Menyusuri Ragam Pesona Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

208
Menyusuri Ragam Pesona Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
DESTINASI WISATA - Wisatawan mancanegara melakukan aktivitas birdwatching di Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai tahun 2019 lalu. Mereka berasal dari Amerika dan Jepang. (ISTIMEWA)

ZONASULTRA.ID – Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) merupakan kawasan pelestarian alam dengan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.

Taman nasional ini terletak di Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan luas sekitar 105.194 hektare. Secara administratif, taman nasional ini masuk ke dalam wilayah empat kabupaten di Sultra, yakni Kabupaten Konawe, Konawe Selatan (Konsel), Kolaka Timur (Koltim), dan Bombana.

TNRAW memiliki empat tipe ekosistem, yaitu ekosistem hutan rawa, hutan mangrove atau bakau, padang sabana, dan hutan hujan pegunungan dataran rendah.

Oleh karena ekosistemnya yang beragam, TNRAW menawarkan sederet objek wisata yang pesonanya dijamin bakal memanjakan mata.

Topografi di TNRAW juga cukup bervariasi mulai dari datar, bergelombang, sampai dengan berbukit-bukit. Topografi inilah yang membentuk bentangan alam yang begitu memesona.

TNRAW juga dibagi dengan sistem zonasi. Zonasi ditentukan berdasarkan tujuannya, yaitu untuk penelitian dan ilmu pengetahuan, pendidikan, budi daya, pariwisata, dan rekreasi alam.

Daya tarik berwisata di TNRAW tentu terletak pada pilihan wisatanya yang beragam. Mulai dari wisata rawa, wisata mangrove, wisata sabana hingga wisata gunung.

Salah satu spot wisata yang menjadi primadona adalah Rawa Aopa. Rawa seluas 11.488 hektare ini merupakan habitat berbagai satwa liar dan tumbuhan.

Tumbuhan yang mendominasi di Rawa Aopa adalah jenis teratai. Sementara jenis satwa liar yang mendiami rawa ini didominasi burung air (water bird) seperti bangau.

Adapun jenis-jenis ikan yang hidup di rawa tersebut adalah gabus, lele jawa, belut sawah, mujair, tawes, dan sepat rawa.

Secara umum, Rawa Aopa menawarkan keindahan yang sangat khas. Sangat cocok bagi Anda yang menyukai traveling sekaligus pencinta fotografi.

Di tengah-tengah Rawa Aopa, terdapat pulau yang oleh penduduk setempat dinamai Pulau Harapan II. Di sini Anda bisa menikmati keindahan panorama alam rawa dengan pemandangan burung-burung air yang sedang mengintai ikan. Anda juga bisa mendengarkan kicauan burung serta menyaksikan indahnya sunset.

Di TNRAW juga terdapat objek wisata Muara Lanowulu. Wisatawan dapat berenang atau melakukan kegiatan wisata bahari, seperti berlayar dan memancing. Di sini, pandangan Anda akan dimanjakan oleh hutan mangrove.

Jika tak ingin berwisata air, kawasan Gunung Watumohai bisa jadi pilihan lain. Para wisatawan dapat melakukan kegiatan pendakian dan berkemah.

Di lereng gunung tersebut, terdapat padang sabana untuk tempat berkemah sembari melihat ratusan ekor rusa yang sedang merumput. Landscape padang sabana di TNRAW sangat mengagumkan dan memanjakan mata.

Tak hanya itu saja, masih banyak spot wisata lainnya yang bisa jadi pilihan saat berwisata di TNRAW. Sebut saja Bukit Awan, Bukit Modus, Ahuawali, Camp Pada-Padai, Hutan Pendidikan, Air Terjun Pinanggoosi, Taparang, hingga kawasan penangkaran rusa.

Flora dan Fauna yang Beragam

Menyusuri Ragam Pesona Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Salah satu ekosistem rawa gambut di Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Resort Aopa-Basala, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I. (Foto Istimewa)

Tak hanya keindahan alamnya, keragaman flora dan fauna di TNRAW juga menjadi daya tarik tersendiri.

Tercatat ada sekitar 321 jenis satwa yang mendiami TNRAW. Hewan langka seperti anoa, babi rusa, buaya muara, rusa, musang sulawesi dan beberapa jenis primata seperti tangkasi dan monyet hitam juga terdapat di kawasan ini.

Secara umum satwa yang mendiami TNRAW terdiri dari mamalia sebanyak 28 jenis, aves (burung) sebanyak 218 jenis, reptil sebanyak 11 jenis, pisces atau ikan sebanyak 28 jenis, amphibia sebanyak 3 jenis, dan lain-lain.

Di dalam kawasan TNRAW juga tercatat ada 501 jenis tumbuhan dari 110 famili, di antaranya anggrek dan teratai.

Keragaman flora dan fauna itulah yang menjadikan TNRAW tak hanya tempat ideal untuk berwisata, tapi juga sebagai sarana edukasi dan penelitian tentang konservasi satwa liar dan tumbuhan.

Jika ingin melihat keindahan pemandangan di TNRAW maka terlebih dahulu harus mendapatkan izin masuk. Anda harus datang ke Balai TNRAW yang terletak di Jalan Poros Bombana No. 157 Lanowulu, Kecamatan Tinanggea, Konawe Selatan.

Perjalanan menuju TNRAW dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Sedikitnya ada tiga jalur yang bisa dilalui jika perjalanan dimulai dari Kota Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara. Namun, yang paling mudah dan tidak terlalu memakan waktu lama adalah rute dari Kendari ke Tinanggea lalu ke Lanowolu. Waktu tempuh sekitar 2 sampai 3 jam.

Keindahan TNRAW memang tidak bisa diremehkan. Kalau sudah datang ke sini, dijamin bakal ketagihan untuk kembali. Itulah yang dirasakan oleh Sri Rahayu. Wanita 27 tahun ini seolah tak pernah merasa bosan berwisata ke TNRAW.

Bersama rekan-rekannya, Sri Rahayu sudah merasakan sensasi berwisata di Rawa Aopa, Muara Lanowolu, nge-camp hingga menjajal keindahan padang sabana menggunakan motor trail. Baginya, TNRAW adalah salah satu tempat yang menarik untuk melepaskan penat setelah disibukkan dengan pekerjaan.

Berperan sebagai Penyangga Kehidupan

Menyusuri Ragam Pesona Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Padang rumput di Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. (Foto: Daru/Dispar Sultra)

Sebagian besar kawasan TNRAW terdiri dari lahan basah sehingga taman nasional ini memiliki peranan yang cukup penting dalam menjaga kelestarian alam.

Salah satu ekosistem di TNRAW yang berperan sebagai penyangga kehidupan adalah Rawa Aopa.

Kepala Balai TNRAW Ali Bahri mengatakan, Rawa Aopa merupakan tipe ekosistem rawa gambut bervegetasi terluas di daratan Sulawesi.

Kombinasi unsur lingkungan yang terdapat pada Rawa Aopa meliputi penutupan badan air oleh vegetasi lebih dari 90 persen, material dasar rawa yang bergambut, dan topografi di sekitarnya berupa gugusan perbukitan.

Hal ini secara akumulatif telah menciptakan kondisi pengendalian tata air (hidrologi) yang sempurna bagi keseimbangan ekosistem daratan Sulawesi Tenggara secara umum. Kondisi tersebut juga merupakan habitat ideal bagi berbagai jenis burung air dan burung migran.

Dari sisi sistem hidrologi, Rawa Aopa memiliki peran yang sangat penting. Dengan luas mencapai hampir 12 ribu hektare dan kedalaman rata-rata 2 meter serta debit air 4,8 meter kubik per detik, rawa ini pun menjadi pengendali kestabilan debit air DAS Konaweha.

Adapun hilir dari DAS tersebut berada di wilayah Kota Kendari, sehingga keberadaan Rawa Aopa dapat dikatakan sebagai pengendali kebutuhan air masyarakat Kota Kendari dan pengendali bencana banjir.

Menurut Ali Bahri, Rawa Aopa mempunyai fungsi sebagai catchment area (dam raksasa) sehingga pada musim hujan dapat menampung air hujan dan melepaskan air secara perlahan pada musim kemarau.

Bagi masyarakat sekitar, keberadaan Rawa Aopa secara tidak langsung telah memberi warna berbeda, baik dalam tatanan sosial, budaya dan ekonomi, sehingga menjadi karakter pembeda dengan masyarakat lainnya.

Itu baru dari satu ekosistem saja. Peranan penting TNRAW lainnya dalam menjaga kelestarian alam datang dari ekosistem mangrove.

Salah satu peranan mangrove dalam ekologi adalah sebagai penyimpan stok blue carbon.

Blue carbon atau karbon biru merupakan karbon yang diserap dan disimpan pada ekosistem pesisir dan laut, seperti mangrove, padang lamun, dan rawa payau.

Pelestarian ekosistem karbon biru menjadi solusi alami terbaik sebagai upaya mitigasi dari dampak perubahan iklim yang kian memburuk.

Bahkan kemampuan hutan mangrove dalam mengamankan stok karbon sebanyak empat kali lipat dibandingkan dengan kemampuan hutan terestrial.

Sejarah TNRAW

Menyusuri Ragam Pesona Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai
Rawa Aopa tampak dari atas (Foto: Daru/Dispar Sultra)

TNRAW ditetapkan sebagai taman nasional melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Kehutanan No. 756/ Kpts-II/1990 tanggal 17 Desember 1990 dengan luas 105.194 hektare.

Penetapan TNRAW itu bersamaan dengan diundangkannya UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (KSDAHE). Artinya TNRAW menjadi salah satu taman nasional yang pertama disahkan secara hukum.

Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional, Rawa Aopa Watumohai terdiri dari beberapa kelompok hutan, di antaranya Taman Buru Gunung Watumohai dan Suaka Margasatwa Rawa Aopa.

Pada 1983, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mencetuskan ide untuk membangun suatu kawasan konservasi taman nasional dengan nama Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

TNRAW merupakan penggabungan antara kawasan Taman Buru (TB) Watumohai dan Suaka Margasatwa (SM) Rawa Aopa. Sudah tentu didasarkan pada pertimbangan yang mendalam dan berangkat dari pentingnya manfaat pelestarian kawasan itu sendiri.

Angka kunjungan di TNRAW tiap tahunnya juga terus meningkat, baik untuk berwisata, praktek, penelitian maupun pendidikan. Jika pada 2018, angka kunjungan tidak mencapai 500 orang, kini sudah berada di angka 2.000-an.

Data dari Balai TNRAW, pada 2022 total kunjungan sebanyak 2.168, baik untuk wisata alam, wisata budaya, maupun praktek dan penelitian. Sedangkan sepanjang 2023, angka kunjungan sudah di angka 1.306 orang. (*)

Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini