Kontribusi Koperasi dan UKM Meningkat, Pemerintah Optimis Ekonomi Membaik

Kontribusi Koperasi dan UKM Meningkat, Pemerintah Optimis Ekonomi Membaik
DISKUSI - (dari kiri kedua) Kepala Biro Perencanaan Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi bersama Coorporate Secretary dan Chief Economist BNI Ryan Kiryanto dan Business Development & Sales Officer Du'Anyam Juan Firmansyah saat menjadi narasumber dalam acara Diskusi Panel Proyeksi Perekonomian 2019, Peluang Dan Tantangan Bagi KUKM di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM. Jakarta, Rabu(7/11/2018). (Rizki Arifiani/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, JAKARTA – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) optimis perekonomian Indonesia akan lebih baik pada 2019 mendatang. Kepala Biro Perencanaan Kementerian Koperasi dan UKM Ahmad Zabadi memgungkapkan bahwa Koperasi dan UKM telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB).

“Secara makro koperasi dan UKM terjadi pertumbuhan yang signifikan seperti kontribusi UKM koperasi pada PDB dari tiap tahun meningkat,” ujar Zabadi dalam acara Diskusi Panel Proyeksi Perekonomian 2019, Peluang Dan Tantangan Bagi KUKM di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM. Jakarta, Rabu(7/11/2018).

Zabadi mengatakan bahwa kontribusi koperasi dan UKM saat ini 4,48 persen dari yang hanya 3,9 persen pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan reformasi total koperasi sudah sejalan dengan pelaksanaan rehabilitasi koperasi.

“Kita bisa lihat banyak koperasi yang sesungguhnya tidak aktif dan kita khawatir kalau ini tidak segera dibubarkan bisa menjadi zombie, muncul hilang lagi,” imbuh Zabadi.

Pihaknya mengatakan bahwa saat ini sudah 40.013 koperasi yang dibubarkan terkait orientasi pengembangan koperasi dalam peningkatan kuaolitas.

“Pembubaran ini tidak kemudian menjadi turunnya performance koperasi justru kemudian terjadi peningkatan kontribusi koperasi terhadap PDB,” pungkasnya.

Sementara itu Coorporate Secretary dan Chief Economist BNI Ryan Kiryanto memaparkan meski bulan depan Federal Reserve System (The Fed) atau bank sentral Amerika Serikat bisa dipastikan akan menaikan Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga antarbank, namun pihaknya optimis Indonesia dapat bertahan.

Tak dipungkiri ekonomi global akan mempengaruhi ekonomi negara berkembang seperti Indonesia. Termasuk mempengaruhi nilai kurs mata uang rupiah lantaran dollar US menguat.

“Jangan kuatir segmen pelaku usaha relatif mempunyai daya tahan yang baik terhadap perubahan ini, karena biasa menghadapi perubahan,” kata Ryan dalam kesempatan yang sama.

Ketika Amerika Serikat merubah suku bunganya maka terjadi kenaikan inflasi yang tajam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan APBN 2019 diperkirakan masih pada kisaran nilai tukar Rp.15 ribu. (B)

 


Reporter: Rizki Arifiani
Editor Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini