Mengenali Kakatua Kecil Jambul Kuning di TNRAW yang Terancam Punah

Mengenali Kakatua Kecil Jambul Kuning di TNRAW yang Terancam Punah
KAKATUA - Sarang kakatua kecil jambul kuning di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW). (Foto Istimewa)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) merupakan satu dari tujuh spesies kakatua yang terdapat di Indonesia. Burung berparuh bengkok ini mempunyai ciri khas bulu putih yang menutupi hampir seluruh tubuhnya dan jambul berwarna kuning.

Burung ini merupakan satwa endemik Indonesia dan Timor Leste. Burung yang nyaris punah ini tersebar di seluruh Nusa Tenggara (termasuk Bali dan Timor), Sulawesi dan pulau sekitarnya, serta di Kepulauan Masalembu.

Keberadaan kakatua di Sulawesi Tenggara (Sultra) sebagian besar terdapat di wilayah konservasi seperti di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), namun hal tersebut tidak menjadi jaminan bahwa kakatua di Bumi Anoa akan aman dari kepunahan.

Mengenali Kakatua Kecil Jambul Kuning di TNRAW yang Terancam Punah
Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)

Seperti halnya di wilayah TNRAW, kakatua adalah burung yang umum sebelum tahun 1980, namun kini keberadaan kakatua di TNRAW hanya berada di wilayah selatan kawasan taman nasional, yaitu di wilayah Kabupaten Bombana dengan jumlah yang sangat rendah.

Kepala Balai TNRAW Ali Bahri mengatakan, penurunan populasi burung kakatua secara umum diakibatkan oleh perburuan untuk diperdagangkan dan dijadikan hewan peliharaan serta penyusutan luas hutan sebagai habitat kakatua.

Penurunan jenis pohon pakan dan sarang juga memberikan dampak yang sangat besar bagi kakatua. Selain itu, anggapan masyarakat bahwa kakatua adalah hama dan menjadikan kepedulian masyarakat lokal sangat rendah untuk menjaga kelestarian burung ini.

Menurutnya, kondisi umum habitat kakatua kecil jambul kuning di TNRAW telah berubah dari masa ke masa, dan berdasarkan hasil identifikasi habitat dan populasi oleh Balai TNRAW tahun 2017, burung kakatua kecil jambul kuning kini tersebar di beberapa site monitoring yaitu antara lain di Blok Hutan Pampaea, Hoki – Hokio, Tali – Taliawa dan Hukaea.

Khusus untuk habitat kakatua di Blok Hutan Pampaea juga dihuni oleh satwa-satwa kunci TNRAW seperti maleo, rangkong, elang sulawesi dan rusa. Habitat ini juga menjadi tempat mencari makan bagi ayam hutan, kura-kura, biawak dan beraneka jenis burung.

Sungai Pampaea mengalir sepanjang tahun memugkinkan terbentuknya ekosistem yang kompleks. Air sebagai sumber daya alam sangat penting merangsang kedatangan satwa-satwa untuk minum dan mencari makan.

Tumbuhan ficus yang terdapat di pinggir sungai menjadi sumber pakan utama bagi beberapa jenis burung pemakan biji-bijian.

Mengenali Kakatua Kecil Jambul Kuning di TNRAW yang Terancam Punah

Blok Hutan ini dapat dicapai menggunakan 3 aksesibilitas, yaitu melalui Desa Lantari (Palang II), Kampung Hukaea-Laea dan Lababu. Kondisi jalan mulai Pampaea sampai dengan Hoki-hokio cukup mudah dilalui karena secara alami telah keras karena tersusun oleh pasir dan kerikil.

“Akses yang cukup sulit pada musim hujan adalah dari ketiga titik awal tersebut menuju Pampaea di mana kondisi tanah agak liat sehingga menyulitkan jika tergenang air,” kata Ali Bahri.

Kakatua kecil jambul kuning memilih sarang pada pohon-pohon berukuran besar. Jenis pohon yang dipilih biasanya adalah kuiya. Sarang dibuat dengan cara melubangi batang pohon besar dengan paruh dan kaki.

Sarang ini dapat dengan mudah dilihat karena memiliki ukuran agak besar dan dibuat pada tempat agak tinggi sehingga gampang terlihat.

Kakatua kecil jambul kuning mengambil makanan berupa pucuk bambu dengan paruh dan memakan secara langsung. Dalam proses pengambilan makanan ini, kaki kakatua mencengkeram kuat ranting bambu dan kepala menjulur ke arah makanannya. Pucuk daun dijepit dengan paruh lalu ditarik.

Lokasi mencari makan kakatua tidak menentu, namun yang paling disukai adalah di pingir hutan dan perkebunan di dekat perkampungan. Lokasi mencari pakan yang paling sulit diidentifikasi adalah tengah hutan karena populasi kakatua rendah sedangkan kondisi vegetasi hutan sangat rapat sehinggamenggangu jarak pandang.

Mengenali Kakatua Kecil Jambul Kuning di TNRAW yang Terancam Punah

Kakatua memiliki perilaku hidup berkelompok dan seringkali dijumpai terbang berpasangan. Burung ini memiliki tempat tidur tertentu sehingga pada pagi dan sore hari mereka akan berkumpul dan mendatangi tempat beristirahat/tidur.

Tim survei menjumpai kakatua aktif di tempat bersarang/tidur pada kisaran waktu 06.00-09.00 Wita dan 15.00-18.00 Wita. Di luar jam itu terkadang kakatua dapat dijumpai di hutan atau di lokasi tempat tidurnya namun dalam ukuran populasi yang kecil.

“Kemungkinan mereka dijumpai ketika sedang mancari pakan. Kedatangan burung ini mudah dikenali karena ketika terbang, kakatua mengeluarkan suara yang cukup keras dan frekuensi bunyinya tinggi,” jelasnya.

Waktu paling aktif mendekati sarang adalah pukul 17.00-18.00 WITA dan meninggalkan sarang pukul 06.00-07.00 WITA. Aktivitas meninggalkan sarang ini dilakukan untuk mencari makanan di hutan dengan cara menyebar dalam kelompok-kelompok kecil.

Ukuran kelompok biasanya 1 pasang meskipun terkadang dijumpai 1 ekor. Kakatua yang terbang soliter ini terjadi pada burung-burung yang belum menemukan pasangannya.

Keberadaan satwa yang sangat bernilai ini ternyata belum berbanding lurus dengan status populasinya di alam. Pada tahun 2017, 3 blok hutan yang ditempati jalur site monitoring kakatua jambul kuning teridentifikasi dihuni 18 sampai dengan 20 ekor.

Populasi yang rendah dan keberadaan yang mulai terdesak oleh aktivitas manusia memerlukan upaya konservasi secara simultan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK). (b)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini