Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasioanl (BNN) Inspektur Jenderal Arman Depari menyebut tren ‘fly’ dengan air rebusan pembalut tidak hanya terjadi di Jawa Tengah. Kata dia, mabuk dengan cara ini juga menjadi tren di sejumlah daerah lain, termasuk beberapa wilayah di sekitar jakarta.
“Kami menemukan bahwa ada anak-anak muda kita menggunakan kain pembalut wanita yang direbus kemudian airnya diminum sebagai bahan pengganti narkoba. Namun ini masih dalam pendalaman kita,” kata Armad.(CNN Indonesia,Kamis 8/11/2018)
Aksi sejumlah remaja mabuk dengan air rebusan pembalut di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menyita perhatian publik. Bagaimana tidak, pembalut wanita yang nyatanya mengandung zat berbahaya yaitu klorin(zat pemutih pakaian) dan bubuk dosium polyacrylate, digunakan untuk mengundang rasa mabuk. Sejatinya zat ini berbahaya bila dikonsumsi bagi tubuh.Resiko kematian bisa saja terjadi karena bila mengkonsumsi secara terus menerus akan menyerang fungsi paru-paru dan jantung. Yang paling menjijikan, tak sedikit dari mereka mengais sampah untuk mendapatkan pembalut wanita bekas karena sudah terlanjur kecanduan dengan sensasi mabuk yang dihasilkan dari air rebusan tersebut.
Seperti yang telah banyak diberitakan, fenomena mabuk dengan cara ini, sudah pernah terjadi Sebelumnya tahun 2016 di Belitung dan Karawang. Hanya karena alasan coba-coba, remaja yang notabenya beusia 13-16 tahun tersebut nekat merebus dan meminum pembalut tersebut. Kebiasaan tersebut diduga sebagai pelarian para remaja yang tak mampu membeli narkoba sebagai bahan untuk bersenang-senang. Dengan harga yang lebih ekonomis dan mudah ditemukan diwarung-warug, sehinggabahan tersebut digunakan sebagai pengganti narkoba.
Hasil penelusuran KPAI mendapatkan bahwa, awalnya dorongan ekonomilah yang membuat mereka melakukan percobaan ini, kecanggihan teknologi digunakan sebagai sarana untuk membuka situs-situs yang memudahkan mereka melakukan aktivitasnya, lainlagi halnya dengan informasi dari mulut ke mulut yang semakin mempengaruhi mereka.
Butuh Solusi mendasar
Sungguh miris melihat tindakan remaja saat ini. Mereka jauh dari kontrol agama. Bukan hanya satu kasus, potret kerusakan remaja saat ini sudah merambah dalam segala aspek kehidupan.. Mereka terpapar dengan paham kebebasan dan hedonis yang menjadikan tujuan hidup mereka tak berarah.Remaja saat ini, benar-benar lupa jati dirinya. Kehilangan identitas sebagai pioner peradaban. Fungsinya sebagai pengubah masa depan, dirusak oleh paham kebebasan yang berasal dari budaya barat, menjadikan mereka hidup tanpa aturan karena berkiblat pada dunia barat.. Apa yang kemudian yang kita harapkan dari generasi rusak seperti ini.
Ini juga tak lepas dari peran orangtua sebagai pendidik, kasus broken homemenjadi salah satu penyebab tingkat kerusakan remaja di Indonesia. Orangtua yang kurang perhatian pada anaknya akan cendeung melahirkan karakter anak yang buruk. Orangtua dituntut untuk melihat perubahan perilaku anak dengan mengawasi pergaulan anak. Disatu sisi pengaruh lingkungan juga dapat berdampak bagi pembentukan karakter seorang anak. Remaja merupakan insan yang mudah terpengaruh berbagai hal. Lingkungan yang buruk akan menciptakan karakter yang buruk begitu juga sebaliknya, dengan melihat maraknya kasuskerusakan remaja, masyarakat tak boleh mendiamkan namun harus peduli terhadap kondisi. Negarapun memiliki andil. Perannya sebagai pelayan rakyat harus dibuktikan, hal ini terlihat pada masyarakat cenderung menunggu kebijakan pemerintah dalam menangani berbagai kasus remaja.Akan timbul keresahan pada keluarga dan masyarakat bila pemerintah sebagai pembuat kebijakan lambat merespon peristiwa.
Maka perlunya perhatian penting bagaimana mengakhiri kondisi yang ada dengan menawarkan solusi tuntas. Dan yang paling mendasar adalah paham sekularisme dan liberalisme harus dijauhkan dari tubuh kaum Muslim, karena ini merupakan akar permasalahan yang selama ini membelit generasi muda.
Dalam pandangan Islam, remaja ditempatkan sebagai aset yang paling berharga. Mereka merupakan generasi muda yang diharapkan mampu membangun peradaban. Islam melibatkan 3 pilar untuk menjaga terjadinya kerusakan remaja seperti yang dihadapi saat ini, 3 pilar itu adalah ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan pentingnya peran negara. Ketakwaan ini dilahirkan dari rasa keterikatan kepada hukum syara. Dalam hal ini, keluarga sebagai pendidik berperan penting dalam menciptakan kepribadian islami pada anaknya, menanmkan ketakwaan yang akan melatih anak melakukan ketaatan pada Allah SWT dimanapun dia berada, rasa takut yang dihadirkan akan menjaga seseorang dari melakukan kemaksiatan.Rasa terikat dengan hukum syara akan menjaga pada hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Orang tua dituntut lebih untuk memberikan perhatian terhadap anak dengan mengetahui segala permasalahan hidup dan memberikan solusi atas masalahnya. Tidak membiarkan mereka hidup serba bebas tanpa aturan agama. Dan yang paling penting penanaman akidah Islam harus diajarkan sejak dini.
Kontrol masyarakat memiliki peran penting dalam mewujudkan kehidupan yang terjaga dari kemudharatan. Masyarakat tak boleh diam atas masalah yang terjadi, aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar harus selalu ada untuk meminimalisir terjadinya kemaksiatan di tengah-tengah kehidupan. Yang paling penting adalah peran negara. Ditengah berbagai persoalan saat ini dibutuhkan peran negara dalam mengatur segala aspek kehidupan. negara mengambil porsi besar dalam menjaga generasi. Aturan yang dibuat, harus senantiasa mengikat mereka terhadap hukum syara. Negara harus mampu membuat aturan yang menjaga ketakwaan setiap individu.
Maka solusi seperti itu dicerninkan oleh Islam. Secara historis penerapan Islam secara Kaffah mampu menciptakan kehidupan yang diharapkan. Bukan hanya ketakwaan individu dan kontrol masyarakat, namun pilar negara adalah pilar terpenting dalam membangun peradaban. Negara dalam hal ini menerapkan Islam secara kaffah untuk menjaga setiap interaksi individu dan lingkungannya. Islam akan memberikan perhatian besar terhadap remaja. Islam berupaya menyelamatkan generasi dengan menciptkan pendidikan yang bermutu dengan visi mencetak generasi berkepribadian tangguh. wallaahu a’lam .
Oleh : Rima Septiani
Penulis Merupakan Mahasiswi UHO