ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sebanyak empat film pendek karya anak Sulawesi Tenggara (Sultra) bersaing untuk menjadi video pendek terbaik tingkat provinsi tahun 2016 dalam lomba yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Keempat film pendek tersebut masing-masing berjudul Jangan Usik Damai Kami, Dakwah, Toleransi, dan Kita Boleh Beda.
Koordinator Bidang Pemuda Perempuan BNPT, Fachrudin mengatakan, keempat film tersebut berhasil menyisihkan tujuh film pendek lainnya, dan masih akan dinilai lagi dengan ketat untuk mendapatkan film terbaik yang akan mewakili Sultra dalam ajang video pendek nasional.
“Dalam penilaian film pendek ini, dari 13 video yang masuk, hanya ada 7 yang kami pilih untuk diberi penilaian. Dan keempat film tersebutlah yang menjadi empat film terbaik dan akan kembali dinilai untuk memilih satu yang terbaik,” kata Fachrudin di Kendari, Kamis (4/8/2016).
Penilaian pembuatan film pendek ini digelar di Hotel Athaya Kendari. Adapun dewan jurinya berasal dari kalangan yang telah berpengalaman di dunia perfilman, seperti Swastika Nohara dari Multivision Film, Johanes dari dinas pendidikan, dan Ahmad Nizar dari Sineas Sultra.
“Untuk pemenang dari film pendek ini akan diumumkan Jumat (5/8/2016) besok serta dilanjutkan dengan pemutaran film mata tertutup,” kata Fachrudin.
Film pendek ini dibuat berdasarkan tema yang ditentukan oleh BNPT, yaitu “Kita Boleh Beda” dan peserta pembuat film pendek ini berasal dari kalangan pelajar SMA maupun MA, dengan batas durasi 5 menit.
Hadiah yang disediakan dari pihak penyelenggara juga cukup besar, untuk pemenang best movie 1 sebesar Rp. 15.000.000, best movie 2 Rp. 10.000.000, best movie 3 Rp. 5.000.000. Serta untuk kategori best story, untuk best story 1 Rp. 5.000.000, best story 2 Rp. 4.000.000 dan best story 3 Rp. 1.000.000
BNPT menggelar lomba film pendek ini untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa setiap orang diciptakan dalam sebuah perbedaan. Dengan mengangkat tema “Kita Boleh Beda” ini, diharapkan tiap orang senantiasa menghargai perbedaan itu, serta mengajak masyarakat untuk tidak mudah terpengaruh dengan gerakan radikalisme yang kini semakin merajalela di Indonesia dengan cara menghargai perbedaan itu sendiri, tanpa merasa diri sebagai orang yang paling benar. (B)
Reporter : Sri Rahayu
Editor : Jumriati