinernya.
Daya beli yang meningkat dan perubahan karakter seperti ini menurut Yusri harus dipahami oleh palaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) bila ingin berkembang. Oleh karena itu Triple K terus mendorong anggotanya yang berjumlah 147 merek/brand untuk digitalisasi. Dari 147 ini, sekitar 30 persen telah menggunakan ekosistem Gojek dan sejenisnya.
Terkait keberhasilan menggunakan platform digital, Yusri mencontohkan pada usaha yang kini dijalankannya yakni gerai pinggir jalan “Martabak Ciu Ciu”. Usahanya ini terus berkembang, dari yang hanya satu gerai pada 2019, bertambah satu lagi pada 2021. Penjualan dan transaksi pada kedua gerainya ini mencapai 80 persen melalui platform digital.
Pada 21 Oktober 2022, Yusri meresmikan satu cabang Martabak Ciu Ciu di Kompleks Pasar Segar Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sebagai orang Kendari, Yusri optimis dapat bersaing di Makassar karena saat ini “perangnya” ada di online yang tak lagi memandang soal asal daerah. Bagi Yusri, siapa saja yang jago di online dan konsisten maka akan mampu bersaing di mana saja.
Dari tiga gerai tersebut, Yusri mempekerjakan total 18 orang yang terbagi di gerai 1 sebanyak 5 orang, gerai 2 sebanyak 3 orang, dan gerai 3 yang di Makassar 5 orang. Sementara 5 orang lagi merupakan tim produksi di Kendari yang bertugas menyiapkan bahan baku lalu mendistribusikannya ke tiga gerai Martabak Ciu Ciu.
Dengan demikian, Yusri menegaskan bahwa bila ada wacana usaha kuliner tutup atau tidak laku karena Pandemi Covid-19, itu adalah omong kosong. Hal seperti itu terjadi menurut dia, lebih karena personal si pelaku usaha yang tidak mau meningkatkan kapasitas dirinya dengan beradaptasi mengikuti perkembangan teknologi digital.
Ekosistem Gojek
Senada dengan Triple K, pentingnya digitalisasi bagi UMKM juga disampaikan oleh akademisi dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) Dr. Alfindra Primaldhi. Digitalisasi, kata dia, dengan mendaftar ke aplikasi/platform seperti Gojek maka UMKM dapat meningkatkan akses pada pelanggan.
Hal itu juga mendorong UMKM untuk mengadopsi teknologi dalam melakukan penjualan, termasuk teknologi pembukuan/keuangan. Selain itu, ekosistem aplikasi membantu pemasaran/iklan dan promosi/diskon dari usaha. Hal ini berbeda dengan metode tradisional, di mana pemilik UMKM harus melakukannya terpisah dan secara manual.
“Untuk pengiriman barang/makanan juga didukung dengan GoSend, jadi UMKM tidak perlu mengalokasikan pekerja khusus untuk pengiriman barang. Selain itu, jumlah pelanggan dalam ekosistem, yaitu orang-orang yang memiliki aplikasi Gojek sudah jutaan, jadi ada potensi akses ke jutaan konsumen,” ujar Alfindra melalui WhatsApp, 13 Oktober 2022.
Dia menjelaskan ekosistem Gojek juga mampu menopang ekonomi mitra driver melalui pengantaran orang (GoRide/GoCar), dan barang (GoFood/Gosend). Selama menyalakan/mengativasikan aplikasi maka mitra akan mendapatkan pesanan. Jadi, ada jaminan adanya pemasukan, beda apabila menunggu di pangkalan atau tanpa aplikasi.
Mitra driver Gojek juga memiliki waktu kerja yang fleksibel. Hal ini kata dia, memungkinkan mitra driver untuk melakukan aktivitas lain, termasuk melakukan pekerjaan/kegiatan ekonomi, atau sumber penghasilan lain.
LD FEB UI telah melakukan riset berjudul “Dampak Ekosistem Gojek terhadap Konsumen, Mitra, dan UMKM: dari Adaptasi hingga Pemulihan Pandemi”. Pada riset ini ada estimasi untuk tiap wilayah penelitian termasuk Indonesia bagian timur tapi jumlah sampelnya relatif lebih sedikit dibandingkan studi di tingkat nasional, inipun tidak termasuk Kota Kendari.
Pengumpulan data riset tersebut dilakukan pada 2020 yang hasilnya dirilis di 2021. Dalam riset ini menggambarkan kontribusi Gojek di Indonesia Timur berdasarkan responden di Makassar dan Manado.
“Kontribusi ekosistem Gojek terhadap perekonomian Kota Makassar sebesar Rp4,3 triliun atau setara dengan 2,5% PDB (produk domestik bruto) Kota Makassar di tahun 2020,” ungkap Alfindra selaku peneliti dalam riset LD FEB UI tersebut.
Dari riset di dua kota itu pula diketahui 97% mitra usaha GoFood di Kota Makassar merasakan manfaat kemitraan dalam pertumbuhan usaha dan 98% mitra usaha GoFood di Kota Manado merasakan manfaat kemitraan dalam pertumbuhan usaha.
Selain itu, 76% mitra usaha GoFood di Kota Makassar merasakan manfaat dapat mengakses pelanggan/pasar yang luas via platform digital dan 80% mitra usaha GoFood di Kota Manado merasakan manfaat dapat mengakses pelanggan/pasar yang luas via platform digital.
Berdasarkan hasil riset tersebut, Alfindra mengatakan layanan Gojek perlu dilihat sebagai ekosistem yang terdiri dari mitra, konsumen, dan perusahaan. Selama pandemi tampak nyata bahwa dalam ekosistem saling mendukung yakni konsumen membantu mitra melalui donasi/tip/makanan, sesama mitra saling mendukung secara finansial, sosial, dan emosional, serta dari perusahaan Gojek sendiri memberikan bantuan antara lain berupa fasilitas sanitasi, vaksin, dan diskon.
Apa yang terjadi di dalam ekosistem ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pandemi, dan program-program yang menyertainya. Artinya, lanjut dia, pemerintah bisa dilihat sebagai bagian dari ekosistem besar Gojek. Maka, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, apapun itu, yang berdampak pada ekosistem ini akan memiliki pengaruh yang luas, khususnya pada mitra dan konsumen. Oleh karena itu, hal ini penting untuk masuk dalam pertimbangan, proses diskusi, sosialisasi, dan pematangan setiap kebijakan pemerintah sebelum disahkan.
“Sebaliknya Gojek perlu untuk aktif memberikan rekomendasi yang bisa mendukung pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mendukung keberlangsungan, dan pengembangan ekosistem ini. Hasil penelitian oleh Gojek, baik yang dilakukan dengan bermitra, atau dilakukan mandiri perlu disampaikan dalam bentuk policy brief (risalah kebijakan) sebagai bagian dari pertimbangan kebijakan,” papar Alfindra.
Selain itu, pelaku usaha dalam menjalankan kemitraan diharapkan bisa memanfaatkan layanan Gojek yang tersedia, seperti peningkatan kapasitas dan pelatihan wirausaha. Hal ini dapat dilakukan dengan aktif melihat informasi layanan yang sudah tersedia di dalam Gojek, dan layanan baru yang disediakan Gojek untuk mitra.
Lebih lanjut, dia menjelaskan ekosistem Gojek berkembang seiring dengan peningkatan infrastruktur. Pemerintahan Jokowi melakukan peningkatan akses jalan/transportasi, dan juga penetrasi internet ke wilayah Indonesia Timur. Bantuan untuk UMKM juga diberikan oleh pemerintah selama pandemi, termasuk untuk pelaku UMKM di Indonesia Timur. Alfindra optimis semua peningkatan ini akan mendukung, dan mempercepat pertumbuhan UMKM di Indonesia Timur, dan dengan itu peran ekosistem Gojek juga akan semakin meningkat. (***)
Reporter: Muhamad Taslim Dalma