ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara (Sultra) akan mengadakan Kongres Internasional III Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara, pada 2 sampai 4 September 2019 di Kendari. Pembukaan kongres akan dilangsungkan 2 September 2019 di salah satu hotel yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Kongres itu bertema “peran bahasa dan sastra daerah sebagai negosiasi budaya dalam menciptakan perdamaian bangsa”. Dijadwalkan hadir sejumlah pembicara utama dari luar negeri yakni Prof. Dr. Masao Yamaguchi dari Setsunan University (Jepang), Prof. Dr. James T. Collins dari Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Brendon Marshall, M.App.Ling dari La Trobe University (Australia).
Ketua panitia kongres, Syaifuddin Gani mengatakan kongres bahasa tersebut didasari pemikiran bahwa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki keberagaman bahasa, budaya, dan sastra. Keberagaman tersebut hidup dalam berbagai etnis yang tersebar di berbagai pelosok tanah air, tak terkecuali di Sultra.
“Sultra memiliki keanekaragaman bahasa dan sastra daerah yang berkontribusi sebagai pembentuk karakter dan jati diri daerah. Provinsi ini juga memiliki kekayaan pernaskahan yang berisi ajaran moral, tata nilai, dan ilmu pengetahuan yang penting” ujar Syaifuddin melalui pesan WhatsApp, Minggu (25/8/2019).
Baca Juga : Dikbud Sultra Dukung Bahasa Daerah Jadi Mata Pelajaran di Sekolah
Bahasa-bahasa daerah asli Sultra merupakan bahasa rumpun Austronesia yang terbagi atas dua subrumpun. Subrumpun Bungku-Laki yang terdiri atas: bahasa Tolaki, bahasa Moronene, bahasa Kulisusu, dan bahasa Culambacu. Adapun subrumpun yang satunya adalah subrumpun Muna-Buton yang terdiri atas; bahasa Muna, bahasa Ciacia, bahasa Wolio, bahasa Lasalimu-Kamaru, bahasa Pulo/Wakatobi/Tukangbesi.
Khazanah bahasa daerah tersebut sekaligus menjadi penopang sastra daerah yang hidup di dalam beragam etnis di Bumi Anoa. Syaifuddin memastikan kekayaan tersebut akan menjadi daya tarik utama pembahasan para narasumber, baik dari luar negeri maupun di tanah air. Menurut dia pada titik ini, kekayaan tersebut menjadikan Sultra provinsi yang dapat berkontribusi bagi negosiasi budaya dan perdamaian bangsa.
Dia menjelaskan salah satu tujuan pelaksanaan kongres bahasa daerah adalah mendiskusikan dan merumuskan berbagai persoalan yang menyangkut bahasa dan sastra daerah Sultra. Selanjutnya, hasil tersebut akan menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan strategi yang tepat untuk melestarikan, mengembangkan, membina, dan memberdayakan bahasa dan sastra daerah Sultra pada era globalisasi dan revolusi industri 4.0.