ZONASULTR.COM, JAKARTA – Dalam pengembangan Pariwisata di Malaysia, upaya pertama yang mereka lakukan adalah menciptakan produk yang menarik untuk dijual, karena mereka sadar Malaysia tidaklah sekaya Indonesia yang memiliki banyak potensi produk wisata yang menjual seperti Borobudur, Bali, dan lain sebagainya.
Hal itu diungkapkan Mantan Perdana Menteri Malaysia keempat Mahathir bin Mohamad dalam Talkshow Bisnis & Pariwisata yang diadakan oleh Ikatan Alumni SMP 5 Doktor Soetomo (ikador5oet) dan Halal Travel Konsorsium (HTK) di Sofyan Hotel Betawi, Jakarta, Rabu (16/8).
Dalam seminar ini juga dihadiri Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Riyanto Sofyan, Praktisi usaha Pariwisata Halal, Akademisi (STP NHI Bandung, Universitas Nasional, Universitas M.H. Thamrin, Universitas Trisakti, STIAMI, Universitas Indonesia, dan lain – lain), Instansi Pemerintah (Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan Nasional), beberapa ormas, kalangan profesional dan komunitas serta media.
“Mengkapitalisasi kondisi Malaysia yang terdiri dari multi etnis dengan tiga etnis utama yaitu Melayu, Cina, dan India yang merepresentasikan Asia sehingga mereka menciptakan tagline ‘Malaysia Truly Asia’,” ujar Mahathir.
Contoh produk wisata lainnya yang diciptakan Malaysia adalah ikon wisata “Twin Towers Petronas” dan Pengembangan potensi wisata yang ada di Pulau Langkawi.
Selain itu, Malaysia juga gencar dalam pengembangan connectivity (the ease of travel throughout and to Malaysia) sehingga Malaysia mudah diakses dan destinasi-destinasi bisa berkembang sehingga kesempatan bekerja dan ekonomi dapat berkembang.
“Salah satu indikatornya adalah pengembangan International Airport di Kuala Lumpur yang dimulai dengan Subang dengan kapasitas 400.000 penumpang per tahun, ternyata mendapatkan 15 juta per tahun, kemudian dipindahkan ke Sepang, sekarang telah terealisasi mencapai 50 juta penumpang per tahun melalui Kuala Lumpur International Airport (KLIA),” ungkap Mahathir di hadalan 100 peserta yang hadir.
Mahathir menambahkan, pelestarian kearifan lokal yang kental dengan gaya hidup Islami dengan pengembangan homestay di daerah-daerah destinasi wisata juga dikembangkan, sehingga dapat melibatkan semua elemen masyarakat dalam pengembangan ekonomi.
Selanjutnya, dalam pengembangan Pariwisata Halal, Mahathir menyampaikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain mengedepankan dan menjaga nilai-nilai Islami dan kearifan lokal dan mengedepankan perilaku atau akhlak yang baik, yaitu baik dalam memberikan pelayanan maupun menciptakan produk wisata.
“Kami juga mengadopsi hal-hal yang baik dari sistem dan standard yang didominasi oleh peradaban barat. Contohnya pelayanan prima dalam produk pariwisata, dalam mengembangkan program-program capacity building untuk peningkatan pelayanan dan produk wisata,” ungkapnya.
Malaysia juga menjalankan konsep toleransi dan market oriented. Sebagai contoh, wisatawan dari barat kemungkinan menginginkan hal-hal yang tidak selaras dengan produk wisata halal, hal tersebut tidak perlu dilarang atau dipaksakan kepada wisatawan yang tidak menginginkan.
“Dan harus difasilitasi pada produk wisata lainnya yang sesuai dengan wisatawan tersebut. Produk wisata halal harus juga disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi wisatawan Muslim dari berbagai negara yang berbeda,” tukas Mahathir.
Sebenarnya, apa yang pernah dilakukan Malaysia ini sudah diterapkan Kementerian Pariwisata RI di bawah kepemimpinan Arief Yahya sejak wisata halal di Indonesia mulai berkembang pesat. Bahkan, di berbagai kesempatan Menpar Arief Yahya menekankan akan mengalahkan “Truly Asia” Malaysia dalam dua tahun.
“Kami sudah Hat-trick mengalahkan Malaysia di Halal Tourism Award di Abu Dhabi 2015. Lombok mendapatkan penghargaan World Best Halal Destination Award 2015 dan World Best Halal Honeymoon Award 2015. Lalu Hotel Sofyan Betawi memperoleh World Best Halal Hotel Award 2015. Malaysia yang selama ini menjadi legenda halal tourism tak mengantungi satu pun award di sana,” kata Menpar Arief Yahya.
Dampak dari international award itu, kata Menpar, sangat besar. Lombok pasca mendapatkan penghargaan itu sangat bergairah. Atmosfer bisnis dan suasana industri perhotelan, restoran, biro perjalanan, dan semua usaha yang berbasis pada pariwisata mulai hidup.
“Momentum inilah yang bisa kita kebut untuk mendapatkan wisman lebih banyak. Tinggal perbaiki destinasi dan lebih agresif promosi ke top five originasi halal,” kata Marketeer of The Year 2013 itu. (*)