Masyarakat Pulau Makassar Gelar Ritual Tuturangia Andala

masyarakat-pulau-makassar-gelar-ritual-tuturang1ia-andala
Walikota Baubau saat menghadiri acara adat Tuturangia Andala di Pulau Makassar yang juga dalam rangka memperingati hari Jadi Kota Baubau ke 475 dan hari jadi Kota Baubau ke 15 sebagai daerah Otonom.
masyarakat-pulau-makassar-gelar-ritual-tuturangia-andala
Acara Adat : Walikota Baubau saat menghadiri acara adat Tuturangia Andala di Pulau Makassar yang juga dalam rangka memperingati hari Jadi Kota Baubau ke 475 dan hari jadi Kota Baubau ke 15 sebagai daerah Otonom. (Foto : Mulyadi/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, BAUBAU – Salah satu ritual adat budaya Buton yang masih terjaga dan dilestarikan hingga saat ini adalah ritual Tuturangia Andala. Masyakat Pulau Makassar (Puma) yang terdiri dari dua kelurahan yakni Kelurahan Sukanayo dan Kelurahan Liwuto menjadikan ritual ini sebagai agenda tahunan.

Ritual ini dipercaya masyarakat setempat, yang didominasi oleh nelayan dapat membuka pintu-pintu rezeki di laut, sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT sehingga mereka tetap nyaman dalam melakukan segala aktivitas penangkapan ikan dan mengambil kekayaan laut lainnya.

Panasnya sinar matahari tak menyurutkan para tokoh adat yang menyelenggarakan ritual ini. Diawali dengan membawa sesajen yang didoakan terlebih dulu dan akan diberikan kepada penguasa laut.

Isi sesajen tersebut seperti aneka jenis kue tradisional khas Buton, beberapa batang rokok, beberapa lembar daun sirih, satu buah pinang, dan kelapa merah yang masih muda. Selain itu seekor kambing disembelih di sekitar area ritual adat tersebut. Dan nantinya darah kambing tersebut akan ditempatkan di sesajen yang sudah disiapkan terlebih dahulu.

masyarakat-pulau-makassar-gelar-ritual-tuturang1ia-andala
Ritual Tuturangia Andala yang diselenggaran Masyarakat Pulau Makassar di Kota Baubau

Empat buah sesajen kemudian dibawa dengan menggunakan kapal kecil di empat penjuru Pulau Makasar yang dianggap keramat. Keempat penjuru tersebut mempunyai sejarah seperti terjatuhnya stempel Kerajaan Kesultanan Buton yang dianggap keramat, munculnya jangkar putih tanpa berkarat dari lautan, dan terjadinya kecelakaan ketika masyarakat bertentangan dengan nilai agama.

“Atas nama pemerintah Kota Baubau saya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Pulau Makassar yang hingga saat ini masih melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat Buton. Kita mensyukuri apa-apa rezeki yang diberikan kepada kita semua. Sesaji kita harapkan penguasa memberikan kemudahan kepada para nelayan untuk memudahkan mendapatkan ikan,” ungkap Walikota Baubau AS Tamrin saat menghadiri ritual adat ini.

AS Tamrin menambahkan, Tuturangiana Andala dimaksudkan untuk menghormati penguasa laut sang maha pencipta alam dan sebagai bentuk rasa syukur dengan memberi makan dan sesaji.

“Sehingga dengan ritual ini kita semua diberi kemudahan terutama para nelayan dibanyakkan rezekinya, dihindarkan dari bencana, baik tsunami, puting beliung, angin kencang hingga gelombang tinggi. Alhamulillah dalam beberapa tahun terakhir ini belum ada yang namannya tsunami dan puting beling,” bebernya.

Ritual adat masyarakat Puma ini dipusatkan di pelataran dermaga Sukanayo. Turut hadir dalam kegiatan itu Wakil Walikota Baubau Wa Ode Maasra Manaarfa, Komandan Kodim 1413 Buton, Letkol Rudi Rugil, anggota DPD RI, Hamsina Bolu, serta sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan ratusan penduduk lokal Puma. Sanas, artis Ibukota ikut memeriahkan kegiatan tersebut. (B)

 

Reporter : Mulyadi
Editor : Jumriati