ZONASULTRA.COM,BAUBAU – Pada Sabtu (29/8/2020) pagi, anak-anak duduk berbaris kemudian dimandikan oleh wanita yang berusia tua. Anak laki-laki dibasuh dengan air dari bunga “jampaka”, anak perempuan dengan air dari bunga “kamba manuru”. Begitulah ritual pekandeana anaana maelu di Kelurahan Kadolomoko, Kota Baubau.
Ritual setelahnya, anak-anak yatim pitu itu lalu diberi makanan lezat. Mereka disuap oleh tetua adat dan dilantutkan oleh dermawan.
“Ini didahului dengan membaca doa pemanggil arwah dari orang tua anak-anak yang telah ditinggalkan ini. Sesudah itu, doa asyura, juga kemudian dilanjutkan dengan menyuap,” terang La Ode Kariu selaku tokoh masyarakat di Kelurahan Kadolomoko.
Penyuapan disertai dengan niat agar perasaan menjadi yatim piatu tidak lagi dialami anak-anak yang lainnya. Hakikatnya agar kasih sayang orang tua dapat dirasakan sama oleh setiap anak-anak.
Tradisi ini merupakan warisan eks Kesultanan Buton, diperingati tiap 10 Muharam. Tujuannya untuk mengenang perjalanan hidup cucu nabi Muhammad dengan cara memuliahkan anak yatim piatu.
Pada masa Kesultanan Buton tahun 1824, tradisi ini ditetapkan sebagai kewajiban bagi seluruh warga yang dianggap mapan secara ekonomi.
Dahulu, eks Kesultanan Buton mewajibkan para warga mapan untuk menyekolahkan anak yatim, bahkan lebih jauh, memberikan kesan kepada para anak-anak seolah masih memiliki keluarga. Kini pekandeana anaana maelu cuma diperingati seremonial saja, namun tetap menyantuni anak-anak yatim piatu.
Tradisi ini sendiri bermula saat Sultan Ibnu Badaruddin Al Butuni menegur para penggawanya perihal ibadah. Menurut Sultan Badaruddin, ibadah belum benar-benar tulus sebelum menyantuni anak yatim.
* Amal Ibadah dan Kasih Sayang
Ada makna filosofis dalam ritual pekandeana anaana maelu. Pengusapan air tiga kali dan penyuapan sambil ucap salawat misalnya. Niatnya agar anak yatim itu mendapat pahala sebanyak helaian rambut. Selain itu mereka juga bisa merasakan bagaimana dimandikan oleh orang tuanya.
Makna filosifis lain, menurut keyakinan eks Kesultanan Buton, bunga jampaka melambangkan keperkasaan pria, sedangkan bunga kamba manuru lambang dari kelembutan wanita.
“Dengan memuliakan anak yatim berarti kita telah berbagi kebahagiaan. Saat kita menyuap dan memandikan, kita berdoa agar anak yatim tersebut mendapat pahala. Semakin banyak yang mendoakan semakin banyak pahala didapatkan,” terang Kariu lagi.
Kariu menerangkan, di mata orang Buton memberi makan anak-anak yatim piatu adalah tradisi indah yang tak sekadar dilakukan untuk mengenang cucu Rasulullah, tapi juga ada pesan kuat tentang solidaritas dan kekuatan komunitas melalui sikap saling menyantuni.
Tiap tahunnya pekandeana anaana maelu digelar oleh warga Kota Baubau. Siapa saja bisa melakukannya dengan syarat telah mampu menyantuni anak yatim piatu.
Pemerintah Kota Baubau juga tiap tahunnya selalu merayakan ritual ini, hanya saja tahun ini tidak karena pandemi Covid-19. (SF)